Apa yang Membuat Anak Tumbuh dengan Tidak Percaya Diri?
Sumber: canva.com/Mikhail Nilov

Parenting / 7 August 2024

Kalangan Sendiri

Apa yang Membuat Anak Tumbuh dengan Tidak Percaya Diri?

Claudia Jessica Official Writer
549

Salah satu masalah yang dialami oleh banyak anak adalah kurangnya kepercayaan diri. Masalah ini banyak juga dialami oleh anak-anak yang dilayani oleh tim CBN di seluruh Indonesia. Anda bisa membaca kesaksian anak yang tidak percaya diri dengan klik di sini.

Seorang psikolog yang juga merupakan dosen fakultas psikologi Universitas Krida Wacana (UKRIDA), Pinkan Margaretha, M.Psi, melalui unggahan di akun instagramnya @pinkanmargaretha yang berkolaborasi dengan instagram @tanam_benih, membeberkan berbagai alasan yang membuat seorang anak tumbuh dengan kepercayaan diri yang rendah.

Berikut adalah beberapa poin utama yang disampaikan oleh Pinkan:

1. Judgemental dan Labeling oleh Orang Tua

Salah satu hal yang paling menghambat kepercayaan diri anak adalah sikap orang tua yang judgemental, yaitu ketika orang tua cenderung melabel dan menghakimi anak dengan penilaian yang belum matang.

 

BACA JUGA: Yuk Ajarkan Anak Nilai Diri Yang Benar Dengan 3 Kebenaran Firman Tuhan Ini

 

Pinkan mencontohkan situasi di mana orang tua memberikan umpan balik tidak pada perilaku anak, tetapi pada karakter anak. Misalnya, jika seorang anak kurang giat belajar, orang tua memiliki dua pilihan dalam memberikan umpan balik.

"Kita bisa langsung bilang 'kamu itu memang pemalas.' Kata 'kamu pemalas' adalah bentuk judgement atau menghakimi karakter anak karena kita memberi label bahwa karakternya pemalas," ucap Pinkan.

Sebaliknya, orang tua seharusnya memberikan umpan balik yang berfokus pada perilaku, seperti mengatakan, "Nak, papa mama lihat sebulan ini kok jarang sekali ya kamu duduk atau konsentrasi untuk mempelajari materi pelajaran atau mempelajari sesuatu. Papa mama lihat kamu lebih sering bermain games misalnya."

Dengan pendekatan ini, orang tua melakukan observasi mereka tanpa langsung menghakimi karakter anak, serta memberi kesempatan kepada anak untuk menjelaskan.

"So, hal-hal yang bisa menghambat adalah kalau kita sebagai orang tua itu cepat menghakimi," tandasnya.

2. Standar Perfeksionis yang Tidak Realistis

Selain sikap judgemental, standar perfeksionis yang tidak realistis dari orang tua juga menghambat kepercayaan diri anak.

 

BACA JUGA: Anak Remajamu Suka Minder Sama Diri Sendiri? Jangan-jangan Dia Alami Hal Ini…

 

Pinkan menjelaskan bahwa seringkali orang tua mengukur anak menggunakan ukuran yang sama dengan diri mereka di usia dewasa, tanpa mengingat bahwa mereka juga pernah berproses dari satu tahap ke tahap lainnya.

"Alih-alih mengingat dulu pada saat kita seusia anak-anak kita, kita juga belum seperti kita yang sekarang. Kita juga dulu berproses dari satu step ke step yang lain," tambah Pinkan.

3. Refleksi dan Kesadaran Orang Tua

Menurut Pinkan, sikap judgemental dan perfeksionis ini biasanya muncul melalui sikap dan kata-kata orang tua.

"Judgement dan perfectionism ini biasanya muncul lewat sikap dan kata-kata orang tua. Oleh sebab itu, kita orang tua perlu mawas diri, sadar diri. cara berkata-kata, cara bersikap ketika merespon tindak-tanduk dan perilaku anak, apakah sudah menghargai anak, sudah berempati, tidak menyerang karakter, tida melabel anak? Tetapi memberikan umpan balik yang konstruktif," kata Pinkan.

 

BACA JUGA: Membangun Rasa Percaya Diri Dalam Hidup Kekristenan,Perlu. Biar Nggak Dianggap Remeh Terus

 

Pinkan berpesan kepada orang tua untuk melakukan refleksi diri bahwasannya jika dulu kita dibesarkan dengan judging dan membandingkan, maka kita cenderung melakukan hal yang sama kepada anak-anak kita.

Dengan kata lain, orang tua perlu menyadari dan berusaha mengubah pola asuh yang tidak efektif agar dapat membantu anak mengembangkan kepercayaan diri yang sehat.

 

Sumber : Pinkan Margaretha, M.Psi
Halaman :
1

Ikuti Kami