Trauma Orang Tua Bisa Menurun ke Anak! Jangan Diwariskan Ya, Gini Cara Memutusnya
Sumber: Getty Images Signature | mixetto

Relationship / 31 May 2025

Kalangan Sendiri

Trauma Orang Tua Bisa Menurun ke Anak! Jangan Diwariskan Ya, Gini Cara Memutusnya

Claudia Jessica Official Writer
1078

Pernahkah Anda mendapati diri berkata, “Aku tak mau seperti orangtuaku dulu,” tapi akhirnya tanpa sadar justru mengulangi pola yang sama?

Mungkin dalam cara memarahi anak, memberi pujian, atau bahkan dalam bentuk kasih sayang yang tak terungkap.

Pola asuh masa kecil seringkali tersimpan begitu kuat, hingga ikut terbawa dalam pola pengasuhan kita hari ini.

Contohnya bisa kita lihat dalam kisah Yakub. Ia tumbuh dalam keluarga yang tidak sehat. Ayahnya, Ishak, lebih menyayangi Esau, sementara ibunya, Ribka, justru memihak Yakub.

Akibatnya, Yakub tumbuh dalam ketegangan dan persaingan dengan kakaknya. Sayangnya, luka itu tidak diselesaikan.

Saat Yakub menjadi ayah, ia justru mengulangi pola yang sama dengan lebih menyayangi Yusuf daripada anak-anaknya yang lain (Kejadian 37:3-4), dan akhirnya keluarga mereka pun terpecah karena kecemburuan.

Hal serupa juga sering terjadi dalam kehidupan nyata. Dalam Program Pemuridan The Parenting Project, kami banyak menemui orang tua yang tanpa sadar menurunkan luka masa kecilnya kepada anak.

Ada yang dibesarkan dengan kekerasan verbal, lalu kini kesulitan mengontrol emosi kepada anak. Ada pula yang tak pernah mendapat pelukan kasih sayang, hingga kini merasa canggung saat menunjukkan afeksi pada keluarganya.

Bisa baca kesaksiannya di sini: [tautan link].

Kenapa Pola Buruk Ini Bisa Terulang?

1. Kita Mengasuh Berdasarkan Pola yang Dikenal

Otak kita cenderung memilih yang familiar, walau itu menyakitkan. Jika dulu sering dimarahi, kita bisa jadi mudah marah. Jika dulu tidak dihargai, kita pun sulit memberi apresiasi.

2. Luka Masa Kecil yang Tidak Disembuhkan

Yakub kemungkinan besar membawa luka karena merasa ditolak ayahnya. Perasaan bersalah karena menipu pun tak pernah ia proses. Luka yang dibiarkan ini bisa menjadi warisan tak terlihat bagi generasi selanjutnya.

3. Keyakinan Keliru: “Demi Kebaikan Anakku”

Kadang kita memaksa anak mendapat nilai sempurna karena dulu kita sendiri merasa tidak cukup baik. Atau melarang anak menangis karena kita dulu diajari bahwa tangisan adalah kelemahan. Sayangnya, motivasi “baik” ini justru bisa melukai anak.

Bagaimana Cara Memutus Siklus Ini?

1. Refleksi Diri

Tanya pada diri sendiri: Apa kalimat yang sering diucapkan orangtuaku dulu? Apa yang sering memicu emosiku saat menghadapi anak? Apa yang ingin kuubah?

2. Terbuka pada Orang Terdekat

Berbagi dengan pasangan atau sahabat bisa membantu. Misalnya: “Aku ingin belajar lebih sabar saat anak berantakan. Tolong ingatkan aku ya.”

3. Cari Komunitas atau Bimbingan

Bergabung dengan kelompok parenting Kristen atau mengikuti konseling rohani bisa memberi perspektif baru dan dukungan yang dibutuhkan.

4. Ganti Pola Lama dengan Kebenaran Firman Tuhan

Ubah pikiran seperti “Aku harus sempurna” menjadi “Kasih itu sabar dan murah hati” (1 Korintus 13:4), atau “Anakku harus selalu nurut” menjadi “Didiklah mereka di dalam ajaran Tuhan” (Efesus 6:4).

Wariskan Kasih, Bukan Luka

Tuhan memampukan kita untuk berubah. Sama seperti Yakub yang akhirnya mengalami perjumpaan pribadi dan diubahkan setelah bergumul dengan Tuhan (Kejadian 32), Anda pun bisa memulai perubahan itu hari ini.

Akui pola yang perlu diubah, maafkan orangtua (dan diri sendiri), dan ambil langkah-langkah kecil yang nyata. Misalnya, hari ini memuji anak sekali, atau menahan diri untuk tidak membentak saat emosi muncul.

Ingatlah, tidak ada orangtua yang sempurna. Tapi setiap langkah kecil untuk menyembuhkan diri dan mengasihi dengan benar adalah sebuah kemenangan besar.

"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu."Roma 12:2

Jika Anda masih bergumul dengan trauma masa lalu dan ingin memutuskannya, hubungi Layanan Doa dan Konseling CBN. Kami siap mendukung Anda dalam doa dan perjalanan pemulihan. Hubungi kami sekarang melalui WhatsApp: 0822-1500-2424

Sumber : Superbook Indonesia
Halaman :
1

Ikuti Kami