Apa yang Alkitab Ajarkan Kepada Kita tentang Fitnah dan Perkataan?
Sumber: pexels

Kata Alkitab / 27 June 2022

Kalangan Sendiri

Apa yang Alkitab Ajarkan Kepada Kita tentang Fitnah dan Perkataan?

Contasia Christie Official Writer
5823

Hukum akan diberikan kepada mereka yang telah terbukti secara data dan fakta melakukan atau tidak melakukan seperti apa yang sedang diperkarakan. Siapa kita, bukanlah menjadi penentu untuk penghakiman bagi orang lain. Jika kita hidup berpadanan dengan Injil kasih karunia Allah, maka kata ‘hukum’ bukanlah menjadi sesuatu yang menakutkan.

Dan ‘hakim’ adalah penggenapan dari harapan akan kehidupan masa depan, dimana kita tidak hanya hidup untuk mengharapkan memiliki surga semata. Namun lebih mengarah pada pengharapan akan anugerah untuk hidup dan memerintah bersama Dia dalam Kerajaan-Nya yang kekal.

 

Makna memfitnah

Memfitnah berarti melakukan tindakan penyebaran kebohongan, sebagaimana kitab Yakobus di atas menegaskan tentang penguasaan lisan atau lidah, agar tidak menjadi batu sandungan untuk diri kita sendiri namun mendatangkan berkat bagi orang lain (Amsal 10:20-21). Jadi, dalam hal ini sudah sepatutnya kita hidup dan mempraktekkan firman Tuhan yang hidup dengan menjadi pewarta kabar sukacita bukan sebaliknya.

Baca juga : Fitnah dan Gosip, Toxic Paling Berbahaya Dalam Kekristenan. Begini Dampak Buruknya…

 

Berkatalah bijak

Dalam kitab Amsal 23:19 - “Hai anakku, dengarkanlah, dan jadilah bijak, tujukanlah hatimu ke jalan yang benar.”

Ayat ini menasihatkan kita agar menjadi bijak, dengan menujukan hati kita ke jalan yang benar. Dengan lidah/ ucapan kita dapat menjatuhkan orang lain sejatuh-jatuhnya, namun dengan lidah juga kita dapat meninggikan orang lain setinggi-tingginya. Dari hal ini, manakah yang akan kita pilih dan lakukan? Pastinya selaku anak-anak Allah, kita diminta bahkan diperintahkan untuk melakukan kebenaran sejati dalam hidup kita.

Jadi, saudaraku yang terkasih berperilakulah bijak, kekanglah keinginan hati untuk mengumbar deretan kata-kata buruk dari diri kita. Sebab jejak dari perkataan itu bisa dengan mudah melukai dan membekas pada hati atau pikiran orang lain.

Ditulis oleh Liana M. Tapalahwene (Contributor)

Semua karya tulis yang dibuat oleh contributor adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Sumber : Liana M. Tapalahwene (Contributor)
Halaman :
12Tampilkan Semua

Ikuti Kami