Menabur dan menuai adalah salah satu hukum Allah yang tercatat dalam Alkitab sebagai bagian dari tatanan alam semesta dan ciptaan-Nya. Dalam Kejadian 8:22, firman Tuhan menyatakan, "Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam."
Ayat ini adalah pernyataan Tuhan setelah air bah di zaman Nuh surut, sebagai janji-Nya bahwa pola alam ini akan terus berlangsung selama bumi ada. Prinsip menabur dan menuai ini bukan hanya tentang pertanian, tetapi juga mencerminkan hukum rohani yang tetap berlaku dalam kehidupan manusia hingga akhir zaman.
Bagi bangsa Israel, yang hidup dalam budaya agraris, menabur dan menuai adalah bagian yang integral dari kehidupan sehari-hari mereka. Ketergantungan pada tanah dan musim panen membuat mereka sangat memahami bahwa jika mereka menabur dengan benar, mereka akan menikmati hasil panen yang baik.
Prinsip ini juga tercermin dalam perintah Tuhan agar orang Israel menghormati tahun sabat (setiap tujuh tahun sekali) di mana tanah harus dibiarkan tidak ditanami, serta tahun Yobel setiap lima puluh tahun sekali (Imamat 25:4-12), sebagai wujud ketaatan mereka kepada Tuhan yang memelihara hidup mereka.
Selain itu, menabur dan menuai dalam kehidupan spiritual juga mencerminkan hubungan antara ketaatan kepada Tuhan dan berkat yang diterima. Tuhan menginginkan bangsa Israel menyadari bahwa kehidupan mereka sangat bergantung pada kebaikan dan kemurahan-Nya.
Menabur: Dalam bahasa Ibrani, kata untuk "menabur" adalah זָרַע (zara’), yang berarti “menaburkan benih ke dalam tanah.” Makna ini merujuk pada tindakan fisik dari pertanian, tetapi juga digunakan secara metaforis untuk tindakan atau keputusan yang dibuat dan akan memberikan hasil di masa depan.
Menuai: Kata untuk "menuai" adalah קָצִיר (qatsiyr), yang mengacu pada proses mengumpulkan hasil dari benih yang ditabur.
Menabur dan menuai adalah salah satu hukum Ilahi yang mengatur bahwa tindakan seseorang akan menghasilkan konsekuensi yang sesuai. Dalam Galatia 6:7-8, Rasul Paulus menulis, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” Prinsip ini menegaskan bahwa perbuatan kita, apakah baik atau buruk, akan mendatangkan hasil sepadan.
Menabur di Alkitab harus diiringi dengan kesabaran dan bahkan pengorbanan, seperti yang dijelaskan dalam Mazmur 126:5-6: “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan sorak-sorai.”
Menabur bukan hanya tindakan sekali saja, tetapi mengandung unsur ketekunan dan menaruh harapan pada Allah, bahwa Dia yang akan memberikan hasil dari benih yang telah ditanam.
Menabur juga bicara tentang ketaatan pada Tuhan, bahkan ketika situasi yang kita lihat sepertinya tidak mungkin bisa membuahkan hasil. Sebagai contoh adalah kisah Ishak di Kejadian 26:1-12. Pada masa kelaparan, Ishak tinggal di Gerar atas perintah Tuhan dan memilih untuk tetap menabur benih di tengah kondisi yang kering.
Luar biasa, Tuhan memberkati Ishak dan hasil panennya sangat berlimpah (disebutkan bahwa ia menuai seratus kali lipat). Ini bukan hanya menunjukkan iman dan ketaatan Ishak, tetapi juga bagaimana berkat Tuhan melampaui kondisi atau keterbatasan fisik. Kisah ini menggarisbawahi bahwa menabur di dalam kehendak Tuhan, bahkan di saat-saat sulit, mendatangkan buah yang berkelimpahan.
Menabur dalam roh dan bukan dalam daging adalah prinsip yang sering dibagikan oleh Rasul Paulus, kita diajak untuk menabur dalam kehidupan rohani kita dengan tindakan iman, kasih, dan kebenaran. Hasil dari menabur dalam roh adalah buah Roh (kasih, sukacita, damai sejahtera, dan lain-lain seperti dalam Galatia 5:22-23) yang mendatangkan kedamaian dan hidup yang kekal.
Menghidupi prinsip menabur dan menuai juga mengajak kita untuk menabur kebaikan di sekitar kita, khususnya bagi mereka yang membutuhkan. Salah satu caranya adalah melalui donasi untuk tujuan mulia. Anda dapat mendukung CBN Indonesia dalam program-program pemberitaan kabar baik, pemuridan, serta bantuan bagi anak-anak dan keluarga rentan dan prasejahatera di Indonesia.
Setiap donasi yang Anda berikan bisa menjadi "benih" yang menumbuhkan harapan baru bagi mereka yang membutuhkan. KLIK DISINI untuk berdonasi dan menjadi berkat untuk Indonesia.
Sumber : Jawaban.com | Puji Astuti