Pengikut Yesus Kristus di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan iman mereka. Meskipun kita yang tinggal di Indonesia mungkin belum mengalami penderitaan dan penganiayaan yang hebat, namun situasi ini sangat nyata bagi saudara-saudara seiman kita di berbagai belahan dunia.
Setiap tahun, jutaan orang mengalami penganiayaan karena iman mereka kepada Yesus Kristus. Banyak dari mereka yang beralih keyakinan dari agama sebelumnya untuk mempercayai Yesus Kristus, dan hal ini sering kali berujung pada penolakan dari keluarga dan komunitas mereka.
Sejarah mencatat bahwa pengikut Yesus Kristus di masa lalu juga tidak terlepas dari penganiayaan. Para rasul mengalami kematian yang mengerikan karena mempertahankan iman mereka.
Petrus disalib terbalik, Yohanes direbus dalam minyak mendidih, Bartolomeus dikuliti hidup-hidup, dan Yakobus dibunuh dengan pedang. Kisah-kisah ini menunjukkan betapa besar pengorbanan yang harus dilakukan oleh para pengikut Yesus dalam mempertahankan iman mereka.
Kitab Ibrani memberikan kesaksian yang kuat tentang orang-orang yang disiksa dan dibunuh untuk mempertahankan iman mereka kepada Yesus Kristus. Mereka adalah contoh nyata dari keteguhan iman di tengah ancaman dan penderitaan yang luar biasa.
Salah satu tokoh yang tidak boleh kita lupakan saat membicarakan penderitaan karena iman adalah Rasul Paulus. Ia menghadapi berbagai bentuk penganiayaan sepanjang hidupnya demi menyebarkan ajaran Yesus Kristus.
Keteguhan iman dan keberaniannya dalam menghadapi penderitaan menjadi inspirasi bagi banyak orang percaya hingga saat ini. Bagaimana mereka bisa bertahan mengalami penganiayaan dan penderitaan-penderitaan tersebut?
1. Musuh Sebenarnya adalah Setan, Bukan Manusia
Dalam menghadapi masalah, kita perlu ingat bahwa musuh kita yang sebenarnya adalah setan, bukan orang-orang yang dipengaruhinya. Saat emosi kita terlibat, kita bisa marah dan menyalahkan orang lain. Namun, kita harus fokus pada roh jahat di balik tindakan buruk tersebut.
Berdiam di dalam Kristus dan hidup dalam identitas kita dalam-Nya, bisa mengarahkan kita untuk mengalahkan kejahatan.
Seperti yang dikatakan dalam Efesus 6:12, "Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara."
2. Fokus pada Upah Kekal, Bukan pada Kesulitan
Ketika Paulus tahu bahwa waktunya di dunia ini akan segera berakhir, ia mengingatkan jemaat di Filipi untuk selalu memuliakan Kristus, bukan berfokus pada penderitaan mereka. Paulus terus maju karena ia tahu ada upah yang menantinya (Filipi 3:14).
Kita juga bisa menang jika kita lebih mengutamakan upah mengikuti Kristus daripada memikirkan penderitaan sementara di dunia ini.
Dalam Matius 5:11-12, Yesus berkata, "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacitalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Baca halaman selanjutnya →
Sumber : crosswalk.com