Gadget Jadi Pintu Masuk Predator Anak
Sumber: Jawaban.com Youtube

Parenting / 25 July 2024

Kalangan Sendiri

Gadget Jadi Pintu Masuk Predator Anak

Aprita L Ekanaru Official Writer
586

Teknologi modern memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita sehari-hari. Namun, di balik kemudahan tersebut, ada ancaman serius yang mengintai, terutama bagi anak-anak kita. Baru-baru ini, Polresta Bandara Soetta bekerja sama dengan BI berhasil membongkar sindikat pembuatan video porno anak yang berawal dari permainan online seperti Mobile Legends (ML) dan Free Fire (FF). Kasus ini mengingatkan kita betapa rentannya anak-anak terhadap predator di dunia maya.

Modus Operandi Para Predator

Para pelaku kejahatan ini secara sengaja menargetkan anak-anak yang aktif di media sosial dan komunitas game online. Mereka menggunakan game sebagai sarana untuk mendekati dan membangun kepercayaan dengan anak-anak. Fasilitas chat dalam game menjadi alat bagi predator untuk berinteraksi dengan calon korban. Selain itu, mereka juga sering memberikan hadiah seperti skin game, chip, uang, barang, hingga handphone untuk memikat perhatian anak-anak.

Setelah memperoleh kepercayaan, pelaku kemudian membujuk anak-anak untuk terlibat dalam produksi video porno dengan imbalan sejumlah uang. Dalam penggerebekan, polisi menemukan 1.245 foto dan 3.870 video hasil dari tindakan keji ini.

Kasus Anak di Tasikmalaya

Pada April 2024, seorang anak SD berusia 13 tahun di Tasikmalaya menjadi korban pedofilia setelah berkenalan dengan predator berinisial YPS (27) melalui game online Mobile Legends. Ketika hubungan semakin akrab, mereka bertukar nomor WhatsApp, dan pelaku memaksa korban mengirimkan foto tidak senonoh. Kasus ini hanya satu dari banyak kasus yang menunjukkan betapa anak-anak belum sepenuhnya aman di dunia maya.

Peningkatan Kasus Kekerasan terhadap Anak

Menurut data dari Rumah Faye, sebuah organisasi non profit yang peduli terhadap anak-anak Indonesia, kasus kekerasan terhadap anak meningkat drastis paska pandemi. Pada tahun 2023 saja, tercatat 18.000 kasus kekerasan terhadap anak. Angka ini menunjukkan bahwa perlindungan anak di dunia maya masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi kita semua.

"Bayangin 18.000 anak yang mengalami kekerasan, dan itu baru yang lapor dan ada datanya. Terbayang berapa anak yang tidak berani melapor atau tidak bisa melapor." Ujar Mellysa Anastasya yang akrab dikenal dengan Kak Tasya, selaku Center Manager dari Rumah Faye.

Peran Media Sosial dalam Aksi Para Predator

Rumah Faye juga mencatat bahwa tren kekerasan terhadap anak dua tahun terakhir telah bergeser ke ranah digital. Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPA) menunjukkan bahwa 95% anak usia 12-17 tahun mengakses internet, dan 2% anak di bawah 10 tahun sudah menjadi penjudi online. Angka-angka ini mengindikasikan betapa besar potensi ancaman yang dihadapi anak-anak kita.

Ancaman predator anak di dunia maya adalah nyata dan mengkhawatirkan. Sebagai orang tua dan masyarakat, kita perlu lebih waspada dan proaktif dalam melindungi anak-anak dari bahaya ini. Tema Hari Anak Nasional ke-40, "Anak Terlindungi, Indonesia Maju", menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus berjuang memberikan perlindungan terbaik bagi generasi penerus bangsa. Dengan langkah-langkah preventif dan edukasi yang tepat, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih aman bagi anak-anak.

 

Sumber : Youtube Jawaban
Halaman :
1

Ikuti Kami