Ini Alasan Kenapa Orang Kristen Harus Jaga Perkataan
Sumber: Freepik.com

Kata Alkitab / 27 April 2021

Kalangan Sendiri

Ini Alasan Kenapa Orang Kristen Harus Jaga Perkataan

Lori Official Writer
13233

Dr. Michael L. Brown dikenal dengan semangatnya membagikan pandangan soal kehidupan Kristen yang otentik. Melalui artikel-artikelnya, dia mengupas isu-isu terbaru yang dihadapi oleh orang Kristen.

Setelah menyampaikan pandangannya soal alasan penulis lagu Hillsong Marty Sampson meninggalkan imannya, Brown kembali menggelitik orang Kristen soal perkataan.

Di awal artikel yang diberi judul ‘Christians, We Need to Install a Filter on Our Lips’ (Orang Kristen, Kita Perlu Memasang Filter di Bibir Kita!), Brown mengutip Mazmur 141: 3 yang berisi “Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!”

Menurutnya, ayat inilah yang sebaiknya orang Kristen doakan di hari-hari ini. Karena penting sekali untuk memfilter perkataan sebagai pengontrol lidah.

Hal ini disampaikan melihat bagaimana orang Kristen cenderung begitu cepat melontarkan ucapan, bukan hanya dalam kehidupan secara langsung tetapi juga saat menulis postingan atau komentar di sosial media.

“Kita memposting apapun yang kita pikirkan, dengan pengaburan, secepat kita bisa mengetik atau mendiktekan kata-kata kita. Kita gagal memfilter, gagal memikirkan, gagal memproses, gagal mengevaluasi. Tapi Alkitab terus-menerus mengingatkan soal bahaya perkataan yang diucapkan terburu-buru,” tulis Brown.

 

Baca Juga: Pembawa Acara Kristen Ini Pertanyakan Alasan Marty Sampson Gak Lagi Percaya Tuhan

 

Ini beberapa kutipan Alkitab yang membicarakan tentang pentingnya menjaga perkataan:

“Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan.” (Amsal 13: 3)

“Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.“ (Amsal 10: 19)

“Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya.” (Amsal 17: 28)

“Kaulihat orang yang cepat dengan kata-katanya; harapan lebih banyak bagi orang bebal dari pada bagi orang itu.” (Amsal 29: 20)

“Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.” (Yakobus 3: 6)

Brown membagikan pengalaman bagaimana dirinya berjuang untuk tetap menjaga perkataan selama menggeluti karir. Dirinya akan selalu menyaring setiap perkataan yang ditulis maupun diucapkannya. Karena perkataan menjadi sesuatu yang sangat penting baginya.

“Saya seorang komunikator. Saya menghasilkan banyak kata. Dalam bentuk buku, saya telah menulis sekitar 3 juta kata. Rata-rata, setiap tahun, saya menulis lebih dari 200.000 kata dalam kolom. Selama lebih dari 11 tahun, saya sudah melakukan 1-2 siaran langsung, radio, 5 hari setiap minggu. Selain itu, saya menyampaikan khotbah atau mengajar kelas beberapa ratus kali setiap tahun,” terangnya.

Namun di lain sisi, Brown dengan jujur mengaku kalau dirinya kadang gagal dalam menahan diri saat berinteraksi di sosial media. Ada kalanya dia menulis terlalu cepat, merespon terlalu agresif dan gagal memproses kata-katanya sebelum mengirimnya kepada orang lain.

Dia mengingatkan bahwa kata-kata tajam seperti pedang (Amsal 12: 18) dan kata-kata keras membangkitkan amarah (Amsal 15:1).

“Kata-kata kita sering seperti belati, keras dan menusuk serta merusak. Sangat jarang kata-kata kita membangun, menyembuhkan, memulihkan dan memperbaiki. Dan kita sangat vepat mengutarakan pendapat kita, betapapun buruknya itu,” tulisnya.

 

Baca Juga: Setiap Perkataan Kita Memiliki Pengaruh yang Besar

 

Dia berpikir sebenarnya sangat tak bijak bagi kita untuk memfitnah tanpa bukti dan tidak bertanggung jawab.

Menyaksikan mudahnya orang-orang saat ini melontarkan kata-kata yang sembrono, membuat Brown merasa sangat prihatin. Hal itu bahkan dilakukan oleh orang-orang terpandang.

“Saya sepenuhnya menyadari bahwa Presiden Trump dan sejumlah orang lainnya mengirimkan tweet yang sembrono. Tapi mereka bukan panutan saya dan saya tidak mengikuti contoh mereka,” ungkapnya.

Karena itu, sebagai pengikut Yesus Brown mengingatkan untuk bersikap berbeda. Yaitu untuk menjaga perkataan yang keluar dari mulut dan memilih untuk hanya menyampaikan ucapan yang membangun orang lain (Efesus 4: 29). Kita tak seharusnya bertindak bodoh dengan perkataan kita.

“Seperti Amsal menyatakan, “Siapa yang bodoh bicaranya akan jatuh…mulut orang bodoh adalah kebinasaan…mulut orang bebal mencurahkan kebodohan…orang bodoh membiarkan amarahnya meledak…(Amsal 10: 8, 14; 15:2; 20:3)” tulisnya.

Salah satu alasan kenapa Brown getol membicarakan soal hal ini adalah supaya semua orang Kristen menyadari betul bahwa Tuhan ingin semua orang percaya menjaga perkataan mereka.

“Saya sudah membahas masalah komunikasi internet beberapa kali sebelumnya, mungkin yang paling kuat setelah kasus bunuh diri yang dilakukan putra Pendeta Rick Warren. Tapi sekali lagi, saya membuat daya tarik baru ini. Mari kita menjadi saleh dalam perkataan kita. Dunia tidak hanya mengawasi, tapi Tuhan juga mengawasi. Saat tiba saatnya untuk bicara, maka berbicaralah. Tapi sampaikanlah kebenaran. Dan berbicaralah kebenaran dengan kasih. Dan kebenaran dengan bijaksana. Taruhannya sangat tinggi,” pungkasnya.

Di akhir artikel dia pun mengutip satu ayat sebagai penutup. “Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” (Amsal 18: 21)

Sumber : Stream.org | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami