Heboh Anak Ditodong dan Tidak Ada yang Menolong, Ini Cara Tanamkan Empati Sedari Dini
Sumber: istockphoto

Parenting / 28 March 2022

Kalangan Sendiri

Heboh Anak Ditodong dan Tidak Ada yang Menolong, Ini Cara Tanamkan Empati Sedari Dini

Contasia Christie Official Writer
2366

Kemarin saat menonton berita di televisi, momin dikagetkan dengan berita seorang anak SMP yang ditodong pada siang hari bolong saat kodisi ramai. Lucunya, orang-orang yang ada di sekitar anak itu tidak menolongnya sama sekali saat ia ditodong dengan senjata tajam. Akhirnya handphone dan uang anak itu raib begitu saja tanpa ada yang mempedulikannya.

Saat menonton berita itu, langsung momin berpikir, bagaimana kalau hal itu menimpa anak momin. Akankah ada orang yang mau menolong dia. Atau jika momin di posisi orang yang ada di sekitar anak itu, apakah momin berani menolongnya juga?

Ternyata hal ini ada sangkut pautnya dengan masalah EMPATI. Fenomena yang bisa mempengaruhi orang menjadi diam saja dan tidak berani untuk membantu, dinamakan BYSTANDER EFFECT. Fenomena ini terjadi ketika orang hanya menjadi penonton dan berpikir akan ada orang lain yang membantu. Celakanya jika semua orang berpikir seperti itu, lalu siapa yang akan membantu.

Yang paling mengejutkannya, hal ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja. Penelitian yang dipublikasikan dalam Psycological Science Journal, bystander effect ini juga terjadi pada anak-anak. Oleh karena itu, kita sebagai Parents sudah seharusnya mempunyai tanggung jawab untuk menumbuhkan rasa empati pada anak, agar sampai dewasa, dia juga berani memperjuangkan kebenaran.

Baca juga : Ayo Siapkan Dana Pendidikan Anak Sedari Dini dengan 7 Jenis Tabungan dan Investasi Ini!

Ilmuwan dari Universitas Harvard memaparkan bagaimana caranya orang tua melatih anak untuk mempunyai rasa empati yang besar:

1. Menjadi teladan dan mentor yang kuat bagi anak.

Anak akan patuh jika orang tua dapat menjadi teladan, atau melakukan hal yang sama. Jujur, rendah hati, ramah serta ikut andil dalam masyarakat adalah sikap yang akan dilakukan anak jika dia melihat orangtuanya juga melakukan hal-hal tersebut. Jangan ragu untuk mengakui kesalahan di depan anak, dan tunjukkan padanya bagaimana memperbaiki kesalahan itu.

Dorong anak untuk selalu peduli dan menaruh perhatian pada kebutuhan orang lain. Jangan sampai mengesampingkan orang lain hanya demi memenuhi kebutuhan diri sendiri.

 

2. Ajari anak untuk menjadi orang baik sebagai prioritas hidup mereka.

Ajarkan anak tentang kepedulian dan sikap baik kepada orang lain. Pendidikan secara formal yang dinilai dengan rapor memang penting. Tapi yang lebih penting lagi bagaimana orang tua dapat mengarahkan anaknya agar mendapatkan pendidikan moral dan etika yang terbaik. Dukung anak untuk selalu menyelesaikan masalah dengan memikirkan kepentingan orang lain yang bersinggungan dengannya.

3. Berikan anak waktu family time dimana SuperParents bisa mengobrol dengan anak.

Dengan adanya family time, anak mempunyai kesempatan untuk belajar langsung dari orang tua. Orang tua juga bisa memberikan perhatian pada setiap kehidupan anak, memberikan dorongan, dan mengajarkan anak untuk peduli serta menghargai orang lain. Jika dari lingkungan terdekat (keluarga) mereka sudah dapat belajar hal yang positif, maka anak justru bisa menularkannya (menjadi berkat) kepada teman-temannya di sekolah.

 

4. Memberikan kesempatan anak untuk belajar peduli secara langsung dan mendengarkan orang lain.

Anak dapat belajar peduli dengan orang lain melalui aktivitas disekitarnya. Misalnya membantu orang tua mengantar makanan ke tetangga, mengikuti kegiatan lingkungan seperti kerja bakti, membantu teman yang mengalami kesulitan, dan mendengarkan atau menyimak orang lain saat berbicara.

Baca juga : Saat Anak Ajukan Pertanyaan Sulit Tentang Alkitab, Jawablah Dengan 3 Cara Ini

 

Dengan mendengar keluhan atau memberikan kesempatan bagi orang lain berbicara, berarti anak sudah belajar untuk menghargai dan menghormati. Berikan pujian kepada anak jika mereka sudah berhasil melakukannya.

 

5. Bantu anak dalam mengenali emosi dan pengendalian diri saat menghadapi konflik.

Dorong anak Anda untuk mengenali perasaannya sendiri, lalu ajari dia kemampuan untuk mengendalikan emosinya. Menarik napas dalam-dalam saat marah, atau menghitung hingga dua puluh hingga amarahnya mereda.

Bantu anak menyelesaikan konflik dengan memahami berbagai macam emosi yang dia rasakan. Katakan padanya, bahwa semua orang juga mengalami hal yang sama pada satu waktu.

Sumber : Superbook Indonesia
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami