Di tengah kesibukan kerja yang padat, sering kali ayah lupa betapa pentingnya menjalin kedekatan dengan anak mereka. Ketika pulang ke rumah, ayah cenderung lupa untuk menyediakan waktu yang berkualitas dengan anak. Tidak jarang hal ini jadi membangun tembok batas bagi ayah dan anak.
Hal inilah yang Suratno (42 tahun) alami, ia bekerja menggarap sawah yang jaraknya jauh dari rumah. Dalam satu bulan ia bisa meninggalkan rumah untuk bekerja 15 hari hingga 20 hari. Sedangkan ketika ia berada di rumah selama 1 minggu, ia hanya berinteraksi dengan anak sekadarnya.
“Selagi saya di rumah, saya berinteraksi dengan ngasih nasihat saja. Jadi nggak ada waktu saya untuk bermain dengan mereka. Karena ketika saya di rumah pun, saya punya tanggung jawab untuk pekerjaan yang lain. Waktu yang tersisa hanya saat malam, namun anak-anak sudah tertidur. Jadi mereka kurang dalam pemantauan saya...” ungkap Suratno.
BACA JUGA : Abaikan Anak Karena Sibuk, The Parenting Project Ubah Pak Aprin Jadi Ayah yang Hadir
Tanpa sadar kebiasaan ini menarik garis batas antar ia dan anak-anaknya, terutama dengan anak sulungnya, Timoti. Sebab Timoti sudah ditinggal ayahnya bekerja sejak usianya masih 8 tahun.
Selama itu Timoti mendapatkan kasih sayang dari neneknya. Salah satu bentuk kasih sayang neneknya adalah dengan memberikan ponsel kepada Timoti. Ponsel itu ternyata memberikan dampak buruk, karena Timoti tumbuh menjadi anak yang tidak bisa dikontrol.
Sumber : Jawaban.com