Ini Lho Perubahan Perilaku Anak di Sekolah Pasca Pandemi, Guru dan Orang Tua Perlu Tahu!
Sumber: Liputan6

Relationship / 29 August 2022

Kalangan Sendiri

Ini Lho Perubahan Perilaku Anak di Sekolah Pasca Pandemi, Guru dan Orang Tua Perlu Tahu!

Lori Official Writer
2333

Bagi para modern parents di zaman ini, anak adalah tanggung jawab guru di sekolah. Jadi jika sesuatu terjadi kepada anak, maka itu adalah tanggung jawab sekolah dan guru mereka sepenuhnya.

Tapi tahukah Anda, pemikiran ini perlu dirubah karena perubahan yang terjadi di dalam diri Anda lebih banyak dipengaruhi oleh kebiasaan mereka di rumah. 

Hal inilah yang terjadi kepada anak selama dua tahun pandemi. Ketika anak-anak terpaksa harus sekolah online dengan hanya memakai alat teknologi untuk belajar, rupanya ada begitu banyak perubahan perilaku yang dialami anak tanpa disadari oleh parents.

Dalam sebuah postingan video yang diunggah di Youtube, Profesor Rhenald Kasali membongkar soal perubahan perilaku yang ternyata dialami anak-anak selama 2 tahun sekolah online selama pandemi Covid-19.

“Apakah Anda menyadari bahwa hal ini (perilaku anak) telah berubah. Banyak kepala sekolah yang tidak menyadari bahwa suasana di sekolah telah berubah. Orang tua pun sering kali tidak menyadari (peribahan perilaku anak selama masa pandemi),” ungkap Rhenald.

Dia menegaskan bahwa untuk menghadapi perubahan ini, baik sekolah maupun orang tua perlu memahami hal-hal apa yang sebenarnya berubah dalam diri anak, terutama ketika menjalani proses belajar mengajar di sekolah.

 

Perubahan Positif

1. Banyak anak-anak yang sudah mampu slide atau persentasi belajar yang jauh lebih bagus.

2. Anak lebih mengenal teknologi, aplikasi dan lebih mudah melakukan eksplorasi mencari bahan-bahan.

3. Anak juga menjadi lebih kreatif, lebih spontan 

4. Media pembelajaran anak menjadi lebih kreatif, sehingga dunia anak menjadi lebih berwarna.

Rhenald mengungkapkan bahwa dampak positif lain yang juga dialami anak selama masa pandemi adalah terjalinnya hubungan yang baik antara orang tua dengan anak. Dimana orang tua bisa mengenal cara belajar anak yang lebih efektif.

 

Perubahan Negatif

Sementara di sisi lain, pandemi ternyata juga berdampak negatif terhadap perilaku anak 

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

setelah kembali ke sekolah.

Berikut beberapa dampak negatif yang dialami anak.

1. Anak-anak selalu ingin menjadi yang pertama. Mereka belum terlatih untuk mengatur dan bisa menerima orang lain menjadi yang pertama.

2. Anak tidak mau gantian berbicara. 

3. Anak mengalami penurunan konsentrasi, perhatian, pengendalian diri dan juga kemandirian. Anak selalu minta dibantu ketika mencari sesuatu.

4. Anak lebih mudah menyerah atau berkata ‘Tidak bisa’ ketika guru meminta untuk mengerjakan sesuatu.

5. Selain itu anak juga kurang mengenal aturan, inisiatif dan batas waktu. Dengan kata lain, anak menjadi kurang memiliki pengelolaan waktu karena kebiasaan di rumah yang tidak dikontrol oleh orang tua.

6. Anak kurang memiliki kepercayaan diri dan kurang bisa bersosialisasi saat bermain dengan orang lain.

7. Kemampuan merangkai kata-kata atau literasi anak mengalami kemunduran. Ada banyak anak yang sulit untuk membuat kalimat lengkap.

8. Anak juga ditemukan sulit untuk memahami pelajaran atau perhatian mereka terhadap satu hal. Karena itu banyak anak yang hanya memiliki kalimat pendek, pemahaman yang pendek dan seringnya tidak bisa menyelesaikan sesuatu dengan tuntas. 

Dalam hal ini, Rhenald menilai jika kondisi yang dialami anak berkaitan dengan masalah gangguan pada memori.

“Anak-anak juga sulit menerima perintah, mudah bosan dan bawaannya di kelas mereka ingin main game dan mudah ter-distrak. Artinya kalau di depan kelas ada orang lewat, mereka rame-rame menengok keluar,” terangnya.

Penurunan-penurunan inilah yang dianggap perlu diperbaiki atau dibangun kembali oleh sekolah maupun orang tua. 

Jadi apa yang perlu dilakukan untuk mengembalikan perilaku anak kembali normal?

Rhenald menuturkan bahwa langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mengubah pola mengajar yang baru.

“Saya ingin mengingatkan kepada guru dan pendidik, bahwa mendidik tidak cukup hanya dengan memberikan Matematika sehingga mereka bisa menghitung dengan baik. Tidak cukup hanya memberikan ilmu pengetahuan Fisika, Kimia, Ilmu Sosial, Sejarah dan lain sebagainya. Tidak cukup hanya dengan menghafal dan sekedar tahu. Anak-anak kita ke depan perlu dibangun beragam hal agar mereka bisa menjadi pemimpin yang handal,” lanjutnya.

Rhenald mengingatkan supaya para pengajar dan guru perlu membangun kembali karakter anak, baik perilaku, emosi dan mental.

Tentu saja pekerjaan ini perlu dilakukan secara bersama-sama antara orang tua dan guru. Orang tua punya peran yang sangat vital dalam membentuk karakter anak, untuk itu penting sekali menanamkan nilai-nilai kasih, kebaikan, kejujuran, pengendalian diri kepada anak di rumah.

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami