Kasus pembunuhan Vina dan Eki yang terjadi di tahun 2016 di buka kembali dan membuat kaget masyarakat. Mulai dari Polisi salah tangkap DPO hingga kini terkuak adanya kesaksian palsu.
Saksi DR mengakui bahwa ia memberikan kesaksian palsu dibawah tekanan yang mengakibatkan 7 orang divonis hukuman seumur hidup, dan 1 orang yang saat itu masih usia anak di vonis 8 tahun penjara.
Kasus ini menggambarkan dengan jelas betapa kejam dan merusaknya kesaksian palsu. Para terdakwa yang tidak bersalah telah kehilangan bertahun-tahun hidup mereka di balik jeruji besi karena kebohongan seorang saksi.
Munculnya saksi palsu juga pernah di catat di Alkitab, yaitu saat mahkamah agama Yahudi menghakimi Yesus Kristus.
Dalam Matius 26:59-61, tertulis bahwa para imam kepala dan seluruh Majelis Besar (Sanhedrin) mencari kesaksian palsu untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus. Mereka membawa banyak saksi yang memberikan kesaksian yang tidak sesuai satu sama lain.
Akhirnya, dua saksi muncul dan berkata, "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari."
Kesaksian ini merupakan penyimpangan dari apa yang Yesus sebenarnya katakan. Dalam Yohanes 2:19, Yesus berkata, "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."
Namun, Ia berbicara tentang tubuh-Nya sendiri sebagai Bait Allah, bukan bangunan fisik. Kesaksian para saksi palsu ini memutarbalikkan kata-kata Yesus untuk menuduhnya melakukan penghujatan.
BACA JUGA: Pontius Pilatus, Dari Vonis Kematian Yesus Hingga Jadi Orang Kudus
Yesus tetap diam di hadapan tuduhan palsu tersebut. Dalam Matius 26:62-63, Imam Besar bertanya kepada Yesus, "Apakah Engkau tidak memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?"
Tetapi Yesus tetap diam. Kemudian Imam Besar berkata kepada-Nya, "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak."
Yesus menjawab, "Engkau telah mengatakannya."
Yesus memilih untuk tidak membela diri terhadap tuduhan palsu yang diarahkan kepadanya, menunjukkan ketenangan dan kekuatan batin dalam menghadapi ketidakadilan. Tentunya hal ini Ia lakukan karena menyadari bahwa Ia harus menggenapi rencana Bapa untuk misi penyelamatan manusia.
Sumber : Jawaban.com | Puji Astuti