Pernahkah Anda mendengar pasangan yang mengatakan, “Cinta saja tidak cukup”? Mungkin terdengar sinis, tetapi kalimat itu menyimpan kebenaran yang dalam. Cinta romantis adalah bahan bakar yang memulai perjalanan, tetapi bukanlah peta yang menuntun Anda melewati segala liku-liku pernikahan. Lantas, apa rahasia untuk melewati semua fase ini dan membangun pernikahan yang tidak hanya bertahan, tetapi juga bertumbuh dan berbuah? Rahasianya terletak pada tiga pilar utama yang Tuhan rancang sebagai fondasi, yaitu komitmen, komunikasi, dan kompromi.
1. Komitmen
Komitmen adalah fondasi kukuh sebuah pernikahan. Ini adalah janji setia untuk menjalani hidup bersama dalam suka dan duka, melebihi perasaan yang naik turun. Dalam dunia yang sering mengutamakan perasaan sesaat, komitmen Kristen berdiri tegak sebagai sebuah janji di hadapan Tuhan. Komitmen adalah penopang yang menjaga pasangan untuk tetap setia dan berjuang bersama saat menghadapi tantangan. Inilah yang menjadi batu penjuru, memastikan bahwa hubungan tidak goyah ketika badai kehidupan datang menerpa. Komitmen mengingatkan kita bahwa pernikahan adalah sebuah perjanjian (covenant), bukan hanya kontrak yang bisa diputus ketika keadaan menjadi sulit.
2. Komunikasi
Jika komitmen adalah fondasinya, maka komunikasi adalah pilar penopang yang harus terus dipelajari dan diasah. Komunikasi yang sehat bukan sekadar tentang berbicara, tetapi tentang memahami. Seni ini melibatkan pemahaman perbedaan cara berkomunikasi, seperti ketika satu pihak ingin berbagi perasaan sementara yang lain langsung mencari solusi. Pemilihan waktu dan topik yang tepat, serta menghindari kata-kata menyalahkan, adalah kunci untuk mencegah konflik yang tidak perlu. Selain itu, menghargai kebutuhan akan ruang pribadi masing-masing (seperti konsep "nothing box") juga merupakan bagian dari komunikasi yang sehat dan penuh penghargaan.
3. Kompromi
Pilar ketiga yang tak kalah pentingnya adalah kompromi. Dalam pernikahan, kompromi adalah bukti kasih yang nyata. Ini bukan tentang pembagian 50-50 yang sempurna, tetapi tentang kesediaan untuk memberi dan melakukan sesuatu yang penting bagi pasangan, meski mungkin tidak kita sukai. Kompromi adalah wujud praktis dari kasih yang tidak mencari keuntungan diri sendiri, tetapi mengutamakan kebahagiaan dan kenyamanan pasangan. Ini adalah tindakan merendahkan hati dan meneladan Kristus, yang mengasihi jemaat-Nya dengan pengorbanan yang tulus.
Ketiga hal esensial ini bekerja sama menciptakan sebuah ikatan yang tidak hanya kuat, tetapi juga penuh sukacita dan damai sejahtera, mencerminkan kasih Kristus kepada dunia.
BACA JUGA:
Ternyata Bukan Cinta Besar yang Jaga Pernikahan, Tapi Hal Sepele Ini..
Mengapa Pernikahan Butuh Pembimbing Rohani? Ini Alasannya...
Sumber : Jawaban.com