Soal Kematian 215 Anak di Kanada, Banyak yang Kritik Pernyataan Paus Fransiskus
Sumber: Info Migrants

News / 7 June 2021

Kalangan Sendiri

Soal Kematian 215 Anak di Kanada, Banyak yang Kritik Pernyataan Paus Fransiskus

Lori Official Writer
2908

Penemuan sebanyak 215 tulang belulang anak-anak pribumi Kanada membuat warga negara Kanada heboh. Sisa-sisa tulang belulang ini ditemukan di tanah bekas Sekolah Perumahan India Kamloops bulan lalu dengan menggunakan teknologi radar. 

Sekolah ini dikelola oleh Gereja Katolik antara tahun 1890-1969. Sehingga bisa dipastikan jika itu adalah bekas tulang belulang anak-anak pribumi yang diperlakukan secara kasar oleh pihak gereja.

Kabar inipun segera ditanggapi oleh pemimpin Gereja Katolik Roma Paus Fransiskus. Dalam khotbahnya, Paus menyampaikan rasa prihatinnya kepada keluarga korban yang kehilangan. 

“Saya mengikuti dengan sedih berita yang datang dari Kanada tentang penemuan tulang belulang 215 anak yang mengecewaka. Penemuan menyedihkan ini menambah kesadaran akan kesedihan dan penderitaan di masa lalu,” kata Paus dalam pidatonya di Lapangan Santo Petrus pada Minggu, 6 Juni 2021.

 

Terima Kritikan

Sayangnya pidato tersebut justru disambut dengan banyak kritikan dari politisi dan aktivis pribumi Kanada di media sosial. Mereka meminta Paus untuk minta maaf atas tindakan gereja-gereja Katolik di sekolah perumahan tersebut.

Nahanni Fontaine, MLA Demokrat Baru di Manitoba menyampaikan di Twitter-nya bahwa pernyataan Paus ‘benar-benar jauh dari analisa, tanggung jawab atau kepedulian terhadap peran mendasar yang dimainkan oleh institusi, imam dan biarawati dengan perilaku kejamnya terhadap anak-anak pribumi Kanada’.

Mantan Menteri Kesehatan Federal Jane Philpott juga menyampaikan bahwa kebenaran dan rekonsiliasi dibutuhkan lebih dari sekadar ucapan ‘kedekatan’ yang disebut oleh Paus.

“Respon terhadap tindakan mengerikan ini butuh permohonan maaf dan komitmen untuk merilis semua dokumen. Saya seorang Kristen Protestan dan iman saya termasuk mengakui kegagalan daya dan menyampaikan minta maaf,” tulis Philpott.

 

Baca Juga: Terima Kritikan, Paus Fransiskus: Suatu Kehormatan Mendapat Kritik dari Orang Amerika

 

Identitas Korban

Berdasarkan penyelidikan Tk'emlúps te Secwépemc First Nation, beberapa dari tulang belulang tersebut diyakini milik anak berusia tiga tahun.

Faktanya, semua anak pernah menjadi siswa di Kamloops Indian Residential School tersebut. Karena itu, jumlah yang ditemukan bisa saja terus meningkat mengingat proses pencarian lanjutan yang masih dilakukan.

Dari total yang ditemukan, sebanyak 50 anak diyakini sudah teridentifikasi. Sementara identitas 165 anak lainnya tidak ditemukan. 

 

BACA HALAMAN BERIKUTNYA --->

Sebagaimana diketahui, Sekolah Perumahan Kamloops ini merupakan sekolah yang dibangun di bawah pengawasan pemerintah Kanada di tahun 1800-an. Saat itu, semua keluarga Kanada harus mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah Kristen ini untuk belajar. Orang tua yang tidak mengizinkan anak-anaknya bersekolah diancam dengan hukuman penjara. 

Kebijakan itu akhirnya membuat trauma generasi anak pribumi Kanada yang dipaksa berbicara dalam bahasa Inggris dan Prancis.

Kebijakan pemaksaan ini akhirnya diungkap oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (TRC) pada tahun 2015 silam. Laporan tersebut berisi rincian daftar kegagalan sekolah Kristen yang dikelola oleh Gereja Katolik Roma dalam menjamin kesehatan dan keselamatan anak-anak yang bersekolah di tempat itu.

Para siswa ditempatkan di ruangan yang buruk dan tidak bersih. Bahkan banyak yang tidak mendapat akses medis dan sering menjadi sasaran tindakan kekerasan.

Laporan TRC juga menemukan ribuan anak pribumi kerap menjadi korban pelecehan seksual. Sementara lainnya meninggal karena sakit dan kecelakaan akibat kelalaian gereja.

Penemuan ratusan sisa jasad anak-anak ini tentu saja menjadi pukulan mendalam bagi warga Kanada, khususnya warga pribumi. Pastinya wajar bagi mereka untuk marah dan kecewa. Yang paling mereka butuhkan untuk memulihkan kesedihan adalah pengakuan dan permohonan maaf dari pemimpin Gereja Katolik Roma dan menyayangkan jika peristiwa tersebut harus terjadi di masa lalu.

Sebelumnya, permohonan maaf juga sudah disampaikan oleh pemerintah Kanada secara resmi, disusul oleh Gereja Anglikan, Gereja Serikat dan juga Gereja Presbiterian.

Sumber : Berbagai Sumber | Jawaban.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami