Pada tahun 1982, Pendeta Samuel Saputra mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi di sebuah acara ibadah di Cawang, Jakarta Timur. Dua tahun setelah mengalami pertobatan, ia terpanggil menjadi seorang pelayan Tuhan.
Dia pun menunjukkan ketaatannya dengan meninggalkan pekerjaannya di Jakarta dan melanjutkan sekolah Alkitab di Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.
Di balik figurnya yang begitu pengasih, rupanya Pendeta Samuel Saputra terlahir dari keluarga broken home. Di usia yang baru 50 hari, setelah ayah dan ibunya bercerai, dia harus dipisahkan dari kakak perempuan dan saudara kembarnya yang dibawa oleh sang ayah. Di masa-masa tumbuh kembangnya Samuel sama sekali tidak mendapatkan kasih sayang dari figur seorang ayah.
Setelah orangtuanya bercerai, sang ibu memboyong Samuel pindah dari Jakarta ke Karawang dan hidup di sana dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Karena ibunya tak punya uang, Samuel hanya bisa mengecap pendidikan sampai Sekolah Dasar (SD) saja.
Tapi siapa sangka, latar belakang hidupnya yang hancur tidak membuatnya kehilangan kasih Tuhan. Selama menjalani pendidikan Sekolah Alkitab, dia belajar banyak hal mulai dari proses mengampuni ayahnya hingga semakin didewasakan dalam iman.
Dia akhirnya dipercayakan sebagai penerjemah untuk Penginjil Christie Moore dan Peter Youngren ketika melayani KKR kesembuhan di Papua. Lalu terus berlanjut sampai ke berbagai acara kekristenan di tingkat Internasional bersama para pemimpin-pemimpin dan rohaniawan Kristen dari berbagai negara.
Baca Juga: Dijuluki ‘Empowering People’, Demikian Ucapan Duka Dari Rekan Terdekat ke Raditya Oloan
Menciptakan Lagu
Lewat pengalaman spiritualnya di Sekolah Alkitab, Samuel akhirnya mendapat ilham untuk menulis lagu. Dia pun menciptakan lagu berjudul "Roh Kudus Kau Hadir di Sini", yang hingga saat ini masih tetap dinyanyikan di berbagai ibadah di gereja.
Setelah berkelana ke berbagai penjuru, Samuel Saputra akhirnya mendirikan Yayasan Pondok Penuai. Di sinilah Samuel mendedikasikan hidupnya untuk memuridkan dan menyelamatkan generasi muda dari kehidupan pahit dan tanpa harapan menjadi generasi yang penuh harapan.
Sumber : Jawaban.com