Apakah Anda Sedang Mencari Kepuasan? Temukan Lewat Hal Ini…
Sumber: Jawaban.com

Kata Alkitab / 6 April 2022

Kalangan Sendiri

Apakah Anda Sedang Mencari Kepuasan? Temukan Lewat Hal Ini…

Lori Official Writer
3226

Kartunis ternama Walt Kelly yang dikenal lewat komik ‘Pogo’ pernah berkata “Kita sudah bertemu dengan si musuh yaitu diri kita sendiri.”

Kelly mengungkapkan paradoks yang kerap kita jumpai dalam diri kita bahwa segala sesuatu yang kita benci, justru cenderung terjadi. Apa yang cenderung kita lawan, justru akan kita dukung. Kita semua punya kecenderungan untuk mencari kenyamanan diri.

Jika harus memilih antara jalan yang sulit dan jalan yang mudah, hampir pasti kita akan selalu memilih jalan yang mudah.

Memilih gereja pun demikian. Walaupun mudah untuk mempertanyakan alasan gereja yang menyediakan kafe dan layanan antar jemput ke tempat parkir untuk menarik jemaat baru, kita juga terlalu mudah terbuai dengan kenyamanan yang kita rasakan lewat fasilitas tersebut. Sikap kita begitu cepat berubah dari “Aku tak menyukainya” menjadi “aku pantas mendapatkannya”.

Film Wall-E yang diproduksi oleh Pixar berkisah tentang sebuah robot lucu dan berperasaan yang menjadi satu-satunya penghuni bumi yang tersisa. Wall-E adalah salah satu dari ribuan robot yang diproduksi oleh Buy n Large, konglomerasi global yang menguasai pasar di semua industri. Setelah seluruh penghuni bumi mengkonsumsi semua produk Buy n Large, mereka meninggalkan sampah-sampah yang menggunung. Karena sampah-sampah itu mengganggu kenyamanan mereka, sebuah pesawat luar angkasa bernama Axiom membawa mereka dari planet bumi, sembari masalah mereka dibereskan oleh si robot kecil, Wall-E. 

 

Baca Juga: Proses Menyakitkan Hari Ini Menghasilkan Kepuasan di Hari Esok

 

Sementara itu, generasi-generasi manusia berikutnya dibesarkan di atas pesawat Axiom, hingga mereka menyerap budaya konsumerisme yang menjawab setiap kebutuhan mereka.

Jadi, apa yang awalnya kita lawan justru adakalanya kita dukung.

Sebelum kita berubah, kita perlu memahami keadaan kita saat ini. Jika kita ingin memerangi konsumerisme di dunia rohani, kita harus lebih dahulu memerangi diri kita sendiri. Saya yakin kita bisa melakukannya ketika kita jujur mengakui 4 kebenaran ini.

#1 Jujur dengan kegemaran kita akan harta benda

Sebelum mengkritik konsumerisme yang mulai marak di gereja, kita perlu mengenali kecenderungan itu dalam diri kita. Di satu sisi, kitalah yang menciptakan konsumerisme itu, karena sebagai orang percaya, kita adalah gereja itu sendiri. 

Konsumerisme bisa dalam beragam bentuk. Bisa tentang makanan enak, mobil bagus, liburan dan beragam kenyamanan hidup. 

Namun konsumerisme juga tidak hanya terkait dengan produk-produk yang kita konsumsi. Tetapi juga terkait dengan sikap kita. Walaupun mungkin kita merasa sebagai minimalis, tetapi kita masih suka kesal jika antrian terlalu panjang, dilayani dengan buruk, sinyal wifi terlalu lemah, atau makanan yang disajikan sudah dingin. 

 

Baca Juga: Kepuasan Itu Datangnya Dari Rasa Haus dan Lapar Akan Firman Tuhan

 

#2 Kita diciptakan dengan beragam keinginan

Saat Tuhan menciptakan Adam dan Hawa, Dia menempatkan mereka di dalam taman, memberi mereka otoritas atas bumi dan memerintahkan mereka untuk menaklukkan bumi dan berkuasa atasnya (Kejadian 1: 28). 

 

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

Kata Ibrani untuk menaklukkan adalah kabash, yang berarti menguasai dan mengandung pengertian bahwa Adam dan Hawa harus mengolah bumi agar membawa manfaat bagi mereka. Setiap pohon anggur, setiap aliran air, setiap tumbuhan merupakan karunia dari Sang Pencipta untuk dinikmati.

Masalahnya bukan karena Adam dan Hawa tidak menginginkan kenyamanan. Tetapi mereka mulai mencari kenyamanan dari sumber yang salah. 

Kita semua tahu bahwa akhir kisah manusia pertama ini pada akhirnya dihancurkan oleh hasrat mereka sendiri. Pekerjaan yang semula membawa sukacita menjadi sesuatu yang harus dilakukan dengan susah payah. Dosa, keserakahan, dan konsumtif yang tak terkendali menguasai seluruh umat manusia.

 

3. Menduakan Tuhan dengan harta benda kita

Hasrat bukanlah hal yang buruk. Sebagai manusia yang diciptakan dengan kehendak dan emosi, kita memiliki dorongan yang kuat untuk menikmati kesenangan.

Tetapi hasrat yang kita punya bukanlah tujuan akhir dari hidup kita. Tetapi hasrat itu harus mengarahkan kita kepada hal yang lain.

Sebagai manusia, kita mungkin mudah sekali menjadikan harta benda kita sebagai ilah. Kita jadi lupa bersyukur dan menyadari bahwa itupun adalah pemberian Allah. 

Kita tidak akan pernah bisa merasa puas dengan apa yang sudah kita miliki. Begitulah konsumerisme terus berkembang. Sampai kita mendapati hidup kita tidak pernah merasa puas dan segalanya mulai terasa hampa.

Kebenarannya adalah kepuasan kita hanya berasal dari sang Pencipta.

 

Baca Juga: Kepuasan Sementara Vs Kepuasan Sejati, Mana yang Anda Inginkan?

 

4. Hanya di dalam Kristus kita mendapat kepuasan

Filipi 4 menyampaikan seputar peran kekayaan dan materi. Di sana, Paulus membahas tentang kekuatiran, kesabaran, kelimpahan, kebutuhan, kemurahan hati dan berkat. 

Tetapi itu dari pasal ini tertuang di ayat 11 dan 13, “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan....Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

Sebelum kita menyadari bahwa Yesus sudah ada lebih dulu dari segala sesuatu, dan segala sesuatu ada di dalam Dia, dan di dalam Dia telah diciptakan segala sesuatu, kita tidak akan pernah menyadari keutamaan dan keagungan-Nya (Kolose 1: 16-18). 

Jadi, kita perlu menyadari bahwa ketergantungan kita seharusnya bukan kepada harta benda, melainkan kepada Kristus yang sanggup menyediakan segala sesuatunya atas hidup kita.

 

Baca Juga: 5 Kunci Hidup Merasakan Kepuasan Sejati Menurut Filipi 4 

 

Sebagai pengikut Kristus, kita harus lebih dulu menunjukkan ketergantungan kita kepada Dia. Kita perlu meyakinkan bahwa Yesus adalah segala-galanya bagi kita dan bagi gereja kita. Sebelum kita menemukan kepuasan total di dalam Dia, kita tidak akan pernah menemukan kepuasan dalam apapun yang kita miliki atau alami.

Sumber : Buku Misi yang Terabaikan? dari Our Daily Bread
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami