Gereja Hati Kudus Yesus (HKY) Palasari, Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, Jembrana, Bali menjadi bukti dari kerukunan beragama. Meski berlokasi di wilayah yang didominasi umat Hindu, namun kerukunan tetap terjaga.
Hal ini dibenarkan oleh Dewan Pastoral Paroki (DPP) Gereja HKY Palasari I Nyoman Sugiri. “Sampai saat ini (warga setempat) hidup rukun dan harmonis, tidak pernah ada permasalahan,” katanya.
Uniknya, desa Ekasari ini bukan saja hanya ditinggali oleh kaum minoritas Kristiani tetapi ada juga umat Muslim yang tinggal dekat dengan bendungan Palasari. Sehingga desa ini bisa dikatakan tempat tinggal tiga keyakinan yang berbeda. Meski begitu, umat beragama ini tetap hidup rukun dan damai.
Salah satu tindakan kerukunan yang dilakukan oleh pihak HKY Palasari adalah dengan mengadakan kegiatan sosial berupa membagikan bingkisan kepada warga setempat yang tidak mampu tanpa memandang agamanya.
Baca Juga: Desa Blimbingsari, Wisata Religi yang Padukan Gereja Dengan Sentuhan Budaya Bali
Bukan hanya itu, gereja yang dibangun sejak tahun 1936 ini juga berbaur dengan budaya Bali. Dimana tata cara ibadah masih menggunakan bahasa Bali. Begitu juga dengan penggunaan nama di lingkungan gereja. “Nama-nama yang kami gunakan tetap diawali dengan nama Bali. Seperti saya sendiri, saya I Nyoman Sugiri,” ucapnya.
Setiap kali menyambut hari raya, seluruh jemaat gereja baik anak kecil, remaja, dewasa hingga orang tua juga akan tampil mengenakan pakaian adat Bali. Ini menjadi ciri khas gereja tersebut. Bahkan untuk saat mengadakan perayaan, gereja ini tetap mengadaptasi budaya Bali dalam seremoninya seperti contoh penggunaan Penjor dan Gebogan.
“Karena kami memang orang Bali, leluhur kami orang Bali. Kami mempertahankan adat Bali tersebut sampai saat ini,” terangnya.
Baca Juga: Lagi Liburan ke Bali? Jangan Lupa Mampir ke Dua Desa Kristen Ini Ya..
Berdasarkan catatan, sejarah pembangunan HKY Palasari ini terbilang panjang. Gereja ini pertama kali dirintis oleh Pastor Simon Buis, SDV, seorang warga keturunan Belanda. Di tahun 1940, dia diberi sebidang tanah oleh Raja Jembrana untuk mendirikan bangunan sebagai tempat mengajarkan agama Katolik. Awalnya dia hanya memiliki 24 jemaat.
Pembangunan gereja pun dimulai secara permanen pada tahun 1955. Desain gereja identik dengan bangunan bergaya Eropa dan dikerjakan secara langsung oleh arsitektur asal Belanda bernama Bruger Ign, AMD Vrieze, SVD. Setelah selesai, gereja diresmikan oleh Mgr Albers O Carm pada tahun 1958.
Sejak puluhan tahun berdiri, gereja HKY Palasari menunjukkan jati dirinya sebagai bagian dari masyarakat Bali dan berbaur dengan budaya dan agama setempat.
Baca Juga: Menengok Pesona Gereja Tua Pniel Bitung yang Penuh Sejarah
Alangkah indahnya jika kerukunan semacam ini juga terjadi di berbagai belahan wilayah di Indonesia. Mari terus berdoa supaya gereja-gereja bisa menjadi pancaran cahaya kasih Tuhan di tengah bangsa ini.
Sumber : detik.com