Heboh Istilah Flexing, Ajarkan Hal Ini Agar Anak Tidak Sombong di Media Sosial
Sumber: istockphoto

Parenting / 21 March 2022

Kalangan Sendiri

Heboh Istilah Flexing, Ajarkan Hal Ini Agar Anak Tidak Sombong di Media Sosial

Contasia Christie Official Writer
2947

Heboh para crazy rich yang akhirnya ditangkap oleh polisi karena ternyata kekayaannya adalah hasil penipuan, membuat kita jadi mengenal istilah baru. Mereka mudah ditemukan oleh para panyidik karena kerap kali melakukan FLEXING. Flexing ini sebenarnya lekat dengan dunia anak-anak kita yang mulai ketergantungan dengan media sosial. Apa arti flexing itu sendiri dan bagaimana cara kita menjaga anak-anak kita agar tidak melakukan tindakan tersebut? Simak pembahasannya di bawah ini…

 

Arti Flexing

Flexing adalah perilaku pamer kekayaan di media sosial. Di Indonesia, istilah ini ada karena munculnya ‘crazy rich’ dan para ‘sultan’ yang umurnya masih tergolong muda. Beberapa perusahaan memanfaatkan orang-orang yang suka flexing untuk strategi pemasaran atau marketing mereka. Tujuan melakukan flexing ada tiga. Kepentingan endorsement, menunjukkan kredibilitas, dan ingin mencari pasangan yang kaya juga.

Sayangnya hal ini disalahgunakan oleh beberapa orang untuk menipu. Akhirnya muncullah penipuan berkedok investasi, review bohong tentang produk supaya orang mau memakainya, mengajak orang untuk bergaya hidup wah walaupun dengan uang pas-pasan, dan masih banyak lagi.  

 Baca juga: Prinsip Mempertahankan Pernikahan yang Harus Kamu Ketahui Sejak Pacaran

 

Flexing = masalah

Membicarakan diri sendiri memang menyenangkan. Tapi flexing sebenarnya sama saja dengan ‘pamer’ atau ‘sombong’. Flexing mempunyai dampak buruk. Alih-alih ingin menunjukkan bahwa mereka ‘fine’ dan mampu, malah yang ada orang kesal dibuatnya, menimbulkan iri hati, kritikan, tuduhan, hujatan, dan lainnya.

 

Cara mengajarkan anak untuk tidak sombong

Firman Tuhan dalam Yesaya 2:17 mengajarkan, “Manusia yang sombong akan ditundukkan dan orang yang angkuh akan direndahkan; hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu.”

BACA SELANJUTNYA -----------------------> 

Dalam ayat ini kita diingatkan bahwa manusia yang sombong akan direndahkan, karena hanya Tuhanlah yang patut kita tinggikan. Media sosial memang membuat kita gatal untuk memamerkan sesuatu, karena memang disanalah tempat untuk mengaktualisasikan diri. Tapi perlu diingat, hal ini jangan dilakukan sampai berlebihan. Apalagi pada anak-anak.

 

Parents bisa mengajarkan 2 hal penting ini dari sekarang:

1. Hindari gaya hidup hedonis

Agar anak tidak jadi orang yang angkuh, ajarkan anak untuk terbiasa berusaha sendiri mendapatkan hal yang ia butuhkan. Jika tidak, ia akan merasa bahwa fasilitas yang ia dapatkan adalah hal yang biasa. Dampak jangka panjangnya adalah kesulitan untuk bersyukur dan memberikan empati pada orang yang tidak seberuntung dia. Anak akan mudah meremehkan orang yang tidak setara dengannya.

Sebisa mungkin latih anak untuk berjuang sendiri untuk memenuhi keinginannya. Sekalipun keluarga hidup berkecukupan bahkan berlebih, yang bisa dengan mudah menuruti permintaannya. Terbiasa memberikan segala sesuatu yang diminta anak berisiko membuat anak rentan depresi saat ia gagal mendapatkan apa yang ia mau. Anak juga harus dilatih agar kelak bisa mandiri tanpa perlu mengandalkan orang lain.

 

2. Kurangi standar hidup yang tinggi

Saat anak bersekolah di tempat yang semua anaknya memakai sepatu dengan harga 1 juta, maka anak akan berpikir bahwa itu adalah hal yang wajar. Ia terbiasa dengan gaya hidup seperti itu. Tentu saja sebagai orangtua kita ingin anak memiliki berbagai hal yang bagus seperti anak lainnya. Tapi tak ada salahnya memberikan pandangan yang lain bahwa ada orang-orang yang tak seberuntung dia. Apabila kita selalu bertindak melayani, membenarkan, dan memberikan segala sesuatunya untuk anak, maka tak akan mengherankan jika ia akan tumbuh menjadi anak yang angkuh dan menyebalkan.

 

3. Tumbuhkan empati anak

Dengan empati, mereka bisa melihat kondisi orang lain yang tidak semampu dia. Itulah yang bisa membantunya segan untuk memamerkan gaya hidup wah yang dimilikinya. Dia bisa berpikir bahwa banyak orang yang tidak seberuntung dia, dan dia menghargai mereka dengan tidak mem-posting hal-hal yang terkesan “memamerkan” yang dia miliki.

Sumber : dari berbagai sumber
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami