Sebagai orang tua Kristen, kita tentu ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita. Mulai dari kasih sayang, kebutuhan fisik, hingga pendidikan yang memadai. Namun, terkadang, tanpa disadari, keinginan kita agar anak berprestasi secara akademis justru menjadi beban yang terlalu berat bagi mereka.
Bagaimana kita, sebagai orang tua yang dipanggil untuk membesarkan anak "dalam ajaran dan nasihat Tuhan" (Efesus 6:4), dapat menemukan keseimbangan dalam mendidik anak tanpa membebani mereka secara berlebihan?
Ketika Harapan Orang Tua Menjadi Beban
Tidak jarang, orang tua menetapkan standar tinggi dalam pendidikan anak—nilai harus sempurna, ranking harus teratas, dan tidak boleh ada kesalahan. Namun, penelitian dari Stanford Graduate School of Education yang dipimpin oleh Prof. Jelena Obradović menunjukkan bahwa terlalu banyak kontrol dari orang tua justru dapat menghambat perkembangan anak.
"Ketika orang tua membiarkan anak memimpin interaksi mereka, anak-anak melatih keterampilan pengaturan diri dan membangun kemandirian," jelas Obradović. Artinya, anak perlu diberi ruang untuk belajar mengambil keputusan, mengelola emosi, dan bertanggung jawab atas usahanya sendiri.
Tanda Anak Terlalu Terbebani
Menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psikolog Anak dan Remaja, orang tua perlu peka ketika anak mulai menunjukkan tanda-tanda seperti:
Jika dibiarkan, tekanan berlebihan dapat menyebabkan anak kehilangan motivasi, bahkan mengalami burnout atau depresi. Bukankah sebagai orang tua Kristen, kita dipanggil untuk membawa damai sejahtera, bukan beban yang menyiksa (Matius 11:28-30)?
Melihat Potensi Anak Secara Holistik
Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa "Anak-anak adalah milik pusaka dari Tuhan" (Mazmur 127:3). Setiap anak unik, dengan talenta dan minat yang berbeda-beda. Terlalu fokus pada akademis bisa membuat kita melewatkan potensi lain yang Tuhan tanamkan dalam diri mereka entah itu dalam bidang seni, olahraga, pelayanan, atau keterampilan praktis.
BACA HALAMAN SELANJUTNYA>>
Banyak tokoh sukses yang justru berkembang di luar jalur akademis konvensional. Yang terpenting adalah mendukung anak untuk menggali apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup mereka, bukan sekadar memenuhi ambisi pribadi orang tua.
Praktik Pengasuhan yang Berimbang
1. Berikan Ruang untuk Anak Memimpin
Biarkan anak mengambil inisiatif dalam belajar. Tanyakan pendapat mereka tentang target yang ingin dicapai, lalu bimbing dengan bijak.
2. Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil
Hargai usaha anak, sekecil apa pun. Ajarkan bahwa kegagalan adalah bagian dari pembelajaran (Amsal 24:16).
3. Dengarkan dengan Kasih
Ketika anak protes atau tertekan, jangan langsung menghakimi. Dengarkan dengan empati, seperti Tuhan mendengar doa-doa kita (1 Petrus 5:7).
4. Ajak Anak Berelasi dengan Tuhan
Doakan dan temani anak untuk menemukan panggilan hidupnya. Ingatkan bahwa kesuksesan sejati adalah ketika hidup mereka memuliakan Tuhan (Kolose 3:23).
Sebagai orang tua, kita adalah pengelola yang dipercaya Tuhan untuk membimbing anak-anak-Nya. Marilah kita mengasuh dengan kasih, kebijaksanaan, dan kepekaan, tetapi mempersiapkan mereka untuk menjalani rencana Tuhan dengan penuh sukacita. "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6).
Sumber : Jawaban.com