Fenomena Baru, Sejak Gereja Tatap Muka Banyak Jemaat Gereja Memilih Pindah ke Gereja Lain
Sumber: Jawaban.com

News / 20 January 2022

Kalangan Sendiri

Fenomena Baru, Sejak Gereja Tatap Muka Banyak Jemaat Gereja Memilih Pindah ke Gereja Lain

Lori Official Writer
3495

Seteah melewati pasang surut pandemic Covid-19 selama hampir dua tahun, banyak orang Kristen di berbagai belahan negara kembali ke beribadah tatap muka. 

Tapi ada fenomena baru yang terjadi dalam gereja pasca dua tahun pandemi. Seperti dikutip dari CBN News, banyak dari jemaat gereja memilih menghadiri ibadah di gereja yang lain. 

Hal ini menunjukkan bahwa pandemi menyebabkan perubahan hidup bagi semua orang, termasuk perubahan dalam hal karir, hubungan baru dan tempat tinggal. Begitu juga dengan perubahan pilihan gereja orang-orang Kristen.

Lebih dari 4000 gereja ditutup selama tahun 2020 di Amerika. Sepanjang tahun itu, lebih dari 20000 pendeta meninggalkan pelayanannya.

“Sepertiga dari orang Kristen membebaskan diri dari pelayanan penggembalaan, seperti berhenti tampil,” ungkap David Kinnaman, pemimpin lembaga riset Kristen The Barna Group.

Sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga riset PEW pada bulan Maret 2021 silam menemukan bahwa sebanyak 89% orang Amerika mengalami dampak negative akibat pandemi. Sementara 73% lainnya mengalami perkembangan positif. 

 

Baca Juga: Bagaimana Menghindari Gereja Online Mengkanibal Gereja Tatap Muka

 

Seperti dilaporkan oleh CBN News, sisi positif dari pandemi ini adalah sebanyak 181 juta orang Amerika mengalami kehausan secara rohani. Jutaan orang diantaranya membaca Alkitab untuk pertama kalinya.

Pembatasan sosial selama pandemi Covid-19 membuat orang-orang terisolasi di rumah, kesepian dan depresi. Di tengah kondisi ini banyak orang Kristen yang kembali terkoneksi dengan gereja mereka. 

Namun tak sedikit diantaranya menghadiri gereja berbeda. Seperti yang dialami oleh Houston Northwest Church, sebuah gereja Baptis yang berbasis di Houston, Texas, selama pandemi ada banyak pendatang baru yang menghadiri ibadah gereja ini.

“Mereka merasakan tekanan psikologis kesepian dan ingin memeriksanya. Mereka ingin menemukan siapa itu Tuhan,” ungkap Pendeta Senior Steve Bezner.

Beberapa orang Kristen juga memutuskan untuk mempertimbangkan keterlibatan mereka secara penuh di gereja, termasuk jarak tinggal mereka dari gereja. 

 

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

Pasangan Dylan Parker dan istrinya, misalnya, menyadari bahwa tempat tinggal mereka terlalu jauh dari para jemaat gereja. Padahal mereka ingin terlibat seperti yang mereka inginkan.

“Selama pandemi berlangsung, kami tidak menyadari kerugian yang kami alami untuk menjalani kehidupan di banyak kota,” ungkapnya.

 Setelah diterima di Fuller Theological Seminary, Parker dan istrinya pindah ke California. Di sana pasangan ini akhirnya menemukan gereja yang cocok dengan mereka. Mereka bahkan tinggal dekat dengan gereja dan beberapa jemaat gereja tersebut.

“Kami merasa memiliki komunitas yang lebih dekat dan lebih kuat di sini daripada di Arkansas,” ungkap Parker.

Banyak pendeta yang mengakui bahwa penginjilan, pernikahan dan pemakaman, pergantian anggota hanyalah bagian dari siklus kehidupan alami sebuah gereja.

Tapi pandemi juga telah memaksa jemaat untuk membuat strategi baru di dalam gereja untuk menyambut dan menjangkau anggota baru ke dalam komunitas gereja. 

“Injil tidak berubah dan kami akan selalu berpusat kepada Alkitab, tetapi cara kami melibatkan orang berubah,” ungkap Pendeta eksekutif dari Gereja Highpoint di Naperville, Steve Smith.

 

Baca Juga: 

Paus Fransiskus Sebut Pasangan yang Pilihan Tak Punya Anak Itu ‘Egois’

Elon Musk Sebut ‘Ada Kebijaksanaan Besar di Dalam Ajaran Yesus’

 

 

Dwayne Bond, pendeta dan konselor Gereja Wellspring di Charlotte, New Castle, mengatakan kepada CBN News bahwa keadaan pandemi selama dua tahun belakangan ini telah memaksa gereja untuk berubah. 

“Ya, ada beberapa (gereja) yang tutup. Tapi kerajaan Allah terus berkembang. Gereja-gereja masih berdiri. Gereja masih melakukan pemuridan dan iman mereka masih terus dikuatkan,” ungkap Dwayne Bond.

Di Indonesia sendiri, sebagian gereja sudah mengadakan ibadah tatap muka. Namun tampaknya fenomena pindah gereja ini memang nyata adanya. Salah satu penyebabnya bisa karena gereja sebelumnya masih belum menyediakan ibadah tatap muka dan alasan lainnya jemaat gereja kemungkinan pindah ke kota atau daerah lain, sehingga memaksa mereka untuk mencari komunitas gereja yang baru.

Mari terus berdoa supaya pandemi ini berakhir dan kehidupan kita kembali berjalan secara normal. Bahkan gereja-gereja juga bisa menjalankan pelayanannya dengan maksimal.

Sumber : CBN News
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami