Apakah mungkin persatuan sejati terwujud di tengah perbedaan? Di dunia yang sering kali dipenuhi ketegangan dan perpecahan, kisah inspiratif datang dari para pemimpin muda lintas agama yang membuktikan bahwa persatuan bukan hanya impian, tetapi juga sebuah kenyataan yang bisa diperjuangkan bersama.
Pada Selasa, 25 Februari 2025, di Gedung Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Ketua Umum DPP GAMKI, Sahat Martin Philip Sinurat, bersama para ketua umum pemuda lintasagama lainnya, menerima penghargaan “Sehati Seperjalanan” dari Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI (KOMHAK-KWI).
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi mereka dalam membangun budaya dialog interreligius dan ekumenis yang menginspirasi, baik bagi bangsa Indonesia maupun dunia.
Sekretaris KWI, Romo Aluysius Budi Purnomo, Pr., menyampaikan rasa bangganya terhadap upaya yang telah dilakukan oleh para ketua umum pemuda lintasagama dalam merawat persaudaraan sejati di tengah keberagaman.
“Kami bangga melihat dan membaca upaya para Ketum Pemuda Lintasagama dalam mengawal perjalanan hidup bersama sebagai warga bangsa Indonesia dan merawat bumi rumah bersama,” ujar Romo Budi.
Salah satu momen bersejarah yang menunjukkan komitmen kuat mereka terhadap persatuan adalah kunjungan ke Vatikan pada 21 Agustus 2024 lalu. Dalam kesempatan tersebut, para pemimpin muda ini bertemu langsung dengan Bapa Suci Paus Fransiskus. Momen itu menjadi simbol kuat bahwa perbedaan iman tidak harus menjadi jurang pemisah, melainkan jembatan yang memperkuat hubungan kemanusiaan.
Tak berhenti di sana, mereka juga terus menunjukkan semangat kebersamaan melalui berbagai aksi nyata. Salah satu bentuknya adalah kegiatan penanaman pohon bersama di Yogyakarta, yang dilakukan bersama Sultan Hamengku Buwono X. Tindakan ini bukan hanya melambangkan kepedulian terhadap lingkungan, tetapi juga menjadi simbol dari keberagaman yang tetap satu dalam visi merawat bumi sebagai rumah bersama.
“Para Ketum Pemuda Lintasagama menunjukkan kesatuan dan persatuan itu juga melalui penanaman pohon untuk merawat bumi. Sehingga Komisi HAK KWI terdorong untuk memberikan penghargaan kepada mereka,” tambah Romo Budi.
Kisah ini menjadi bukti bahwa perbedaan bukanlah alasan untuk terpecah, melainkan peluang untuk saling memahami dan berjalan bersama dalam kasih. Sebuah panggilan bagi kita semua untuk turut ambil bagian dalam membangun jembatan kasih di tengah dunia yang sering kali terkotak-kotak oleh sekat-sekat perbedaan. Maukah kita juga menjadi bagian dari perjalanan ini?
Sumber : GAMKI | Jawaban.com