Cryptocurrency Naik Daun, Bolehkah Orang Kristen Ikutan?
Sumber: freepik.com

Kata Alkitab / 20 May 2021

Kalangan Sendiri

Cryptocurrency Naik Daun, Bolehkah Orang Kristen Ikutan?

Claudia Jessica Official Writer
8347

Zaman sekarang ada sebuah istilah yang bernama FOMO. Fomo merupakan singkatan dari Fear Of Missing Out atau yang berarti ketakutan akan sesuatu yang sedang trend di masa sekarang. Nah, kali ini kita akan membahas mengenai trend cryptocurrency.

Cryptocurrency adalah asset instrument. Beberapa contoh dari cryptocurrency adalah bitcoin, ehtereum, dan lain-lain.

Apakah trend ini dapat bertahan di masa mendatang? Kata Alkitab mengupas trend cryptocurrency ini bersama dengan Ken Henderson, seorang Qualified Wealth Planner dan Founder dari Gatrich.

 

Jika kamu lebih suka menonton, simak penjelasannya DI SINI.

 

Melalui Kata Alkitab, Ken Henderson membagikan pelajaran dari suatu ‘trend’. Menurutnya, sesuatu yang sedang populer seperti cryptocurrency ini biasanya akan mendatangkan kerugian. Ken menjelaskan bahwa sesuatu yang trend sedang berada pada titik kesuksesan tertinggi sehingga orang-orang yang baru mengikuti trend cenderung mendapatkan kerugian.

Ken menceritakan pengalamannya ketika mengikuti trend bitcoin yang sempat booming pada tahun 2017. Karena hanya ikut-ikutan trend pada masa itu, ia justru mendapatkan kerugian. Bagaimanapun, investasi di bidang apa saja memerlukan analisa.

Pastor Andy Otniel selaku host Kata Alkitab menyebutkan Firman Tuhan pada Pengkhotbah 1: 9 yang berbunyi, “Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.”

Artinya, kita tidak perlu takut kehilangan momen seperti bitcoin yang sempat popular pada tahun 2017.

 

Baca juga: Benarkah Saham Adalah Judi?

 

Ken Henderson menimpali, untuk melakukan investasi, kita tidak perlu terburu-buru. Mulailah dengan apa yang saat ini kita miliki. “Daripada mengejar tren yang lagi naik itu, dan kita belum belajar analisa, mendingan kita fokus sama apa yang sudah ada di tangan kita.”

Ken menambahkan, modal yang paling mahal adalah waktu yang kita habiskan untuk belajar dan menganalisa, bukan berapa banyak uang yang dihabiskan.

 

Baca selanjutnya >>>

 

Sumber : jawaban.com
Halaman :
12Tampilkan Semua

Ikuti Kami