Mudah Kok! Gini Cara Ajarkan Anak Tentang Kebenaran Alkitab
Sumber: unsplash.com

Parenting / 27 April 2022

Kalangan Sendiri

Mudah Kok! Gini Cara Ajarkan Anak Tentang Kebenaran Alkitab

Claudia Jessica Official Writer
5102

Bagaimana orangtua dapat meyakinkan, menunjukkan atau membuktikan kepada anak-anak bahwa kita dapat mengandalakan kebenaran Tuhan?

Selanjutnya, bagaimana kita memenangkan pertempuran antara kebohongan dunia yang merusak melawan kebenara Tuhan yang tak terbantahkan?

Kita harus berjuang mendidik anak-anak kita supaya kuat, solid dan tumbuh dengan kebenaran Tuhanyang tak kenal takut.

Di zaman sekarang, kita harus menjadi kreatif untuk mendidik anak. Kreativitas berasal dari hikmat Tuhan. Kita perlu menunjukkan kepada mereka bahwa Firman-Nya adalah kebenaran. Jika tidak, media sosial, internet dan pengaruh luar lainnya akan menunjukkan kepada mereka tentang kebenaran mereka sendiri.

Tapi, mereka tidak bisa menang! Kemenangan adalah milik kita. Senjata terbaik yang paling ampuh dan efektif disebut dengan “teladan.” Inilah 4 cara untuk menghidupi kebenaran Tuhan!

 

1. Anak-anak melihat bagaimana orang dewasa bereaksi terhadap kesulitan

Dikutip dari crosswalk, seorang anak usia 11 tahun yang kehilangan ayahnya diperhadapkan dengan sebuah pertanyaan dari ibunya “Ayah sudah pergi, bagaimana kita harus bertahan hidup sekarang?”

Kemudian anak tersebut menjawan “Saya tidak tahu, tapi tahukah ibu siapa yang akan melakukannya? Tuhan melakukannya. Dia akan menjaga kita dan Dia akan memberi kita apa yang kita butuhkan.”

Kemudian ibu anak tersebut mengambil Alkitab, dan Firman Tuhan terus bergema dalam dirinyadan mengharap Tuhan menyediakan segala kebutuhannya.

Anak-anaknya sudah dewasa sekarang, tetapi mereka masih ingat dengan keyakinan yang ditunjukkan ibu mereka saat dia percaya pada janji Tuhan.

 

2. Anak akan melihat bagaimana orang dewasa menunjukkan kepuasan

Ketidakpuasan akan bentuk tubuh membuat Diane ingin menjadi anggota gym untuk merawat bentuk tubuhnya. Namun keterbatasan waktu dan ekonomi membutnya putus asa dan menghancurkan kebahagiaannya.

Tapi Firman Tuhan di Filipi 4: 13-14 membuatnya belajar tentang bagaimana menjadi puas ketika dia memiliki banyak hal ataupun tidak memiliki apa-apa.

Diane menghidupkan kebenaran Firman Tuhan ini dengan menyadari ketidakpuasannya sendiri. Keinginannya atas apa yang dia inginkan kini berubah menjadi keinginan untuk berterimakasih kepada Tuhan atas apa yang telah dimiliki.

Kim, anak Diane mengamati perubahan ibunya ini. Tidak ada lagi komentar negatif tentang berat badan ataupun keinginan untuj mengikuti gym. Transformasi semacam itu di dalam diri orang tua memiliki kekuatan untuk berbicara dalam kehidupan anak-anak.

Mereka menyaksikan pola pikir baru, sikap baru, dan cara berbeda untuk bahagia. Kebahagiaan yang datang dari ketaatan, bukan karena keinginan kita, tapi karena Firman Tuhan. Saat itulah kebahagiaan berubah menjadi kegembiraan.

 

BACA HALAMAN SELANJUTNYA -->

3. Anak akan melihat bagaimana orang dewasa mengatasi kelemahannya

Janet, mengalami kebutaan ketika putra-putranya berusia 3, 5, dan 7 tahun. Hal ini membuatnya merasa tidak mampu menjadi seorang ibu karena kelemahannya. Tetapi, perkataan Paulus dalam 2 Korintus 12: 9 "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."

Tetapi, apakah anak-anaknya dapat mengerti tentang hal ini? Melalui kebutaannya, Janet menunjukkan kepada anak-anaknya dunia baru yang penuh kreativitas, keberanian, dan ketekunan.

Mereka belajar untuk percaya pada Tuhan seperti Janet. Mereka belajar bekerja sama, tetapi mereka juga belajar tertawa. Tuhan tidak mengharapkan orang tua yang sempurna, tetapi Dia mencari kepercayaan kita yang sempurna pada kebijaksanaan-Nya untuk menunjukkan kekuatan-Nya dalam kelemahan kita.

 

4. Anak akan melihat bagaimana orang dewasa memperlakukan orang lain

Pernahkah kamu mendapatkan telepon dari orang tidak dikenal yang ingin melakukan penipuan? Beberapa orang pernah mengalami hal ini. Dan sadar atau tidak beberapa dari kita telah melakukan hal yang kasar. Namun, Filipi 2: 3-4 berkata, "dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."

“Orang lain” termasuk anak-anak kita. Mereka menyaksikan bagaimana kita memperlakukan orang asing, tetangga, pegawai toko dan bahkan anggota keluarga lainnya.

Saat kita mengajarkan anak-anak, apakah kita pernah melakukan hal yang salah untuk maksud yang baik? Seperti berteriak untuk mendisiplinkan anak? Mungkin ya.

Dalam perjalanan sebagai orang tua, kita juga harus menanggung panasnya tekanan yang membuat hal-hal tersebut menjadi berada diluar kendali.

Orang Israel melakukan hal yang sama. Rasa takut dan stres menyertai mereka dalam setiap langkah melalui perjalanan gurun yang tidak terlalu menyenangkan menuju tanah perjanjian.

Keluaran 14: 13-14 berkata, "Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja."

Tuhan akan berperang ganti kita. Kita hanya perlu diam. Karena ketika kita diam, kita akan menjadi tenang, berada di hadirat Tuhan, menerima kuasa-Nya, memulihkan jiwa kita dan mengakui kemenangan yang kita miliki di dalam Dia.

Inilah mengapa kita tidak boleh melewatkan kesempatan indah untuk mengajari anak-anak kita bagaimana mencintai yang tidak dapat dicintai (Lukas 6: 32). Untuk menunjukkan kepada mereka nilai kebaikan (1 Korintus 13: 4). Dan untuk mencontohkan bagaimana kita mempertahankan perdamaian kita (Filipi 4: 6).

Anak-anak memperhatikan bagaimana kita mengikuti pimpinan-Nya. Mereka mengamati bagaimana ketakutan kita berubah menjadi iman. Merubah kekhawatiran untuk percaya. Sikap kita untuk bersyukur.

Mereka meniru reaksi kita. Dan mereka belajar bagaimana kita mengubah tantangan kita menjadi saluran yang menampilkan kebenaran Tuhan.

Sumber : crosswalk.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami