Apakah vaksin adalah jawaban untuk mengatasi pandemi c-19?
Sumber: jawaban.com

Health / 8 November 2020

Kalangan Sendiri

Apakah vaksin adalah jawaban untuk mengatasi pandemi c-19?

Claudia Jessica Official Writer
1823

Di tengah pandemi c-19 yang masih berlanjut, banyak ahli dan perusahaan bioteknologi yang mengembangkan vaksin c-19. Bahkan pemerintah sendiri meminta untuk mempercepat pengembangan vaksin c-19 dengan harapan vaksin dapat membantu mengurangi angka penularan virus corona.

Vaksin bukanlah obat yang digunakan untuk menyembuhkan suatu penyakit. Namun, vaksin dapat membuat tubuh manusia dapat beradabtasi dengan virus dan mampu mencegah penyakit tersebut.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan bersama dengan dr. Sovian Anugerah dari Obor Berkat Indonesia, vaksin adalah bagian dari virus yang disuntikkan ke dalam tubuh manusia agar tubuh dapat beradaptasi untuk melawan virus.

Bagian dari virus yang akan dijadikan vaksin ialah protein atau yang disebut dengan antigen dalam istilah kedokteran. Antigen tersebut tidak menyebabkan infeksi atau gejala c-19 karena selama proses mengambil antigen, virus telah dibunuh terlebih dahulu. Namun, antigen yang akan disuntikkan ke dalam tubuh sudah cukup untuk memicu respon sistem kekebalan tubuh sehingga ketika virus masuk ke dalam tubuh, antibodi kita bisa melawan virus tersebut.


Baca juga: 6 Fakta Yang Perlu Diketahui Tentang Vaksin Sinovac


Pada tahap normal, pembuatan vaksin biasanya memakan waktu selama 8 hingga 10 tahun agar vaksin dapat dipastikan keamanan dan keefektifannya. Adapun tahapan membuat vaksin yaitu:

1. Pre clinic. Tahapan sebelum vaksin siap diuji kepada manusia. Pada tahap ini, biasanya para ilmuwan akan menggunakan hewan-hewan percobaan yang memiliki DNA genetik yang mirip dengan manusia seperti, tikus, kelinci, dll.

2. Fase I. Biasa disebut dengan small group yang terdiri dari 5-10 orang atau kurang, untuk menguji keamanan vaksin. Biasanya pada tahap ini, vaksin akan diuji kepada orang yang berisiko rendah untuk terpapar, umumnya orang dewasa muda yang sehat untuk menguji ketahanan tubuh terhadap vaksin.

3. Fase II.  Larger group, terdiri dari 50-100 orang atau kurang, untuk menguji efek samping yang berlebih sehingga membutuhkan waktu yang lama.

4. Fase III. Bertujuan untuk melihat efektivitas vaksin dalam mencegah penyakit yang melibatkan populasi yang lebih beragam dan dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Semua rangkaian tersebut ditujukan untuk memastikan bahwa vaksin dapat berfungsi dengan baik serta tidak ada efek samping yang berlebihan seperti kejang-kejang, mual, muntah, dll sebelum diproduksi secara massal.


Baca juga: Bukan Virus Baru, Begini Sejarah Munculnya Norovirus dan Cara Pencegahannya…


Setelah vaksin disuntikkan ke dalam tubuh, ada beberapa reaksi yang akan muncul seperti demam atau nyeri pada bekas suntikan. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 2-3 hari. Apabila seseorang yang telah divaksinasi mengalami penurunan atau peningkatan nadi atau denyut jantung, nafas menjadi lebih cepat, kesadaran menurun, demam tak kunjung membaik dan berlangsung lebih dari 3 hari, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

Saat ini dunia tengah dilanda emergency akibat virus corona yang menyebar dengan sangat cepat dan telah memakan banyak korban.

Apakah vaksin bisa menjadi jawaban untuk mengatasi pandemi c-19? Menurut dr. Sovian, jawabannya bisa ya dan bisa tidak.

Secara teori dasar, vaksin adalah upaya untuk mencegah suatu penyakit, bukan untuk mengobati. Namun, kita tidak tahu apakah vaksin yang nantinya akan didistribusikan dapat berfungsi dengan efektif karena waktu pembelajaran yang kita miliki sangat minim.

Jadi, jangan berpaku kepada vaksin dan tetaplah lakukan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak) sebagai upaya pencegahan paparan c-19, dan lakukan 3T atau Testing, Tracing, dan Treatment (tes, penelusuran, dan penanganan) apabila dinyatakan positif terpapar c-19.

JCers bisa melihat video jawaban health lainnya DI SINI.

Sumber : jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami