Menikah Gak Sebahagia Itu, Curhatan Ayah Dua Anak yang Pacaran Lama dan Nikah Muda
Sumber: Family Center

Relationship / 19 October 2021

Kalangan Sendiri

Menikah Gak Sebahagia Itu, Curhatan Ayah Dua Anak yang Pacaran Lama dan Nikah Muda

Lori Official Writer
3044

Lewat sebuah thread di Twitter, pria bernama Dara Prayoga curhat seputar bahtera rumah tangganya. 

Ayah dua anak ini menyampaikan bahwa pacaran 7 tahun dan menikah diusia 23 tahun tidak menjamin hidup akan sebahagia yang dipikirkan banyak orang.

Semua hal yang dia nilai tentang istrinya sebelum menikah, rupanya jauh berbeda dengan dia yang sebenarnya. Hal ini yang membuatnya sempat kaget bukan kepalang.

“Waktu baru kenal dan pacaran, Mia orangnya pendiem, kayaknya kalem gitu. Tipe-tipe yang gak akan pernah bisa marah deh. Siapa yang gak mengidam-idamkan coba? Tapi setelah menikah, beda cerita. Jadi Meski kalian kenal bertahun-tahun sama pasangan, pas nikah sangat mungkin semua berbeda,” ungkap Prayoga.

Prahara rumah tangga muncul seiring waktu berjalan. Apalagi setelah punya anak, kembar lagi. Karakter terus bergesekan dan harapan yang ditaruh kepada pasangan justru jadi perusak dalam hubungan rumah tangga.

“Semua pertanyaan berpurar di kepala “Kenapa sih dia begini? Kenapa sih dia begitu? Kenapa tidak seindah itu?” Sampai suatu hari gue gak sengaja dengar bapak-bapak tua bicara di telepon, sepertinya sedang menasihati anaknya. “Bagi pria, ketika memutuskan untuk berkeluarga, artinya dia sudah memutuskan bahwa hidup ini bukan lagi tentang dirinya,”” tulisnya.

 

Baca Juga: Saat Suami Tidak Sesuai Dengan Ekspektasi, Lakukan 3 Cara Ini Untuk Tetap Mengasihinya

 

Kalimat itu sontak menyentil hatinya dan menyadarkan dia bahwa ternyata selama ini dia selalu menuntut pasangannya untuk memenuhi harapannya sendiri. Yang seharusnya tidak demikian.

“Selama ini gue menuntut untuk terpenuhnya kebutuhan gue ‘kenapa sih dia…kenapa sih dia. Gue duduk terdiam: terpaku bersandar ke kaca jendela bus. Sebelumnya: Mia menggantungkan hidup, hati dan kebahagiaannya kepada ayahnya. Sekarang, ia menggantungkan semuanya pada gue; suaminya. Suami macam apa yang mementingkan kepentingannya sendiri?! Dari situ gue sadar. Mia selalu marah saat gue meminta bangun siang/tidur siang saat weekend. Karena momen bersama ayahnya meski untuk sekadar membetulkan selang mampet begitu berharga. Mia ingin anak-anak juga punya momen Sabtu dan Minggu bersama ayah, yang membekas dalam ingatan,” ungkapnya.

Dalam berkeluarga, dia menyadari bahwa ada banyak kesenangan pribadi yang perlu disingkirkan. Kepentingan pribadi yang harus dibunuh dan memaksa diri untuk berubah menjadi pasangan yang lebih baik dan selalu memperioritaskan kepentingan keluarga.

Bagi Prayoga, kemarahan, perselisihan dan kekecewaan yang pernah membumbui pernikahannya adalah obat yang harus dia konsumsi untuk menyembuhkan semua penyakit yang masih ada di dalam dirinya. Dia belajar satu hal bahwa baik suami maupun istri akan selalu mengharapkan pasangannya menjadi pribadi yang lebih baik. Karena itu dia bersyukur bisa memiliki seorang pasangan yang bisa memperbaiki bagian-bagian yang tidak baik dari dalam dirinya.

 

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
12Tampilkan Semua

Ikuti Kami