Gantikan Netanyahu, Siapa Sosok Perdana Menteri Baru Israel Naftali Bennett?
Sumber: Times of Israel

News / 14 June 2021

Kalangan Sendiri

Gantikan Netanyahu, Siapa Sosok Perdana Menteri Baru Israel Naftali Bennett?

Lori Official Writer
2119

Untuk pertama kalinya setelah lebih dari satu dekade, warga Israel harus mengucapkan salam perpisahan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang kalah dalam pemilihan baru-baru ini. 

Posisi Perdana Menteri yang baru akan diduduki oleh Naftali Bennett. Dia dinyatakan menang setelah memperoleh suara 60-59. Tak lama setelah pemungutan suara dihitung, mantan Perdana Menteri Netanyahu mendekati lawannya dan keduanya berjabat tangan.

Tepat pada Minggu, 13 Juni 2021 malam waktu setempat, Bennett pun dilantik secara resmi.

 

Mengenal Sosok Naftali

Naftali Bennett adalah seorang mantan komando dan jutawan teknologi yang berhaluan kanan. 

Dia sudah lama memendam hasrat menduduki posisi Perdana Menteri ini. Namun hal itu baru kesampaian di tahun ini. 

Bennett sendiri sempat menjadi bawahan Netanyahu ketika dia masih menjabat sebagai Kepala Staf selama tahun 2006-2008 silam. Dia lalu meninggalkan Partai Likud dimana Netanyahu bergabung dan masuk ke Partai Nasional sayap kanan Rumah Yahudi. 

Pada tahun 2013, dia masuk parlemen melalui pemilihan. Dari sana dia kemudian menjabat sebagai menteri di pemerintahan koalisi hingga 2019. Namun 11 bulan kemudian, dia kembali ke parlemen sebagai kepala sayap kanan.

 

Awali Karir Dari Pasukan Khusus Israel dan Pengusaha dan Jadi Politisi 

Karir politik Bennett diawali dari dunia militer dan bisnis. Dulu, dia pernah bertugas sebagai pasukan khusus Israel selama dinas militer. Setelah itu dia fokus mendirikan perusahaan teknologinya dan menjadi multi-jutawan.

 

Baca Juga: Menang Lagi, 5 Fakta Menarik Tentang Netanyahu Yang Jadi Perdana Menteri Israel Terlama

 

Pendukung Besar Israel

Naftali Bennett secara terang-terangan mendukung Israel sebagai negara bangsa Yahudi dan mengklaim sejarah dan keyakinan Yahudi di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Dataran Tinggi Golan Suriah, wilayah yang diduduki Israel sejak perang Timur Tengah 1967.

 

Berjuang Untuk Yahudi di Tepi Barat

Sepak terjang Naftali juga tampak dari keterlibatan dan perjuangannya membela hak pemukiman Yahudi di Tepi Barat, dimana dulunya dia menjadi kepala Dewan Yesha atau perwakilan politik untuk pemukim Yahudi. Walaupun dia mengatakan tidak punya klaim atas Gaza. 

 

Aktif Berbicara di Media 

 

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA -->

Fasih berbahasa Inggris dan paham soal media, Bennett sering tampil di jaringan-jaringan televisi asing untuk membela kebijakan Israel. Sebagai sosok yang berbicara blak-blakan dan agresif, dia pernah menegur seorang anggota parlemen Arab Israel karena mengatakan orang Yahudi tidak punya hak untuk tinggal di Tepi Barat. 

“Saat Anda masih berayun di pohon, kami sudah membangun negara Yahudi di sini,” katanya.

Selain itu, Bernett juga menolak gagasan pembentukan negara Palestina bersama Israel, yang disebut solusi dua negara terkait konflik Israel-Palestina yang diadvokasi oleh banyak komunitas Internasional, termasuk Presiden AS Joe Biden.

“Selama saya punya kekuatan dan kendali, saya tidak akan menyerahkan satu sentimeter pun Tanah Israel. Titik,” katanya. 

 

Baca Juga: Netanyahu Klaim Kemenangan dalam Pemilu Israel

 

Bennett juga berbicara keras terhadap militan Palestina dengan melayangkan ancaman hukuman mati. Meskipun hukuman itu tidak pernah diterapkan di Israel selain dalam kasus Adolf Eichmann, seorang arsitek Nazi dari Holocaust yang dihukum di Yerusalem pada tahun 1961 dan dihukum gantung setahun berikutnya.

Selain itu, Bennett juga dikenal tegas menolak gencatan senjata terhadap Hamas pada saat konflik pada tahun 2018 silam. Dia menuduh kelompok tersebut telah membunuh puluhan warga sipilnya sendiri lewat roket yang dilayangkan oleh Hamas sendiri.

Sayangnya, kemenangan Naftali ini justru akan jadi bencana baru bagi Palestina. Sebab kemungkinan kebijakan yang diambil akan jauh lebih buruk.

Dilihat dari sepak terjang di atas, kepemimpinan baru Israel ini pastinya akan membawa perubahan baru bagi bangsa pilihan Tuhan tersebut. Dia akan memimpin sebagai Perdana Menteri hingga September 2023 sebagai bagian dari kesepakatan pembagian kekuasaan dengan Yair Lapid, pemimpin sentris Yesh Atid.

 

Baca Juga: Gaza, Wilayah Israel atau Palestina?

 

Yuk berdoa supaya di bawah kepemimpinan baru ini konflik Israel dan Palestina menemukan jalan damai. Apapun rancangan Tuhan atas bangsa ini biarlah sesuai dengan kehendak-Nya.

Sumber : Berbagai Sumber | Jawaban.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami