Flexing, Strategi Marketing Berkedok Penipuan. Hati-hati Ya!
Sumber: Bowie Dispatch

Finance / 21 March 2022

Kalangan Sendiri

Flexing, Strategi Marketing Berkedok Penipuan. Hati-hati Ya!

Lori Official Writer
3150

Michael LeBoeuf, seorang penulis buku bisnis, seperti dikutip lewat situs Quora menyampaikan demikian.

“Orang kaya yang pintar tidak suka pamer.  Mereka menyimpan sebagian besar uang mereka untuk diinvestasikan supaya uang tersebut bekerja bagi mereka. Banyak orang yang pura-pura kaya membeli mobol mahal, pakaian, perhiasan dan lain-lain untuk membuat kita percaya bahwa mereka kaya. Jika Anda menghabiskan uang Anda untuk membeli barang-barang mahal, Anda akan membeli barang tersebut tetapi tidak dengan uang Anda.”

Pernyataan ini benar-benar sesuai dengan fenomena kaya bohongan atau kaya abal-abal atau yang disebut dengan istilah flexing belakangan ini di Indonesia.

Seperti dituturkan praktisi bisnis Profesor Rhenald Kasali bahwa dalam Theory Consumer Behaviour, istilah conspicuous consumption merupakan perilaku dimana seseorang sengaja menunjukkan barang-barang yang dibeli kepada orang lain. Misalnya, mobil mewah, perabotan rumah mahal dan sejumlah barang-barang bermerk yang serba mahal. Orang-orang semacam ini, katanya, sengaja untuk menunjukkan bahwa dirinya hebat, kaya dan memiliki sesuatu. 

Tindakan pencitraan inilah yang diharapkan bisa menarik perhatian orang lain, sehingga ketika dia mulai menawarkan produk untuk dijual maka konsumen akan lebih mudah percaya. 

 

Baca Juga: Salahkah Jika Kita Ingin Menjadi Kaya? Ini yang Alkitab Katakan

 

Dua Macam Flexing

Menurut Profesor Rhenald, orang-orang yang melakukan flexing atau pamer kekayaan dibagi dalam dua macam. Pertama, pamer untuk tujuan menumbuhkan kepercayaan kepada publik. Dengan istilah lain, sebuah tindakan pencitraan demi mendukung bisnis atau pekerjaan profesionalnya. Contoh kasus seperti pengacara kondang Hotman Paris yang terkenal kaya dan yang suka memamerkan kekayaannya kepada publik.

Kedua, pamer kekayaan yang sengaja dilakukan orang yang sebenarnya tidak kaya tetapi mereka memiliki tujuan melalui tindakan tersebut untuk menjadi kaya. Tahukah Anda bahwa tindakan ini merupakan strategi marketing berkedok penipuan lho! 

Menariknya, tindakan ini banyak dilakoni oleh kaum millenial dan kebanyakan korbannya juga berasal dari kaum millenial sendiri. Seperti realita yang bisa kita lihat terjadi kepada founder aplikasi trading Binomo Indra Kenz dan juga founder aplikasi trading Quotex Doni Salmanan. Keduanya sengaja memamerkan kekayaan secara terang-terangan di sosial media. Kemudian setelah menaruh kepercayaan publik, mereka mulai memanfaatkan kepercayaan tersebut untuk memperkaya diri mereka melalui investasi bodong yang dijalankan.

 

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

Beda Orang Kaya dengan Kaya Bohongan

Jika orang kaya bohongan suka memamerkan kekayaan, maka orang yang benar-benar kaya tidak akan pernah menunjukkan dirinya kaya. Karena mereka menyadari bahwa ketika mereka memamerkan kekayaan, seperti rumah yang dibeli senilai miliaran rupiah, mereka akan berhadapan dengan pajak yang akan dibebankan oleh pemerintah.

Dia menjelaskan bahwa orang kaya tidak suka pamer. Tetapi orang yang tidak mempunyai uang ingin dikenal. Orang kaya tidak perlu gelar yang ribet dan sulit, tetapi mereka hanya berpikir apa yang bisa mereka buat dengan gelar tersebut. Orang kaya tidak perlu menjelaskan diri mereka kepada orang lain, tetapi sebaliknya mereka justru bertanya kepada orang lain. Dan orang kaya juga sangat menjaga privasi atau identitas dan kepemilikannya. Mereka mengutamakan kenyamanan dan kualitas, bukan label atau merk besar yang disematkan dirinya. 

“Jadi kalau kita membeli pakaian ya perlu ada merk, ya betul. Tetapi bukan yang besar sekali menutupi tubuh kita. Dan kita tidak pernah berbicara tentang uang, bukan yang tampak dan kita tidak ingin orang tahu kita dari mobil yang besar sekali atau menarik perhatian,” ungkapnya.

 

Baca Juga: Pengen Dipromosi Biar Naik Gaji? Temukan Rahasianya di Sini

 

Jadi Profesor Rhenald mengingatkan supaya masyarakat, terutama kaum millenial tidak tertipu dengan strategi marketing yang dipakai orang kaya bohongan atau kaya abal-abal hanya demi mencapai tujuannya.

Di masa sosial media ini, ada banyak orang akan berusaha untuk mendapatkan penghasilan dengan cara menipu. Semakin canggih teknologi, semakin banyak kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan kejahatan lainnya. Karena itu satu-satunya cara untuk terhindar dari penipuan dan beragam pembohongan ini adalah:

1. Tetap menguji kebenaran dari sesuatu yang ditawarkan oleh orang lain.

2. Selalu berpikir skeptis dan tidak mudah percaya dengan sesuatu yang diperoleh orang lain dengan cara yang sangat mudah.

3. Tidak ikut-ikutan trend dan belajar untuk mencapai sesuatu melalui proses.

4. Selalu waspada dengan hal-hal baru yang muncul di masa-masa ini.

Tentunya kita perlu memiliki hikmat yang benar untuk menuntun hidup dalam membedakan yang benar dan yang salah.

Sumber : Rhenald Kasali Youtube Channel
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami