Fakta Alkitab: Iman 3 Pemuda Ibrani Menyelamatkan Raja Babel dari Berhala & Mengakui Tuhan
Sumber: jawaban channel

Fakta Alkitab / 29 October 2021

Kalangan Sendiri

Fakta Alkitab: Iman 3 Pemuda Ibrani Menyelamatkan Raja Babel dari Berhala & Mengakui Tuhan

Claudia Jessica Official Writer
3522

Sumpah Pemuda yang diadakan tanggal 27-28 Oktober 1928 di Jakarta adalah salah satu peristiwa tonggak sejarah menuju kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dihadiri dan diputuskan oleh pemuda-pemuda yang gagah berani membela tanah air.

Alkitab juga mencatat peristiwa bagaimana beberapa pemuda yang berusaha untuk setia kepada bangsa dan Allahnya meski menjadi tawanan.

Menyembah patung, atau mati! Adalah sebuah pilihan sulit yang harus dihadapi pemuda-pemuda tersebut. Seperti apa kisahnya?

 

Usaha mencuci otak pemuda Ibrani

Misael, Hananya dan Azarya bersama dengan Daniel adalah empat anak muda Ibrani yang dibawa sebagai tawanan ke Babel setelah Nebukadnezar mengalahkan bangsa Israel dan menghancurkan kota Yerusalem pada abad ke-6 SM. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang saleh yang kepadanya Allah telah mengaruniakan “pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat” (Daniel 1:17)

Nebukadnezar tahu bahwa banyak orang Israel yang memiliki potensi. Sehingga ia ingin memanfaatkan mereka dalam ambisinya memperluas kerajaan. Disatu sisi Nebukadnezar tidak ingin nasionalisme Israel tetap melekat dalam diri para tawanan yang di kemudian hari bisa membahayakan Babel. Oleh karena itu raja berusaha ‘mencuci otak’ para pemuda tersebut agar memiliki pola pikir Kasdim.

Hal pertama yang Nebukadnezar lakukan adalah menanamkan budaya dan nilai-nilai Kasdim, yang dimulai dengan mengajarkan bahasa dan tulisan Kasdim (Dan. 1:4).

Pengenalan aksara Kasdim akan mempercepat penyesuaikan diri mereka dengan budaya Kasdim. Kemudian Nebukadnezar mengubah identitas mereka, dengan mengubah nama-nama Yahudi mereka menjadi nama-nama kasdim.

Hananya yang berarti “Tuhan menunjukkan kasih Karunia” dinamai Sadrakh, Misael yang berarti “Siapa yang setara dengan Allah” dinamainya Mesakh, dan Azarya yang berarti “Tuhan Menolong” dinamai Abednego. Kemudian hal terakhir yang dilakukan oleh Nebukadnezar adalah mengubah gaya hidup para tawanan dengan memberikan santapan dan minuman raja (Dan. 1:5).

 

Pemuda yang berani mengambil resiko

Sungguh menarik memperhatikan bahwa Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tidak menolak pola pendidikan baru yang diberikan. Mereka juga tidak keberatan mengubah nama mereka. Namun ketika harus mengubah gaya hidup dengan menikmati santapan dan anggur yang biasa diminum raja, mereka menolaknya dengan keras.

Makanan dan anggur yang ditawarkan pada mereka adalah sama dengan yang disajikan kepada raja, yakni makanan dan anggur yang mungkin telah dipersembahkan kepada berhala. Memakan makanan demikian bertentangan dengan iman mereka dan ini berarti melanggar hukum Allah (Imamat 10:10, Ef. 5:18). Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tidak mau kompromi sedikitpun pada sesuatu yang melanggar perintah Tuhan.

Kemudian pemuda-pemuda itu hanya makan sayur dan minum air putih. Hasilnya pun sangat kelihatan bahwa mereka tampak jauh lebih sehat dibandingkan mereka yang makan makanan raja. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego berani mengambil risiko, kemudian Allah menunjukkan kuasa-Nya dan memelihara kekudusan mereka sebagai umat Allah.

 

BACA JUGA: Wow Keren, 2 Pemuda Kristen Ini Turut Jadi Pelopor Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928!

 

Perintah menyembah patung

Berbeda dengan Daniel yang dipekerjakan Nebukadnezar di istana raja, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego diangkat raja kepada kedudukan yang bertanggung jawab di dalam pemerintahan Babel (Dan 2:49). Kedudukan mereka yang tinggi, memungkinkan mereka dapat menikmati banyak hal yang tidak didapat oleh orang Yahudi lainnya tetapi juga oleh kebanyakan orang pribumi atau orang Kasdim itu sendiri.

Suatu ketika Nebukadnezar membuat patung emas yang tingginya enam puluh hasta (27 meter) dan lebarnya enam hasta (2,7 meter). Ia kemudian memberikan perintah agar semua orang, baik rakyat maupun seluruh pejabat yang ada di Babel untuk menyembah patung berhala itu. Orang yang melanggar perintah tersebut akan dibakar dalam dapur perapian.

Dalam buku “Catatan Ayat Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan” menerangkan bahwa ada dugaan pada saat itu Daniel sedang mengadakan perjalanan keliling negeri untuk kegiatan kerajaan, sehingga tidak ada dalam penyembahan patung berhala.

 

Pilihan Sulit: Hidup atau Mati

 

Baca halaman selanjutnya -->

Sumber : jawaban channel
Halaman :
12Tampilkan Semua

Ikuti Kami