Pendeta Samuel Saputra, Hingga Akhir Hayat Hidup Mengasihi Tuhan dan Sesama Tanpa Syarat
Sumber: Jawaban.com

News / 6 July 2021

Kalangan Sendiri

Pendeta Samuel Saputra, Hingga Akhir Hayat Hidup Mengasihi Tuhan dan Sesama Tanpa Syarat

Lori Official Writer
4671

Pada tahun 1982, Pendeta Samuel Saputra mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi di sebuah acara ibadah di Cawang, Jakarta Timur. Dua tahun setelah mengalami pertobatan, ia terpanggil menjadi seorang pelayan Tuhan.

Dia pun menunjukkan ketaatannya dengan meninggalkan pekerjaannya di Jakarta dan melanjutkan sekolah Alkitab di Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.

Di balik figurnya yang begitu pengasih, rupanya Pendeta Samuel Saputra terlahir dari keluarga broken home. Di usia yang baru 50 hari, setelah ayah dan ibunya bercerai, dia harus dipisahkan dari kakak perempuan dan saudara kembarnya yang dibawa oleh sang ayah. Di masa-masa tumbuh kembangnya Samuel sama sekali tidak mendapatkan kasih sayang dari figur seorang ayah.

Setelah orangtuanya bercerai, sang ibu memboyong Samuel pindah dari Jakarta ke Karawang dan hidup di sana dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Karena ibunya tak punya uang, Samuel hanya bisa mengecap pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD) saja.

Tapi siapa sangka, latar belakang hidupnya yang hancur tidak membuatnya kehilangan kasih Tuhan. Selama menjalani pendidikan Sekolah Alkitab, dia belajar banyak hal mulai dari proses mengampuni ayahnya hingga semakin didewasakan dalam iman.

Dia akhirnya dipercayakan sebagai penerjemah untuk Penginjil Christie Moore dan Peter Youngren ketika melayani KKR kesembuhan di Papua. Lalu terus berlanjut sampai ke berbagai acara kekristenan di tingkat Internasional bersama para pemimpin-pemimpin dan rohaniawan Kristen dari berbagai negara.

 

Baca Juga: Dijuluki ‘Empowering People’, Demikian Ucapan Duka Dari Rekan Terdekat ke Raditya Oloan

 

Menciptakan Lagu

Lewat pengalaman spiritualnya di Sekolah Alkitab, Samuel akhirnya mendapat ilham untuk menulis lagu. Dia pun menciptakan lagu berjudul "Roh Kudus Kau Hadir di Sini", yang hingga saat ini masih tetap dinyanyikan di  berbagai ibadah di gereja.

Setelah berkelana ke berbagai penjuru, Samuel Saputra akhirnya mendirikan Yayasan Pondok Penuai. Di sinilah Samuel mendedikasikan hidupnya untuk memuridkan dan menyelamatkan generasi muda dari kehidupan pahit dan tanpa harapan menjadi generasi yang penuh harapan.

 

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

Dirikan Sekolah

Bukan hanya itu, dia dan sang istri Dr. Inawati Budiono SPd. MA juga mendirikan sekolah homeschooling Destiny Institude Salatiga sebagai lembaga pendidikan non-formal bagi anak untuk mengecap pendidikan yang lebih baik. Lembaga pendidikan Destiny Institute Salatiga ini sendiri berlokasi di Jl Aliwijayan, Pengilon, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti. Tak terasa sekolah ini bahkan sudah 16 tahun berdiri.

Hatinya bagi generasi merupakan cerminan dari pengalaman tak mengenakkan dalam hidupnya. Dia tidak ingin generasi muda mengalami pengalaman pahit seperti yang ia alami dulu. Karena itu ia hadir sebagai figur ayah yang penuh kasih, membangun karakter anak yang ia asuh menjadi pribadi yang penuh harapan.

Selain sebagai pendeta, pengelola yayasan dan lembaga pendidikan, dia juga aktif menulis buku kisah hidupnya dan menjadi motivator ke berbagai belahan pelosok negeri dan manca negara.

 

Baca Juga: Selamat Jalan Pdt. Jacob Nahuway, Pahlawan Iman yang Setia Sampai Akhir

 

Dipanggil Tuhan

Pendeta Samuel Saputra menyelesaikan pelayanannya hingga Jumat, 2 Juli 2021. Dia meninggalkan seorang istri dan dua anak.

Menariknya, kepergian Pendeta Samuel disertai dengan keajaiban di langit tepat di atas rumhanya tinggal. Menurut cerita sang istri Inawati, ada awan berbentuk salib yang terbentuk di langit.

"Saat kamu dipanggil Tuhan di atas rumah kita ada awan bentuknya salib, yang sempat di foto oleh Lianya dan Ps. Iwan. Mereka merasa yakin bahwa awan salib tersebut memiliki makna yang mendalam," kata Inawati.

 

Ina meyakini jika salib itu adalah lambang dari prinsio hidup Pendeta Samuel Saputra yang terus dipegangnya hingga akhir hayat. Loving God passionately and loving other unconditionally. Cinta Pendeta Samuel kepada Tuhan mengalahkan segalanya. Bahkan sang istri mengakui jika Tuhan selalu jadi nomor satu dalam hidupnya.

"Tuhan Yesus sangat cinta kamu Hon, amd your love to Him tidak terkalahkan oleh apapun juga. Bahkan diriku aja nomer sekian ya hehehehehehe. Karena pada nikah di depan altar kita kan sudah berjanji bahwa Tuhan harus jadi nomer 1 dalam hidup masing-masing kita, bukan aku atau kamu atau siapapun atau apapun juga," ungkapnya.

Kini Pendeta Samuel Saputra sudah bersama Bapa di surga. Pelayanan yang dia kerjakan dan bangun selama puluhan tahun telah memberikan dampak besar bagi generasi muda. Kenangan akan pribadi yang penuh kasih ini akan selalu membekas di hati orang-orang yang mengenalnya.

Tuhan terlebih sayang. Bahwa pekerjaannya di dunia sudah selesai dengan baik. Pendeta Samuel Saputra sudah menyelesaikan pertandingan dengan baik dan memperoleh mahkota kehidupan yang dijanjikan Tuhan atasnya.

"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." 2 Timotius 4: 7

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami