Menikah Gak Sebahagia Itu, Curhatan Ayah Dua Anak yang Pacaran Lama dan Nikah Muda
Sumber: Family Center

Relationship / 19 October 2021

Kalangan Sendiri

Menikah Gak Sebahagia Itu, Curhatan Ayah Dua Anak yang Pacaran Lama dan Nikah Muda

Lori Official Writer
3037

Lewat sebuah thread di Twitter, pria bernama Dara Prayoga curhat seputar bahtera rumah tangganya. 

Ayah dua anak ini menyampaikan bahwa pacaran 7 tahun dan menikah diusia 23 tahun tidak menjamin hidup akan sebahagia yang dipikirkan banyak orang.

Semua hal yang dia nilai tentang istrinya sebelum menikah, rupanya jauh berbeda dengan dia yang sebenarnya. Hal ini yang membuatnya sempat kaget bukan kepalang.

“Waktu baru kenal dan pacaran, Mia orangnya pendiem, kayaknya kalem gitu. Tipe-tipe yang gak akan pernah bisa marah deh. Siapa yang gak mengidam-idamkan coba? Tapi setelah menikah, beda cerita. Jadi Meski kalian kenal bertahun-tahun sama pasangan, pas nikah sangat mungkin semua berbeda,” ungkap Prayoga.

Prahara rumah tangga muncul seiring waktu berjalan. Apalagi setelah punya anak, kembar lagi. Karakter terus bergesekan dan harapan yang ditaruh kepada pasangan justru jadi perusak dalam hubungan rumah tangga.

“Semua pertanyaan berpurar di kepala “Kenapa sih dia begini? Kenapa sih dia begitu? Kenapa tidak seindah itu?” Sampai suatu hari gue gak sengaja dengar bapak-bapak tua bicara di telepon, sepertinya sedang menasihati anaknya. “Bagi pria, ketika memutuskan untuk berkeluarga, artinya dia sudah memutuskan bahwa hidup ini bukan lagi tentang dirinya,”” tulisnya.

 

Baca Juga: Saat Suami Tidak Sesuai Dengan Ekspektasi, Lakukan 3 Cara Ini Untuk Tetap Mengasihinya

 

Kalimat itu sontak menyentil hatinya dan menyadarkan dia bahwa ternyata selama ini dia selalu menuntut pasangannya untuk memenuhi harapannya sendiri. Yang seharusnya tidak demikian.

“Selama ini gue menuntut untuk terpenuhnya kebutuhan gue ‘kenapa sih dia…kenapa sih dia. Gue duduk terdiam: terpaku bersandar ke kaca jendela bus. Sebelumnya: Mia menggantungkan hidup, hati dan kebahagiaannya kepada ayahnya. Sekarang, ia menggantungkan semuanya pada gue; suaminya. Suami macam apa yang mementingkan kepentingannya sendiri?! Dari situ gue sadar. Mia selalu marah saat gue meminta bangun siang/tidur siang saat weekend. Karena momen bersama ayahnya meski untuk sekadar membetulkan selang mampet begitu berharga. Mia ingin anak-anak juga punya momen Sabtu dan Minggu bersama ayah, yang membekas dalam ingatan,” ungkapnya.

Dalam berkeluarga, dia menyadari bahwa ada banyak kesenangan pribadi yang perlu disingkirkan. Kepentingan pribadi yang harus dibunuh dan memaksa diri untuk berubah menjadi pasangan yang lebih baik dan selalu memperioritaskan kepentingan keluarga.

Bagi Prayoga, kemarahan, perselisihan dan kekecewaan yang pernah membumbui pernikahannya adalah obat yang harus dia konsumsi untuk menyembuhkan semua penyakit yang masih ada di dalam dirinya. Dia belajar satu hal bahwa baik suami maupun istri akan selalu mengharapkan pasangannya menjadi pribadi yang lebih baik. Karena itu dia bersyukur bisa memiliki seorang pasangan yang bisa memperbaiki bagian-bagian yang tidak baik dari dalam dirinya.

 

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

“Dan akhirnya gue sadar, kenapa spernikahan gue dan Mia gak selalu manis, tapi banyak pahit-pahitnya. Karena gue sadar dalam pribadi gue masih banyak penyakit, dan seperti pahitnya obat, semoga konflik yang pernah terjadi bisa mengobati, mendewasakan. Mia butuh orang yang mau dengerin ssegala protesnya dia (karena dia ternyata orang yang tukang protes) dan gue ternyata butuh orang yang punya keberanian buat ‘ngebenerin’ gue karena selama ini gak pernah ada yang berani/mungkin gak enak aja,” ungkapnya.

Curhatan ini pun dialamatkan kepada sang istri tercinta bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Sembari menyematkan ucapan terima kasih karena siapa dia hari ini banyak dibentuk oleh sang istri.

 

Pernikahan Menurut Alkitab

Menjalani pernikahan memang tidak mudah. Harapan bisa jadi pihak ketiga yang merusak pernikahan karena salah satu atau dua belah pihak menggantungkan harapan tertentu kepada pasangan.

Realitanya, tidak ada istri atau suami yang sempurna. Dua pribadi yang dipersatukan akan selalu punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Karena itu penting bagi pasangan menikah menyadari fakta ini dan melatih diri untuk mengasihi pasangan dengan segala kekurangannya serta mau merendahkan diri untuk sama-sama dibentuk. 

 

Baca Juga: Ini 5 Kata Yesus Soal Pernikahan di Dalam Alkitab, Pasangan Menikah Wajib Baca!

 

Menaruh Tuhan sebagai fondasi pernikahan juga penting. Karena dengan menghidupi kasih Tuhan, kita dimampukan untuk mau mengasihi dan menerima dengan kasih tanpa batas.

“Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. Hai Isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepada jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya.” (Efesus 5:21-25)

Jadi apakah Anda sependapat dengan Prayoga bahwa menikah tak seindah yang dibayangkan? 

Pernikahan adalah sekolah kehidupan, dimana Anda hanya akan lulus ketika Anda dipanggil Tuhan. Saat konflik terjadi, cerai menjadi kata yang tabu untuk diucapkan. Karena Tuhan memang membenci perceraian (Maleakhi 2: 16), akan selalu menawarkan kemenangan lewat kasih. 

Musim apapun yang sedang Anda alami dalam pernikahan Anda. Ingatlah bahwa mungkin hal itu adalah obat yang harus Anda telan supaya penyakit yang masih ada di dalam diri Anda sembuh sepenuhnya. Sehingga Tuhan lebih mudah membawa pernikahan Anda naik lebih tinggi dan sama-sama menikmati setiap momen indah bersama lebih banyak.

Mari belajar untuk berproses bersama pasangan Anda. Tunjukkan kasih Tuhan yang sudah Anda terima lebih dulu untuk dicicipi pasangan Anda hari ini.

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami