Kenapa Vaksin Tidak Diberikan Pada Ibu Hamil dan Ibu Menyusui?
Sumber: doktersehat.com

Health / 14 February 2021

Kalangan Sendiri

Kenapa Vaksin Tidak Diberikan Pada Ibu Hamil dan Ibu Menyusui?

Claudia Jessica Official Writer
2367

Ibu hamil dan menyusui termasuk dalam daftar golongan orang yang belum mendapatkan vaksinasi. Padahal banyak tenaga kesehatan yang juga merupakan ibu hamil dan menyusui, kok bisa ya?

Vaksinasi covid-19 telah dimulai sejak 13 Januari 2021 lalu. Namun berdasarkan pedoman SK Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit No. 02.02/4/1/2021 tentang petunjuk teknis pelaksanaan vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemi corona, vaksin tidak dapat diberikan kepada orang yang pernah positif, ibu hamil atau menyusui, dan lain-lainnya yang dapat kamu saksikan di video sebelumnya. (Munculkan video sebelumnya “Fakta tentang vaksin”

Mengapa demikian?

1. Ibu hamil lebih rentan

Kehamilan dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh sang ibu. Perubahan ini membuat membuat ibu hamil lebih rentan terinfeksi termasuk virus covid-19.

Berdasarkan kasus yang pernah terjadi, ibu hamil yang terinfeksi covid-19 biasanya memiliki resiko 5x lebih berbahaya dari orang lain yang terinfeksi virus ini juga.

2. Belum ada data yang cukup dari hasil uji klinis

Vaksin yang digunakan oleh Indonesia adalah vaksin Sinovac produksi Sinovac Biotech China Beijing. Dikutup dari kompas.com, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari Brawijaya Hospital Antasari, Dinda Derdameisya, SpOG mengatakan vaksin sinovac belum melalui uji klinis untuk ibu hamil dan menyusui.

Karena dunia dilanda emergency pandemi covid-19, ibu hamil dan ibu menyusui tidak diikutsertakan dalam uji klinis ajar prosesnya dapat dilakukan dengan lebih sederhara.

Jika ibu hamil dan ibu menyusui menjadi bagian dari uji klinis vaksin covid-19, maka akan membutuhkan perhatian yang lebih untuk memonitor kesehatan ibu dan perkembangan janin, sehingga waktu yang dibutuhan pun lebih lama.

3. Kemungkinanan bisa menular ke anak

Resiko ibu menurlarkan virus ke bayi yang belum lahir sangatlah rendah. Namun, meski kemungkinannya sangat rendah, bukan berarti tidak ada. Di kutip dari Instagram pandemictalks, ditemukan dua studi yang membuktikan transmisi virus terjadi dari ibu ke bayi melalui plasenta, yaitu:

1. Kasus bayi laki-laki Perancis yang tertular melalui plasenta ibunya, terlahir dengan keadaan positif covid dan mengalami gangguan neurologis.

2. Kasus bayi perempuan yang lahir prematur di Texas, Amerika Serikat terinfeksi covid-19.


Baca juga:

6 Fakta Yang Perlu Diketahui Tentang Vaksin Sinovac

Syarat dan Cara Mengecek Penerimaan Vaksin Covid-19


4. Tidak semua jenis vaksin dapat diberikan pada ibu hamil dan ibu menyusui

Ada beberapa jenis vaksin. Salah satunya adalah vaksin yang mengandung virus yang sudah dilemahkan, pada umumnya dapat diberikan kepada ibu hamil. Namun, vaksin yang mengandung virus hidup tidak direkomendasikan untuk ibu hamil.

Contoh vaksin yang dilemahkan: Vaksin Influenza, Vaksin Tetanus Toxoid.

Vaksin hidup: Vaksin Varicella (cacar air), Vaksin Measles, Mumps, Rubela (MMR), dll.

Secara teori, beberapa vaksin covid-19 dapat digunakan pada ibu hamil, namun hingga saat ini masih belum ada data keamana uji klinisnya sehingga pemerintah memutuskan untuk tidak memberikannya kepada 2 kelompok tersebut.

Adapun jenis vaksin Covid-19 jenis mRNA tidak mengandung virus, melainkan komponen genetic yang dirancang sedemikian rupa meyerupai genetic suatu virus, pada kasus ini, virus SARS-CoV-2.

Vaksin mRNA diketahui lebih aman bagi janin karena tidak menembus plasenta namun antibody yang terbentuk pada tubuh ibu dapat menembus plasenta sehingga janin akan mendapatkan kekebalan terhadap virus corona sampai ia dilahirkan.

Vaksin ini memiliki efikasi sebesar 95% namun, kemanan dan efek samping serta dampaknya dalam jangka panjang belum diketahui secara pasti.

Vaksin mRNA belum tersedia di Indonesia, tetapi pemerintah telah merencanakan untuk membeli vaksin tersebut dair Pfizer dan Moderna.

JCers, perlu diingat bahwa informasi ini bersifat sementara dan dapat berubah sewaktu-sewaktu sehubungan dengan pedoman yang dikeluarkan oleh kemenkes serta penelitian yang masih berlangsung hingga saat ini.

Pandemi ini dapat berakhir apabila ada kesatuan dari seluruh masyarakat dalam menaati protokol kesehatan. dengan baik. Pemerintah bersama para petugas kesehatan juga masih berjuang untuk mengatasi pandemi ini.

Karena itu, tetap lakukan 3T (testing (tes), tracing (pelacakan), dan treatment (penanganan) dan 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi) untuk kesehatan kita maupun kesehatan orang-orang di sekitar kita.

Roma 13: 1 mengatakan, “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”

Terus dukung gerakan 3T dan 5M!

Sayangi tubuhmu karena tubuhmu adalah Bait Allah.

Sumber : jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami