Bayangkan Anda bangun di pagi hari dengan bengkak pada kaki yang tak kunjung reda dan semakin memburuk dalam hitungan jam. Sebelum Anda menyadarinya, kondisi tersebut bisa mengancam nyawa hanya dalam 48 jam. Ini bukan cerita fiksi, melainkan kenyataan menakutkan yang dihadapi banyak orang di Jepang saat ini akibat wabah infeksi bakteri pemakan daging, atau Streptococcus pyogenes.
Menurut data dari Institut Nasional Penyakit Menular Jepang (NIID), sejak Januari 2024 hingga kini, tercatat hampir 1.000 kasus sindrom toxic-shock streptokokal (STSS) yang diakibatkan oleh bakteri ini. Jumlah tersebut terus meningkat, mengkhawatirkan masyarakat dan otoritas kesehatan di seluruh Jepang.
Apa Itu Bakteri Pemakan Daging?
Disebut bakteri pemakan daging karena kemampuannya merusak kulit, lemak, dan jaringan otot dalam waktu singkat. Gejala awal infeksi dari bakteri ini termasuk demam, nyeri, dan radang tenggorokan. Namun, infeksi dapat berkembang dengan cepat dan menyebabkan kegagalan organ dalam beberapa hari. Bakteri ini menimbulkan kondisi serius saat menembus aliran darah dan jaringan dalam, di mana ia mulai memproduksi eksotoksin yang merusak sel dan jaringan tubuh.
Kelompok Rentan dan Dampaknya
Kelompok usia paruh baya dan lanjut usia di atas 50 tahun cenderung lebih rentan terhadap sindrom ini. Menurut Ken Kikuchi, pakar penyakit menular dari Tokyo Women’s Medical University, sebagian besar kematian terjadi dalam 48 jam setelah gejala awal muncul. "Saat pasien merasakan kaki mereka bengkak di pagi hari, itu dapat menyebar ke lutut di siang hari dan mengancam nyawa mereka dalam 48 jam," jelasnya.
Langkah Pencegahan
Meskipun Kementerian Kesehatan Jepang belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kasus STSS ini, NIID menyebutkan bahwa masih banyak yang belum diketahui tentang mekanisme di balik bentuk Streptococcus yang parah ini. Di tengah kekhawatiran, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo mengimbau seluruh warga negara Indonesia di Jepang untuk meningkatkan imunitas tubuh dengan menjaga pola makan sehat dan bergizi, serta meminum banyak air putih.
Selain itu, langkah pencegahan lain termasuk menggunakan topi atau payung, mengenakan pakaian ringan dan longgar, serta memakai tabir surya untuk menghindari sengatan panas (heat stroke).
Wabah ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kesehatan dan waspada terhadap gejala-gejala awal infeksi serius. Tetap waspada, menjaga kebersihan, dan segera konsultasikan dengan tenaga medis jika mengalami gejala yang mencurigakan.
BACA JUGA:
Kemenkes Ungkap Kandungan Lemak dan Kolestrol pada Hewan Kurban
Protein Hewani atau Protein Nabati, Mana yang Lebih Baik?
Sumber : Antara News