Ini Loh Cara Berinvestasi yang Benar Seperti Diajarkan Yesus

Finance / 3 February 2021

Kalangan Sendiri

Ini Loh Cara Berinvestasi yang Benar Seperti Diajarkan Yesus

Lori Official Writer
1897

Kalau kamu membaca keseluruhan bagian Alkitab tentang pelayanan Yesus, kamu akan mendapati banyak percakapan yang disampaikan Yesus menyinggung soal investasi.

Ya, Yesus tentu saja tidak memakai kata ‘investasi’ dalam setiap ucapannya, seperti kebanyakan pebisnis atau pengusaha di zaman sekarang ini. Tapi intinya, Yesus dengan serius membahas hal ini dalam perumpamaannya.

Hal pertama yang Yesus sampaikan soal investasi adalah sesuatu bahwa menurutnya berinvestasi adalah sesuatu yang baik. Dia menyebut orang-orang yang melakukan investasi sebagai ‘orang-orang baik’.

Ada beberapa bagian kisah yang disampaikan Yesus soal berinvestasi. Seperti yang bisa kita temukan dalam perumpamaan Hamba yang Tidak Mau Mengampuni (Matius 18: 21-35), Para Pekerja di Kebun Anggur (Matius 20: 1-16), Perumpamaan Tentang Talenta (Matius 25: 14-30) dan juga soal kisah Hamba yang Tidak Setia (Matius 24: 45-51). Dari kisah-kisah ini, Yesus menggambarkan tentang tindakan apa yang dilakukan seorang investor atau pemilik kepada hamba atau pekerjanya. Jika para investor berbuat tidak adil atau tidak benar, maka perumpamaan ini tidak akan sesuai. Karena Yesus menyebutkan perumpamaan tentang bagaimana Allah sebagai investor sendiri akan selalu bertindak atau berlaku adil dan benar kepada pekerja-Nya.

Misalnya kisah tentang Perumpamaan Pekerja di Kebun Anggur bicara tentang bagaimana Allah, mempercayakan kita seisi dunia untuk kita urus. Tuhan sendiri berinvestasi di bumi. Dia menyediakan sumber daya yang ditangani di bawah manajemen yang dipercayai-Nya. Dengan harapan, Allah akan menuai hasil investasi tersebut.

Sayangnya, sebagai pekerja atau hamba tanpa disadari kita suka menggunakan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan kita sendiri. Tindakan inilah yang membuat kita menjadi hamba yang tidak setia. Sebagai pemilik, Tuhan akan selalu bertindak benar kepada hambanya. Tapi yang menjadi masalah adalah sering kali hamba, yaitu kita sebagai pengelola-Nya, kerap bertindak curang dan manipulatif.

Jadi, mari menarik perumpamaan ini kepada investasi yang kita lakukan di dunia. Misalnya, saat kita membeli saham atau obligasi di sebuah perusahaan, maka kita  adalah pemiliknya. Tapi kita hanyalah sebagai pemilik, bukan manajernya. Dalam artian, seorang pemilik tidak bisa mencampuri urusan manajemen. Karena pemilik dan manajemen adalah dua hal yang terpisah. 

Sayangnya, sistem ini banyak kali menyebabkan kerugian kepada pemilik karena kurangnya akuntabilitas dari manajemen. Uniknya, Allah juga menerapkan sistem yang sama dalam proses investasinya. Lalu siapa yang harus dipersalahkan? 

Contoh lain yang disampaikan Yesus soal investasi adalah perumpamaan tentang talenta. Saat hamba yang malas berkata bahwa dia takut untuk mengelola talenta yang diberikan kepadanya, maka sang tuan berkata.

 

“Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.” (Matius 25: 27)

 

Ayat ini pada akhirnya menimbulkan kebijakan baru di abad pertengahan dimana bank membebankan bunga dalam pinjaman. Kalau Yesus sendiri menyampaikan perumpamaan bahwa seorang tuan yang mewakili Tuhan sendiri merekomendasikan untuk mendapatkan bunga dari sistem perbankan, maka berinvestasi dengan cara ini tidak salah.

Yesus juga menceritakan dua perumpamaan lain yaitu tentang Orang Kaya yang Bodoh dan tentang Lazarus dan Orang Kaya. Tapi bedanya, dari dua kisah ini Yesus menceritakan tentang si pemilik atau investor yang melakukan tindakan yang bertolak belakang dengan Allah. Jika di kisah perumpamaan sebelumnya, Yesus mengisahkan tentang pemilik yang selalu bertindak adil dan benar, maka dalam dua perumpamaan ini pemilik melakukan tindakan yang tidak benar.

Yesus dengan tegas menekankan bahwa dalam kehidupan kita, kita seharusnya tidak hanya hidup untuk mengejar kekayaan. Tapi yang jauh lebih penting dari itu adalah bagaimana kita berinvestasi dengan cara yang adil dan benar.

 

Tujuan Investasi

Pertanyaannya adalah untuk apa kita berinvestasi? Orang Kristen tahu bahwa tujuan kita untuk hidup adalah untuk memuliakan Tuhan. 

Dalam perumpamaan tentang Talenta, hamba yang malas sama sekali tidak mendapatkan apa-apa dari tuannya. Sebaliknya, dua hamba yang rajin diberikan pujian dan imbalan. Jadi, tujuan berinvestasi bukan saja hanya untuk menghasilkan keuntungan finansial. Tetapi juga untuk mengajarkan kita tentang menjadi pengelola yang baik. 

Yesus juga meggunakan perumpamaan tentang pertanian yang menekankan tentang besar keuntungan yang bisa didapatkan oleh para penggarap tanah.

 

"Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat." - Markus 4: 8

 

Perumpamaan ini disampaikan untuk mengingatkan kita tentang panggilan kita sebagai pekerja di ladangnya Tuhan. Sebagai pengelola, hasil yang melimpah bisa kita dapatkan jika kita benar-benar mengusahakan sumber daya yang kita miliki dengan baik dan dengan cara yang benar. Dengan itu kita bisa mempersembahkan hasil keuntungan tersebut untuk memuliakan Tuhan.

 

Apakah kamu mau menjadi investor bagi kerajaan Allah? Kami mengundang kamu hari ini untuk ikut berinvestasi dalam pelayanan kami. Setiap investasi yang kamu tabur hari ini berdampak besar bagi keselamatan banyak orang di Indonesia. Yuk bergabung bersama Jawaban.com untuk memenangkan jiwa melalui pelayanan media yang terus kami lakukan. 

Jika kamu rindu untuk menjadi investor dalam proyek pelayanan ini, silahkan daftarkan diri kamu di sini : https://www.jawaban.com/donasi/.

Sumber : Faithdriveninvestors.org
Halaman :
1

Ikuti Kami