Apa Anda Setuju Mata Pelajaran Agama Dihapus Dari Kurikulum Sekolah?
Sumber: Viva

Kata Alkitab / 3 September 2021

Kalangan Sendiri

Apa Anda Setuju Mata Pelajaran Agama Dihapus Dari Kurikulum Sekolah?

Lori Official Writer
6277

Bagi sekolah negeri pada khususnya, sejak pelajar sudah diwajibkan mengikuti mata pelajaran agama di sekolah. Kebanyakan diantaranya adalah mata pelajaran agama Islam dan Kristen.

Meski begitu, sekolah swasta yang berbau agama maupun yang tidak berbau agama juga menerapkan pembelajaran agama dalam proses pengajarannya sehari-hari. 

Tapi makin ke sini, ada banyak masyarakat yang mulai berpikir apakah mata pelajaran agama memang benar-benar bermanfaat untuk pendidikan anak? Atau apakah mata pelajaran agama sebaiknya dihapus dari kurikulum sekolah saja?

Seperti dikutip dari Quora.com, sejumlah orang mencoba menjawab pertanyaan ini dari sisi opininya masing-masing. Tentunya ada yang setuju dan ada juga yang tidak setuju dengan berbagai alasan yang disampaikan. 

Yuk, simak pro dan kontra yang disampaikan di bawah ini:

 

Pro Pelajaran Agama Dihapus

1. Perlu digarisbawahi, saya tidak bicara agama di sini. Saya bicara mengenai pendidikan. Memasukkan agama ke kurikulum seakan-akan menilai keimanan seseorang. Saya tidak suka dengan hal ini. 

Apa sih tujuan pendidikan agama? Untuk mengenal mengenai agama? Jika demikian, saya rasa seharusnya bukan pendidikan agama A atau agama B tetapi fenomenologi agama. Fokus pengajaran tidak hanya mengenai agama sendiri? Saya rasa untuk pilihan ini, lebih baik jika pendidikan agama dijadikan ekstrakurikuler atau rutinitas mingguan. Sekolah bisa mengadakan doa bersama atau sharing rohani bersama seminggu sekali. - Stephani Thalia Susanty

2. Sangat setuju. Karena:

1. Sekolah itu mengajarkan sains, aktifitas yang berhubungan dengan otak dan usaha pengembangan otak. Bila mau ditambah paling hal-hal yang berhubungan dengan sikap. Contoh pelajaran etika.

2. Urusan agama adalah urusan privat, sekolah tidak bisa masuk ranah privat (bila harus ada karena aturan pemerintah, maka dijelaskan di poin berikutnya.

 

Baca Juga: Akhirnya, Menag Bakal Undang Lembaga Agama Bahas RUU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan

 

3. Bila terpaksa dan memaksa harus ada pelajaran agama di sekolah maka bagusnya diajarkan semua jenis agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia bahkan kalau perlu di dunia pengajarnya harus orang yang berkompeten, sehat jiwa raha dan waras untuk mengajar.

4. Diadakan pembedaan jam pelajaran agama untuk yang umum dan yang sesuai dengan siswa.

5. Bila pelajaran agama boleh ditiadakan maka harus memasukkan pelajaran berikutnya sebagai gantinya: Etika, estetika, logika, filsafat (untuk SMP dan SMU saja.

6. Bila agama bisa dihapurkan dari sekolah, maka pelajaran agama bisa dilemparkan ke lembaga keagamaan masing-masing.

 

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

7. Sekolah harus segiat mungkin membuat slogan, aturan dan sebagainya yang mendukung toleransi, keberagaman dan perbedaan etnis agama dan kepercayaan dan sebagainya. Demi menghasilkan siswa yang sehat, cerdas, waras, cermat, kritis, peduli sesama dan lingkungan.

8. Para pengajar harus melewati seleksi super ketat menghindari adanya bibit radikal, sok suci, mabok agama dan sebagainya terhadap guru dan murid. 

9. Sekolah membiasakan murid menyelesaikan semua masalah dengan logika, dilarang sedikit-sedikit bawa ayat, agama atau Tuhan dan dewa. – Tang bo Hu

3. Anak-anak harus diajarkan bagaimana menyikapi perbedaan keyakinan dengan bijak. Jangan sampai saling mengkafir-kafirkan. Bukan hanya perbedaan keyakinan bahkan perbedaan pendapat juga seperti itu. Sesama Muslim, sesama Kristen saat terjadi perbedaan pandangan langsung pecah! 

Siswa-siswi harus dilatih untuk selalu anthusias terhadap penemuan science dan teknologi. – Josephine Maria Christy M.

