Apa itu Ortorite Dan Ortovita? Ternyata Ini Penting untuk Kehidupan Rohani Kita
Sumber: canva

Spirituality / 4 July 2022

Kalangan Sendiri

Apa itu Ortorite Dan Ortovita? Ternyata Ini Penting untuk Kehidupan Rohani Kita

Contasia Christie Official Writer
3771

Baca : Matius 12:9-15a

Dari bacaan Alkitab yang baru saja kita baca akhirnya menemukan istilah “Ortorite” dan “ortovita”. Apakah artinya? Ortorite adalah ritus atau ritual yang benar. Ortovita adalah keseharian hidup yang benar. Ortorite dan ortovita idealnya berjalan berdampingan tetapi faktanya lebih banyak menjadi versus ketika orang memiliki Ortorite tetapi tak mampu dan tak mau menunjukkan ortovita.

Orang Farisi zaman Yesus tidak memiliki keseimbangan Ortorite dan ortovita. Ortorite mereka begitu sempurna tetapi ortovita mereka dicela Yesus.

Kita bisa melihat sebuah contoh yang ditunjukkan orang-orang Farisi dalam bacaan tadi, ketika melihat Yesus menyembuhkan orang yang sebelah tangannya lumpuh pada hari Sabat. Para orang Farisi itu pun kemudian memanfaatkan hal itu untuk mencari-cari kesalahan Yesus. 

Baca juga : Menyelami Pikiran Tuhan

 

"Boleh atau tidak orang ini disembuhkan? Ini hari Sabat lho...hari dimana kita tidak boleh melakukan pekerjaan apapun, sesuai kata hukum Taurat," kira-kira seperti itulah yang mereka katakan. 

Lalu apa jawab Yesus? "Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya?" (ay 11). 

Lalu Yesus melanjutkan: "Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat." (ay 12). Dan Yesus pun menyembuhkan orang itu.

Ada banyak orang yang sedang menderita bermacam-macam masalah, dan mereka butuh jamahan Tuhan. Hal seperti itu tidak mengenal waktu. Sama seperti kita bisa mengalami sakit kapan saja, bahkan di jam-jam dimana orang mungkin sedang beristirahat, atau ketika di hari libur ternyata kita tiba-tiba membutuhkan dokter. Masalah bisa datang tanpa mengenal waktu.

Baca selanjutnya ---------->

 

Yesus tahu apa yang menjadi kebutuhan manusia dan apa yang menjadi tugas-Nya turun ke dunia, karenanya Dia pun mengulurkan tanganNya tanpa mempedulikan waktu. Kita bisa melihat apa kata Yesus berikut ini: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit." (Matius 9:12). Dia datang justru untuk orang-orang "sakit" seperti kita yang berdosa dengan berbagai akibat yang harus kita tanggung. Dia datang untuk menyembuhkan dan menawarkan keselamatan kepada semua orang tanpa terkecuali. 

Tapi lihat bagaimana respon orang Farisi yang merasa tahu betul Taurat Tuhan. Bukannya bersukacita atau bersyukur karena orang yang lumpuh sebelah tangan itu sudah sembuh, tetapi malah memakai momen itu untuk menjebak Yesus. Bukannya senang melihat ada orang yang dijamah Tuhan, tetapi malah mereka mementingkan peraturan atau tradisi-tradisi yang mengikat, ketimbang mengalirkan kasih Allah kepada orang lain. Apa yang ditunjukkan oleh orang-orang Farisi itu adalah sebuah bentuk kesombongan Rohani yang timbul akibat lebih memilih tradisi atau tata cara ketimbang mengasihi orang lain. 

Mereka lebih mementingkan Ortorite dan mengabaikan ortivita. Artinya hubungan ritual/ibadah mereka dengan Allah begitu ketat dijalankan tetapi mengabaikan hubungan mereka dengan manusia.

Baca juga : Langkah-langkah Memiliki Iman

 

Yesus menentang hal ini. "Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." (Markus 7:6-8). 

Apa yang dikatakan Yesus ketika kita lebih mementingkan tradisi dan tata cara, peraturan-peraturan bikinan manusia ketimbang melakukan perintah Allah? Yesus berkata: percuma. Percuma saja beribadah kalau hubungan Tuhan ternyata dinomor duakan dibawah berbagai formalitas, peraturan atau tata cara buatan manusia.

Di satu sisi formalitas atau aturan memang diperlukan agar segala sesuatu bisa berjalan tertib, teratur dan lancar. Tetapi di sisi lain ketika itu menjadi terlalu kental, maka kita pun bisa menjadi dingin dan kaku, atau kemudian terjebak menjadi orang-orang yang sombong secara rohani. 

Dalam 2 Timotius 3:5 Paulus menulis: “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”. Kenyataan ini menunjukkan adanya kebuntuan “ritus yang benar” yang tidak bermuara pada “hidup yang benar”. 

Baca selanjutnya ------------->

Ibadah itu bukan hanya seseorang menjadi mengerti firman, tempat berjumpa dengan Allah dan sesama, atau kita minta diberkati, tetapi ibadah adalah waktu dan tempat dimana kita mengalami perubahan hidup yang signifikan dan bersesuaian dengan kegiatan ibadah itu sendiri. Dengan kata lain ibadah liturgis harus dapat menunjukkan buah yang luar biasa dalam ibadah yang sejati, dan ibadah yang sejati mendapat kekuatannya dari ibadah liturgis.

Ibadah liturgis yang kita lakukan baik di gereja, ibadah rumah tangga, atau ibadah-ibadah kategorial lainnya, hendaknya tidak hanya berhenti sampai disitu, tapi harus kita teruskan dan tunjukkan juga dalam ibadah yang sejati yakni seluruh aspek hidup kita dengan sesama (keluarga, pekerjaan, lingkungan di mana kita ada).

Jadi Ortorite dan ortovita tidak bisa dipisahkan.

Mari kita renungkan sejauhmana Ortorite kita telah mendapatkan buah yang signifikan dalam ortovita. Amin.

Ditulis oleh Melyati Mbuilima

Semua karya tulis yang dibuat oleh contributor adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

 

Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami