Mai Endang Panjaitan (38 tahun), seorang guru di sekolah swasta di Batam, selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi ketiga anak perempuannya yang masih kecil.
Namun, di tengah kesibukannya bekerja dan mengurus rumah tangga, ia menyadari ada satu hal yang kurang dalam keluarganya: peran suaminya sebagai ayah belum sepenuhnya hadir dalam kehidupan rohani anak-anak.
Hal ini ia sadari ketika mengikuti pelatihan The Parenting Project yang diadakan di sekolah anak bungsunya, TK Rumah Doa, Batam. Dalam pertemuan yang diikutinya membahas peran ayah dalam keluarga.
BACA JUGA: Pemulihan Keluarga Dimulai dari Orangtua yang Mau Dibentuk – Venny Mayasari
Seperti sosok suami ada umumnya, suami Mai fokus bekerja dan kurang terlibat dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya, termasuk menjadi teladan iman.
Meski Mai tidak bisa mengikuti pelatihan ini secara rutin karena bentrok dengan pekerjaannya, Mai selalu menyempatkan diri untuk ikut apabila mendapatkan libur di sekolahnya.
"Saya ingin berkomitmen untuk tumbuh sebagai keluarga yang takut akan Tuhan," ucap Mai dengan penuh keyakinan.
Awalnya, Mai merasa materi yang dibahas dalam pertemuan tersebut tidak berkaitan langsung dengannya. Namun, ia memutuskan untuk tetap mengikuti sesi tersebut dengan seksama.
"Saya pikir, peran ayah dalam keluarga tidak ada hubungannya dengan saya. Tapi karena sudah datang, saya ikuti saja. Mungkin nanti saya bisa berbagi dengan suami saya supaya dia tahu peran ayah yang sebenarnya," ungkapnya.
Seiring berjalannya sesi tersebut, Mai merasa bahwa pelajaran ini penting untuk membangun keluarga yang dikehendaki Tuhan.
BACA JUGA: Saat Orang Tua Berani Mengakui Kesalahan, Anak Merasa Dicintai – Arie Oktawianti
"Saya melihat peran itu kurang dalam keluarga kami. Peran ini masih perlu diperbaiki. Terkadang suami saya hanya fokus pada pekerjaannya dan kurang terlibat dalam kehidupan rohani anak-anak," ujar Mai kepada tim The Parenting Project.
Sepulangnya dari sesi The Parenting Project, Mai membagikan apa yang ia pelajari kepada suaminya dan menjelaskan bahwa peran ayah bukan hanya mencari nafkah, melainkan juga menjadi pemimpin rohani dalam keluarga.
Mai mendukung suaminya dalam doa. Ia memohon kepada Tuhan untuk membentuk hati suaminya dan membantunya menjalankan perannya sebagai seorang ayah yang dikehendaki Tuhan.
Perlahan, Mai mulai melihat perubahan suaminya yang lebih melibatkan diri dalam membimbing anak-anaknya dan menjadi teladan iman untuk ketiganya.
“Mungkin dari hal kecil dulu ya, seperti doa makan. Saya melihat itu luar biasa. Yang dulunya tidak pernah (doa bersama sebelum makan), sekarang mulai terlibat,” katanya dengan penuh syukur.
“Puji Tuhan sekarang suami saya lebih memahami perannya dalam keluarga. Dia mulai membangun kebiasaan doa bersama,” lanjutnya lagi.
Perubahan ini juga berdampak pada anak-anak mereka. Mereka kini lebih terbuka terhadap orang tua, merasa lebih diperhatikan, dan hubungan keluarga menjadi lebih erat.
BACA JUGA: Jadi Orang Tua Itu Berat dan Ada Penyesalan, tapi Satu Hal Ini Membuka Matanya – Ade Retno
"Saya ingin berkomitmen untuk tumbuh sebagai keluarga yang takut akan Tuhan," ucap Mai dengan penuh keyakinan.
Mai berharap ia bisa mengikuti lebih banyak sesi The Parenting Project. Ia sangat tertarik dengan metode pengajaran The Parenting Project karena sangat relevan dan mudah dipahami.
Apakah Anda juga tertarik? The Parenting Project bisa membantu Anda memahami peran orang tua sesuai dengan rancangan Tuhan dan membangun kembali hubungan dalam keluarga.
Jika Anda rindu mengalami pemulihan dalam keluarga, daftar sekarang di https://theparentingproject.id/
Sumber : Jawaban.com