4. Setuju untuk menghapus pelajaran agama yang berfungsi memperdalam ilmu agama masing-masing murid, tetapi diganti oleh pelajaran yang membahas seluruh agama dan kepercayaan besar sepanjang sejarah Indonesia. Kalau ada kepercayaan yang dominan di suatu daerah, tetapi penganutnya tidak tersebar di seluruh Indonesia, maka kepercayaan tersebut hanya akan dipelajari di sekolah-sekolah di daerah mayoritas penganutnya. – Elita Dwiana

 

Baca Juga: Di Balik Ide Hapus Pendidikan Agama dari Sekolah, Mendikbud Usulkan Solusi Ini

 

Kontra Pelajaran Agama Dihapus 

1. Ketimbang dihapuskan secara menyeluruh, menurut saya diajarkan pelan-pelan saja. Misalnya kelas 1–3 SD diprioritaskan pendidikan budi pekerti, moral, dan kepedulian sosial. Pengajaran agama mulai diajarkan pada kelas 4 SD, karena untuk pelajaran agama yang beberapa aspek komprehensinya cukup abstrak dan mengandung kisah yang kadang sejarahnya agak kejam, perlu tingkat pemahaman dan kedewasaan tertentu pada kepribadian anak. 

Mungkin bagi beberapa orang pendapat saya terkesan terlalu sekuler, karena ada pendapat bahwa dasar moral haruslah dari agama. Tapi toh, anak-anak dengan orang tua yang religius akan diajari agama orang tuanya sejak dini. Karena pendidikan yang paling mendasar adalah pendidikan keluarga, maka pendidikan institusional sekolah mesti mempersiapkan anak menghadapi masyarakat yang beraneka ragam. – Eka Jennie Onggasari

2. Selain merujuk ke pengamalan sila ke-1, dengan adanya pendidikan agama setidaknya bisa memberi ilmu dan keimanan lebih kepada para siswa. Apalagi melihat sikon lingkungan saat ini, pembekalan ilmu agama menjadi sangat penting.

 

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

Dibandingkan menghapus pendidikan agama kenapa tidak proses belajar-mengajarnya saja yang diperbaiki? Misal tiap siswa dengan agama masing-masing ya harusnya ada kelas dan guru agamanya masing-masing pula, sesuai agama yg siswa anut. – Aniek Rizka

3. Tidak setuju. Namun pisahkan mata ajar budi pekerti sopan santun tata krama dan lain - lain dari pendidikan agama, dan jadikan satu mata ajaran sendiri.

Berlaku untuk pendidikan pancasila dan kewarganegaraan juga sebenarnya.

Agama sebenarnya satu ilmu yang lumayan besar, sehingga jangan lagi membebani pengajar dengan ilmu lain di kelas. Jadi serba nanggung, Islam nanggung + budi pekerti nanggung. – Renan Prasta Jenie

Tentu saja tidak ada pihak yang lebih besar atau salah dalam hal ini. Tapi untuk memperkaya pandangan kita soal pelajaran agama dan peranannya, ada baiknya menggali dari esensinya bagi pelajar secara pribadi.

 

Agama Bicara Soal Cara Hidup

Agama adalah cara atau gaya hidup. Di sekolah-sekolah berbasis agama, para pelajar diwajibkan belajar Kitab Suci. 

Hal ini sebenarnya untuk mendorong siswa untuk membangun gaya hidup yang dekat dengan Tuhan.

 

Baca Juga: Ini Sebab Pendiri Jababeka Group Usulkan Hapus Pendidikan Agama dari Sekolah

 

Ada 4 peran agama bagi pelajar diantaranya:

1. Mengarahkan anak menemukan tujuan mereka. Saat siswa membangun hubungan yang baik dengan Tuhan, dia akan lebih mudah menemukan tujuan hidupnya. Termasuk lebih peka dengan talenta, kemampuan dan karunia lain yang dimiliki (2 Petrus 1: 4).

2. Belajar menaruh harapan di tengah kesulitan di dalam Tuhan. Keluarga memang menjadi tempat terbaik bagi anak untuk mengalami pengenalan dengan Tuhan. Tapi sekolah juga menjadi ruang bagi anak untuk diperlengkapi menjadi lebih kuat saat menghadapi beragam tantangan dalam hidup.

3. Mengajarkan nilai moral kepada siswa. Di beberapa sekolah, pelajaran agama sama sekali dihapuskan. Agama memang tidak harus menjadi mata pelajaran. Tetapi mengadaptasikan nilai-nilai agama kedalam kebiasaan di sekolah anak sangat bermanfaat untuk membentuk karakter dan moral siswa.

4. Mengajarkan toleransi dan penghormatan di tengah perbedaan. Salah satu tujuan pelajaran agama seharusnya mengajarkan siswa tentang menghargai perbedaan. Karena itulah penting untuk mengurai sistem pendidikan dan menghindari paham-paham ekstrim tertentu ke dunia pendidikan. Sekolah sudah seharusnya menjadi tempat bagi siswa yang berbeda agama dididik untuk menghargai perbedaan.

Hingga saat ini, kita mungkin menemukan ada banyak ketimpangan yang terjadi di sekolah terkait pelajaran agama. Karena itu penting untuk mengembalikan esensi utama pelajaran agama sesuai porsinya di sekolah. Kita berharap pemerintah bisa memandang hal ini sebagai persoalan penting untuk dibenahi.

Sumber : Quora | Jawaban
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami