Petani pasti memilih musim dimana tersedia banyak air untuk mulai menabur di ladang atau sawahnya. Prinsip menabur dan menuai adalah sebuah prinsip universal, namun di Alkitab juga pernah menyebutkan sebuah peristiwa di mana Tuhan memerintahkan untuk menabur di masa kelaparan.
Ya, di sebuah kondisi kelaparan terjadi di sebuah negeri tapi malah diminta menabur, ini adalah sebuah anomali karena tidak sesuai dengan logika manusia kita.
Di dalam Alkitab, prinsip menabur dan menuai adalah salah satu hukum rohani yang penting. Setiap tindakan kebaikan, pengorbanan, atau pelayanan yang dilakukan untuk kemuliaan Tuhan akan menghasilkan buah pada waktu-Nya.
Ini adalah sebuah tantangan iman seperti yang dialami Ishak, sebagaimana dicatat dalam Kejadian 26, di mana Tuhan memerintahkan Ishak untuk tetap menabur meskipun sedang terjadi kelaparan dimana-mana. Kondisi kelaparan ini biasanya disebabkan oleh kekeringan, serangan hama atau krisis lainnya, sehingga ketika menabur di kondisi seperti ini tidak ada jaminan hasil. Jika Anda di posisi Ishak, apa respon Anda?
Kisah Ishak dalam Kejadian 26 memberikan pelajaran iman yang luar biasa. Pada masa kekeringan, secara logika, menabur adalah sesuatu yang tidak bijaksana karena kemungkinan gagal panen sangat tinggi. Namun, Tuhan memerintahkan Ishak untuk tetap tinggal di negeri Gerar dan menabur, meskipun secara manusiawi kondisinya tampak mustahil untuk membuahkan hasil.
Mengapa Tuhan melakukan hal ini? Ada beberapa perspektif teologis yang bisa kita pelajari:
Tuhan sering menguji iman umat-Nya dengan meminta mereka untuk melakukan sesuatu yang tidak masuk akal dari sudut pandang manusia. Dalam hal ini, Tuhan ingin melihat apakah Ishak akan taat dan percaya pada-Nya, terlepas dari situasi yang tidak kondusif. Hal ini adalah ujian iman, di mana Ishak harus meletakkan kepercayaannya sepenuhnya pada Tuhan, bukan pada keadaan sekelilingnya.
Dengan menabur di musim kekeringan, Ishak menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh bukanlah hasil dari upaya manusia atau alam, tetapi dari penyertaan Tuhan semata. Kejadian 26:12 mencatat bahwa "Maka menaburlah Ishak di tanah itu, dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati Tuhan." Hasil ini membuktikan bahwa Tuhan yang memampukan dan memberikan kelimpahan di tengah ketidakmungkinan.
Ketika Ishak berhasil menuai 100 kali lipat, hal ini bukan hanya menginspirasi orang lain yang melihatnya tetapi ia juga menjadi kesaksian yang hidup bahwa Tuhan bekerja melalui ketidakmungkinan.
Kisah Ishak menabur di musim kekeringan mengajarkan umat Kristen beberapa pelajaran penting:
Dalam kehidupan, kita sering dihadapkan pada "musim kelaparan/kekeringan" dalam berbagai bentuk, seperti masalah keuangan, konflik keluarga, atau tantangan kehidupan lainnya. Seperti Ishak, kita dipanggil untuk tetap setia dan taat kepada Tuhan, bahkan ketika keadaan tampak tidak mendukung. Menabur dalam masa sulit bisa berarti tetap memberikan waktu, tenaga, atau sumber daya untuk tujuan yang Tuhan inginkan, sekalipun kondisi kita serba terbatas.
Dalam kondisi yang tidak menentu, kita mudah tergoda untuk mengandalkan kekuatan sendiri atau melihat situasi sebagai penentu hasil. Namun, kisah Ishak mengajarkan kita bahwa penyertaan Tuhanlah yang menentukan hasil akhir yang akan kita terima, bukan keadaan. Kita dipanggil untuk hidup dengan iman, percaya bahwa Tuhan mampu memberi kelimpahan di tengah kesulitan.
Menabur seringkali membutuhkan pengorbanan, dan hasilnya mungkin tidak segera terlihat. Dalam 2 Korintus 9:6-8, kita diajarkan untuk memberi dengan ketulusan hati, karena Tuhan mencintai orang yang memberi dengan sukacita. Menabur dengan hati yang tulus dan penuh syukur akan memberikan hasil yang melimpah pada waktu yang ditetapkan Tuhan.
Hidup di dalam iman adalah dasar dari kehidupan Kristen. Kita tidak hanya melihat kepada kondisi saat ini, tetapi juga berpegang pada janji Tuhan yang kekal. Ketika kita berani menabur di masa yang sulit, kita menyatakan keyakinan kita pada janji Tuhan bahwa Dia Allah yang akan memelihara kita.
Kisah Ishak menabur di musim kekeringan adalah bukti nyata bahwa Tuhan bekerja melalui iman dan ketaatan umat-Nya. Tuhan menepati janji-Nya kepada mereka yang berani melangkah dalam ketidakmungkinan, yang percaya bahwa di balik segala keterbatasan manusiawi, ada Allah yang mampu mengubah segalanya.
Jika kisah Ishak dan langkah iman yang ia ambil untuk menabur di tengah kelaparan menginspirasi Anda, mari bersama kita melangkah dalam iman dengan mendukung pelayanan yang dilakukan oleh Yayasan CBN Indonesia.
Kami berkomitmen menabur kebaikan kepada mereka yang membutuhkan, mulai dari memuridkan anak-anak dengan nilai-nilai Alkitab hingga membantu keluarga prasejahtera agar dapat menjalani hidup yang lebih berdaya. Anda dapat menjadi bagian Mitra CBN dengan berdonasi dengan KLIK DISINI. Bersama-sama, kita akan melihat penuaian yang berlimpah melalui kebaikan yang kita tabur bagi sesama.
BACA JUGA :
Berapa Banyak yang Perlu Kita Tabur?
Sumber : Jawaban.com | Puji Astuti