Trump Gugat Hasil Pilpres, Ini Respon  Beberapa Pendeta Amerika Tentang Pemilu 2020
Sumber: BBC

News / 9 November 2020

Kalangan Sendiri

Trump Gugat Hasil Pilpres, Ini Respon Beberapa Pendeta Amerika Tentang Pemilu 2020

Puji Astuti Official Writer
1999

Para pemimpin dunia banyak yang sudah mengucapkan selamat kepada Joe Biden dan Kamala Haris atas kemenangan dalam pemilu Amerika beberapa waktu lalu, namun Presiden Donald Trump masih belum mau mengakui kekalahannya dan akan tetap melakukan gugatan hukum dengan tuduhan kecurangan pilpres.

Presiden Trump menyatakan ketidakpercayaannya kepada proyeksi  hasil pemilu yang dibuat media melalui akun Twitternya @realDonaldTrump.

"Sejak kapan Media Lamestream menetapkan siapa presiden kita selanjutnya? Kita telah belajar banyak dalam dua pekan terakhir!"  demikian cuitnya.

Tim hokum Presiden Donald Trump telah melakukan gugatan di Pennsylvania, Michigan, Nevada dan Georgia. Tim kampanyenya menuding bahwa ada penghitungan suara illegal setelah hari pemilihan dimana pengamat tidak bisa memonitor penghitungan suara.

Respon beberapa pemimpin Kristen Amerika terhadap hasil pilpres

Beberapa pendeta menyatakan dukungannya kepada Presiden Trump untuk melakukan tuntutan hukum, salah satunya adalah penginjil Franklin Graham, yang menyatakan melalui laman Facebooknya pada Kamis lalu bahwa “Pemilihan belum selesai. Hal ini harus sampai ke pengadilan.” Walau demikian Graham melalui akun Twitternya menyatakan bahwa siapapun yang memenangkan pilpres kali ini, “Adalah doa saya agar orang Amerika dapat bersatu, tidak peduli seberapa dekat hasil akhirnya nanti.”

Hal yang serupa juga disampaikan oleh pendeta senior Gerja First Babtist Dallas, Dr.Robert Jeffress. Ia menyatakan bahwa Trump “memiliki hak konstitusional untuk melakukan gugatan.” Ia juga menyatakan melalui email yang dikutip oleh APnews.com, bahwa jika Biden yang menjadi presiden, “Orang Kristen tetap memiliki kewajiban yang sama untuk dia seperti yang mereka miliki kepada Presiden Trump: Mereka harus memuji kebijakannya yang baik, mengutuk yang buruk, dan berdoa untuk kesuksesannya."

Sedangkan Paula White, salah seorang pendeta yang menjadi penasihat Trump mengajak umat Kristen berdoa melalui akun Twitternya pada Kamis (5/11/2020) lalu, “Saya meminta Anda untuk berdoa dengan khusyuk, tanpa henti untuk bangsa kita dan hasil pemilu. Ada kekhawatiran besar bahwa ada yang mencoba mencuri pemilihan ini. Mari kita berdoa kepada Tuhan, yang mengetahui segalanya, untuk mengungkapkan kebenaran. Berdoa agar musuh Tuhan didiamkan dan rencana mereka dibatalkan.”

Respon dari Joe Biden atas kemenangannya

Sebaliknya, Presiden terpilih Joe Biden dan Wakil Presiden terpilih, Kamala Harris memberikan pidato kemenangannya pada Sabtu malam lalu, dan tidak memberikan respon langsung tentang pernyataan Presiden Donald Trump.

Biden mendorong masyarakat Amerika untuk mengakhiri perbedaan yang terjadi selama pemilihan umum dan memulai pemulihan bersama bangsa tersebut.

“Untuk semua yang memilih Presiden Trump, saya mengerti kekecewaan malam ini,” demikian Biden merujuk kepada kekalahan yang pernah ia alami juga. “Tapi sekarang mari beri satu sama lain kesempatan.”

Mantan wakil presiden di era Barak Obama itu menyatakan bahwa saat ini adalah masanya dalam sejarah Amerika untuk “pemulihan”, sambil merujuk kitab Pengkotbah di Perjanjian Lama. Dia juga mengutip lagu rohani Katolik yang diciptakan berdasarkan Yasaya 40, yang memiliki makna mendalam bagi mendiang putranya Beau, yang meninggal pada Mei 2015 lalu karena penyakit kanker.

Berdasarkan proyeksi media hingga Senin (9/11/2020), Joe Biden memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat dengan memperoleh 290 electoral votes dengan total 75,4 juta suara, sedang Presiden Trump mendapat 214 electoral votes dengan 70,9 juta suara. Banyak pihak takut akan terjadinya perpecahan dan bahkan kerusuhan terkait hasil pilpres tersebut. Untuk itu banyak gereja menyerukan agar umat Kristen berdoa puasa untuk hasil terbaik dari pemilihan presiden Amerika ini.  

Sumber : Berbagai Sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami