Mengampuni Tujuh Puluh Kali Tujuh Kali
Kalangan Sendiri

Mengampuni Tujuh Puluh Kali Tujuh Kali

Lori Official Writer
      3342

Roma 12: 17-18

Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!

 

 

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 130; Yohanes 7; Yeremia 37-38

Dalam sebuah gambaran dunia yang sempurna, mungkin tidak akan ada perbedaan pandangan di antara sesama orang Kristen.

Kenyataannya, dunia yang kita tempati ini bukanlah dunia yang sempurna. Kita hidup di dunia yang rusak, di mana gereja mengalami konflik internal di antara sesama anggotanya. 

Pendeta terlibat skandal atau memberontak, gereja terpecah belah, dan yang mengaku Kristen hidup dalam dendam dan kebencian dengan sesama saudara seiman. Jujur, beberapa tahun yang lalu aku berjuang menghadapi masalah yang terakhir. Aku sakit hati dan marah kepada beberapa rekan Kristen.

Ketika aku akhirnya menceritakan hal ini kepada salah satu teman yang lain, aku teringat pernah mengatakan kalimat ini: ‘Aku sangat membenci mereka.’

Tak lama kemudian aku tahu bahwa Petrus pernah mengalami situasi seperti yang aku hadapi. Tapi Yesus meresponi kondisi tersebut dengan menyampaikan hal ini kepada Petrus.

“Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” (Matius 18: 21-22)

Gak berhenti di situ, Yesus mulai menceritakan perumpamaan tentang seorang raja dan hamba. Sang raja tersebut dengan murah hati menghapuskan hutang hambanya karena tidak sanggup membayar. Namun setelah itu, sang hamba justru berlaku sebaliknya kepada hamba lain yang memiliki hutang 10 dinar kepadanya. Bukannya meniru tindakan sang raja, hamba tersebut justru berlaku tidak adil terhadap si pemilik hutang. Akibat tindakan tersebut, hamba yang lain yang menyaksikan perbuatan hamba tersebut lalu memberitahukannya kepada sang raja.

Tahukah kamu akhir dari kisah ini? Sang raja pun menjadi marah dan membatalkan penghapusan hutang hamba itu dan meminta para algojo untuk menagih hutangnya sampai lunas.

“Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.” (Matius 18: 32-34)

Yesus mengakhiri kisah ini dengan menegaskan bahwa Bapa di surga juga akan melakukan hal yang sama kepada kita, jika kita tidak mau melepaskan pengampunan kepada sesama kita. 

“Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” (Matius 18: 35)

Sebagai orang Kristen, kita diperintahkan untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Bukan hanya karena Tuhan ingin menyaksikan kita hidup dalam kasih, tetapi karena Dia sudah lebih dulu mengasihi kita.

 

Hak cipta Ryan Duncan, disadur dari Crosswalk.com

Ikuti Kami