Istilah julid jadi populer di kalangan netizen Indonesia belakangan
ini. Kata yang satu ini pun dipakai sebagai istilah lain dari nyinyir atau siri
hati. Yang secara umumnya dikategorikan dalam kebiasaan bergosip atau mengata-ngatai orang lain di belakang.
Istilah ini juga makin populer di kalangan netizen setelah
kemunculan film pendek berjudul ‘Tilik’ yang banyak dibicarakan di sosial
media. Film ini menceritakan soal sekelompok ibu-ibu kampung yang lagi
mengatai-ngatai salah satu tetangganya. Sontak film inipun banyak dibicarakan
karena menggambarkan kejadian yang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Bukan hanya di antara ibu-ibu kampung, kebiasaan julid sebenarnya
melekat di tengah kehidupan semua kalangan, mulai dari anak-anak, remaja sampai
orang dewasa. Bahkan sesama teman pun bisa berlaku julid dengan temannya sendiri.
Bahkan dari pengakuan banyak orang, julid dianggap sebagai bumbu
obrolan yang bisa menciptakan suasana meriah saat berkumpul dengan teman-teman.
Alasan ini dinilai bukan karena mereka benar-benar iri dengan orang yang
dibicarakan, tapi dengan menjulidi orang itu mereka juga bisa tahu kabar-kabar terbaru.
Kalau bisa disimpulkan julid termasuk bentuk gosip karena melibatkan
percakapan tentang orang lain yang tidak ada di sana. Di dalam Alkitab, gosip dikategorikan
sebagai salah satu kebiasaan buruk yang harus dihindari karena walaupun yang dibicarakan
mungkin benar, tapi tetap saja percakapan pasti dibumbui dengan prasangka atau asumsi yang salah.
"Jangan
menjadi saksi terhadap sesamamu tanpa sebab, dan menipu dengan bibirmu." (Amsal 24: 28)
Dampak Buruk Gosip
Gosip bisa merugikan banyak pihak, diantara pelaku gosip, yang mendengar dan yang digosipkan.
Gosip dan kerabatnya fitnah adalah dosa yang menyebabkan kerusakan
hubungan dengan orang lain. Dan ucapan menipu apapun ditegaskan dalam Alkitab sebagai dosa (Mazmur 101: 5 & Amsal 6: 16-19).
Sebagian orang bisa suka mencari-cari pembicaraan. Sebagian lainnya
suka mengembangkan percakapan dan setiap kali obrolan tersebut mengarah kepada gosip, akibatnya bisa berujung pada rusaknya hubungan pertemanan.
“Orang yang
curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.” (Amsal 16: 28)
Orang-orang julid biasanya ditandai dari beberapa sikapnya, yaitu:
Kebiasaan ini bahkan disebut dalam Alkitab dengan kata sesat. Hal ini diharap bisa membuat kita
berpikir untuk bergabung dengan orang-orang yang suka bergosip dan menjulidi orang lain.
Baca Juga:
Ngegosip Dosa Nggak Sih? Ini Dia Apa Yang Alkitab Bilang Tentang Gosip
Fitnah dan Gosip, Toxic Paling Berbahaya Dalam Kekristenan. Begini Dampak Buruknya…
Cara Hadapi Para Penjulid
Ada empat cara yang bisa dilakukan saat berhadapan dengan penggosip yaitu:
1. Kekang Lidahmu
Menghadapi teman yang suka julid bisa dilakukan dengan memahami betul fungsi lidah kita.
Saat terlibat di tengah gosip, pastikan untuk tetap mengekang
lidah kita. Jika hal itu berhubungan dengan orang lain dan terdengar seperti percakapan
yang menjatuhkan orang lain, pilihlah untuk tidak ikut-ikutan menyepakati perkataan yang lain. Biarkan Efesus 4: 29 tetap jadi prinsip kita.
“Janganlah
ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik
untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
2. Pilih Untuk Diam
Pilihan kedua adalah tidak ikut dalam gosip. Waktu sebuah
percakapan beralih fokus kepada seseorang dan mulai diyakinkan dengan kalimat ‘Tahu
gak sih…’ maka kita akan sangat mudah bereaksi. Jangan biarkan diri kita terbawa dalam percakapan itu. Karena gosip hanya akan mengkhamiri pikiran kita.
“Perkataan pemfitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati.” (Amsal 18: 8)
3. Hadapi dan Akhiri Gosip
Waktu kita menyadari kalau teman-teman kita mulai menjulidi teman
yang lain, kita hanya punya dua pilihan yaitu diam dan pergi atau menghadapinya dan mengakhiri gosip.
Waktu kita tidak menghentikan obrolan merusak itu, pada
dasarnya kita sedang menjaga api tetap menyala. Karena itu, sebelum obrolan semakin merusak carilah cara untuk mengakhiri percakapan itu.
Salah satunya adalah dengan mengingatkan teman-teman kita bahwa
apa yang sedang diperbincangkan itu sesuatu yang tidak baik. Ingatkan bahwa menggosipi
atau mengatai-ngatai orang lain sama sekali tidak akan memberikan keuntungan bagi
siapapun. Jadi akan lebih baik disudahi saja atau mengubahkan topik pembicaraan yang lain dan yang lebih positif.
“Bila kayu
habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran.” (Amsal 26: 20)
4. Berdoalah
Jika ternyata pembicaraan tentang seseorang timbul akibat sesuatu
yang merugikan, bukan berarti menggosipinya adalah tindakan yang tepat.
Sebaliknya, akan jauh lebih bermanfaat jika kita mengajak mereka untuk mendoakan orang tersebut.
Hal apapun yang membuat teman-teman kita terganggu karena
orang itu, doa akan jauh lebih berguna untuk dia. Jadi ajaklah mereka memakai kata-kata mereka untuk menabur berkat bagi orang lain.
Dan jangan lupa untuk meminta Tuhan menolong kita tetap bisa mengendalikan
lidah kita dan memakainya hanya untuk memperkatakan ucapan-ucapan yang berguna.
“Demikian
juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan
perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar
hutan yang besar. Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan
mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang
dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia
sendiri dinyalakan oleh api neraka.” (Yakobus 3: 5-6)