Melsi Mau Mengampuni Tanpa Syarat Setelah Belajar Hal Ini
Sumber: superbook

Family / 12 February 2022

Kalangan Sendiri

Melsi Mau Mengampuni Tanpa Syarat Setelah Belajar Hal Ini

Contasia Christie Official Writer
1868

Tubuh kecilnya harus menanggung sakit luar biasa karena dipukuli oleh teman-temannya. Hanya karena adiknya tidak sengaja mematahkan penggaris temannya saat ia meminjamnya, Melsi Robed Zega (9 tahun) harus menerima pukulan dari ketiga teman lelakinya. Sontak Melsi menangis kesakitan dan ketakutan. Memang sudah beberapa kali temannya menagih Melsi untuk mengembalikan penggarisnya, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak punya uang untuk membeli yang baru.

Melsi juga sebenarnya takut dimarahi kalau memberitahukan hal ini kepada orang tuanya. Melsi memilih untuk menanggung sakit di punggungnya akibat dipukuli oleh teman-temannya. Kejadian ini membuat Melsi memendam rasa benci kepada ketiga temannya, tapi apa boleh buat Melsi juga mengakui kesalahannya dalam hatinya karena tidak bertanggung jawab atas barang milik temannya.

Orang tua Melsi memang tidak memiliki pekerjaan tetap. Bila tidak ada tawaran kerja, biasanya ayah dan ibunya pergi ke sungai atau tepi hutan  untuk mencari sayur pakis dan sayur lainnya untuk dijual di akhir pekan. Uang hasil jualan itulah yang biasanya digunakan untuk membeli perlengkapan sekolah atau kebutuhan sehari-hari. Inilah yang membuat Melsi tidak enak untuk meminta penggaris baru kepada orang tuanya. Ia mengerti kondisi keluarganya.

Perlakuan kasar tidak hanya Melsi terima dari temannya. Ia juga pernah mendapatkan cubitan dan tamparan dari ayahnya yang kesal karena Melsi tidak menuruti permintaan untuk segera mengambil air di sumur. Melsi yang saat itu sedang asik menonton kartun, tidak menggubris perkataan ayahnya. Padahal ayahnya saat itu sedang kelelahan setelah pulang bekerja seharian. Melsi akhirnya harus menanggung sakit dan menangis, sambil terpaksa mengambil air ke sumur.

Ketika mengambil air, Melsi teringat kisah Tuhan Yesus yang diajarkan oleh guru sekolah minggu melalui kurikulum Superbook di Gereja Kristen Baithani Awa’ai. Saat itu, Melsi ketakutan melihat Tuhan Yesus yang dipukul, dicambuk, dan disiksa. Melsi bisa menerima kenyataan kalau dirinya dipukul oleh temannya karena tidak berhati-hati memakai barang milik temannya.

Sementara itu, Tuhan Yesus disiksa bukan karena melanggar peraturan atau berdosa, tapi justru karena Ia mau menanggung dosa manusia. Mulai dari situlah ia memutuskan untuk tidak membenci atau dendam kepada teman-temannya yang memukulnya. Yesus saja mampu mengampuni orang yang menyalibkan-Nya.

Melsi juga tidak lagi dendam atau marah kepada ayahnya. Karena Melsi sadar ayahnya telah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan bagi seluruh anggota keluarganya. Ayah juga ingin Melsi agar tidak malas dan mandiri di masa yang akan datang.

 

Disadur dari Joni Arianto - Fasilitator Superbook – Nias

Sumber : Superbook Indonesia
Halaman :
1

Ikuti Kami