Saat Kuatir Menyerang, Belajarlah Dari Seekor Burung
Kalangan Sendiri

Saat Kuatir Menyerang, Belajarlah Dari Seekor Burung

Lori Official Writer
      3531

Matius 6: 34

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.


Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 34; 2 Tesalonika 1; Yesaya 21-22

Saat badai mulai datang, anakku mulai bersiap-siap untuk bergerak. Dia tidak bisa menyimpan rasa kuatirnya saat melihat badai menuju ke arah kami. Dia mulai berlari dari kamar ke kamar, memeriksa jendela, mengintip dari balik tirai dan mengulangi kata-katanya, ‘Aku tidak kuatir. Tidak. Aku sama sekali tidak kuatir.’ Melihat tingkahnya, kami mulai tertawa tapi dia terus mengucapkan kata-kata yang sama.

Lucunya, sudah enam badai tornado yang melewati rumah kami selama awal musim semi ini. Tapi anakku mencoba untuk tetap terlihat tenang. Dia menghadapinya dengan melakukan tindakan antisipasi.

Saat anakku mulai melakukan antisipasi, dia membayangkan segala hal yang mungkin terjadi. Semakin dia membayangkan hal itu, semakin besar rasa takut yang tumbuh. Dia mondar-mandir, menunggu hal mengerikan terjadi.

Aku sama sekali gak bisa berkata apa-apa. Tapi aku juga diserang rasa kuatir. Kadang-kadang timbul pikiran-pikiran yang berkecamuk di dalam benakku dan aku tak bisa mengatasinya. Sampai akhirnya pikiran itu terus beradu dan membuatku resah dengan mondar-mandir di ruang depan pada pukul 3.00 pagi.

Aku suka dengan sikap seorang Matius. Lewat pesan yang dituliskan dalam Matius 6, dia menyampaikan perintah yang diucapkan oleh Yesus. Perintah dari Yesus itu seharusnya membuat kita kuatir bukan?

'Jangan merasa benar sendiri, berdoalah, ambil waktu sendiri, rawatlah orang miskin. Berdoalah dengan cara yang tepat. Jangan menyimpan harta duniawimu. Jangan pernah kuatir karena Tuhan mendukungmu.' Yesus bahkan memberi kita teladan yang sempurna, bahwa burung-burung yang tidak menabur dan tidak menuai pun tidak pernah kuatir akan hidupnya (Matius 6: 34).

Satu-satunya sosok yang harusnya kuatir adalah Yesus. Dia mengajarkan kita bahwa selama pelayanan-Nya, Dia tidak tahu darimana makanannya setiap hari datang. Apakah dia akan diterima di kota yang dia datangi? Dia juga makan malam bersama orang-orang berdosa, membela para pelacur, melayani orang-orang yang sakit parah. Yesus punya segudang alasan untuk kuatir. Tapi Dia memilih tidak mengkuatirkan apapun. Malahan Dia menghabiskan waktu untuk mengingatkan banyak orang supaya tidak perlu kuatir akan hidupnya.

Matius menulis banyak pelajaran tentang kekuatiran. Karena saat kita menelusurinya lebih dalam, kekuatiran adalah masalah iman. Sayangnya, kita selalu mendahulukan tindakan dan kekuatiran dibandingkan mengandalkan iman. Kita selalu memilih kuatir daripada percaya.

"Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." (Mazmur 9: 10)

Percaya itu memang sulit. Karena kita perlu usaha yang nyata, harus memiliki iman yang kuat supaya bisa berdiri dalam keyakinan bahwa Tuhan mengendalikan segala sesuatunya. Tapi aku tahu Kristus hidup di dalam hatiku.

Rasa kuatirku memang tidak sebesar kekuatiran orang lain. Tapi dengan fokus pada rasa kuatir itu, aku malah memilih bertindak daripada percaya pada janji-janji Tuhan. 

Tapi aku mulai belajar tentang apa yang disampaikan dalam Matius 6: 26. Aku berharap bisa seperti burung. Saat aku dan anakku mengamati tingkah burung-burung di sekitar kolam kami dari depan pintu. Burung-burung itu menggaruk dan mengais tanah, mengisi perut mereka dengan makanan yang mereka dapatkan dari sana. Kami belajar untuk tidak kuatir dan beriman bahwa hari esok akan datang dengan kesusahannya sendiri.

Jadi, jangan biarkan kekuatiran membuatmu gusar. Waktu kamu mulai gelisah, amatilah burung. Perhatikan apakah mereka merasa kuatir?


Hak cipta Cindy K Sproles, digunakan dengan izin Cbn.com

Ikuti Kami