Biasanya,
apa sih yang kamu lakukan pertama kali ketika marah terhadap anak? Berteriak?
Menghela nafas? Atau memukul?
Seiring
dengan pertumbuhan anak, tentu saja ada banyak tingkahnya yang membuat orang
tua merasa lelah ketika mengurus anak hingga membuat orang tua menjadi marah.
Tapi
tahukah kamu, marah kepada anak dapat menyebabkan trauma pada anak? Apa saja
sih, dampak psikologis terhadap ibu dan anak ketika orang tua marah?
Ibu
Pertama, ibu dapat merasakan penyesalan
ketika sudah membentak anak. Terutama, jika anak menangis setelahnya.
Kedua, ibu menjadi merasa putus asa dan
ada rasa tidak mampu melakukan yang rerbaik. Biasanya, ibu akan melakukan
afirmasi negatif terhadap dirinya sendiri.
Ketiga, muncul rasa frustasi yang kika
dibiarkan, dapat berujung menjadi depresi dan melampiaskan kemarahan kepada
anak.
Anak
Pertama, anak bertumbuh menjadi privadi
yang negatif dan bisa menjadi anak yang abusive terutama bagi orang tua yang
melampiaskan emosi secara verbal. Kedepannya, anakcakan dengan mudah dapat
melakukan bullying dalam pergaulannya.
Kedua, menurunkan rasa percaya diri
sehingga membuat anak merasa tidak dicintai serta merasa hampa ketik dirinya
dicintai.
Ketiga, anak cenderung merasa cemas dan
tidak mampu mengelola emosi dengan sehat
Keempat, anak bisa mengalami trust issue
karena ia merasa tidak memiliki berlabuh mengekspresikan emosinya serta tempat
untuk berlindung.
Lantas jika
demikian, bagaimana caranya supaya anak tidak trauma karena dimarahi oleh orang
tua?
1. Lakukan 3P
Ketika kamu
merasa amarah tengah memuncak, ingat 3 step berikut ini:
- Pause: berhenti dan amati diri sendiri
serta tindakan anak yang membuat kamu kesal.
- Process: sadari apa yang dirasakan oleh
tubuh. Misalnya, badan menjadi berkeringat, jantung berdebar lebih cepat atau
hal-hal lainnya. Saat kamu merasa marah, kenakan kasih.
- Proceed: lakukan bagaimana cara kamu
meresponi kemarahanmu.
2. Metode SWITCH
Metode ini
dapat dilakukan ketika keadaan sudah tenang dan terkendali.
- Stop; berhenti sejenak, lalu
posisikan diri sejajar dengan anak. Kemudian lakukan kontak mata yang penuh
kasih dan ketegasan.
- Wait; tunggu hingga anak membalas
kontak mata dan mengerti bahwa orang tuanya hendak berbicara.
- Instruction; berikan instruksi
jelas, padat serta singkat mengenai apa keinginan atau harapanmu untuk anak
lakukan. Misalnya: "Mama mau, kamu membereskan mainan kamu setelah selesai
bermain ya," lakukan ini sekali saja.
- Time to talk; tanyakan kembali pada
anak tentang instruksi yang tadi kamu berikan sebagai penegasan bahwa dia
mendengarkanmu dengan baik, misalnya "Kak, tadi mama bilang apa? Coba
diulangi deh."
- Checking; lihat bagaimana respon
anak terhadap perkataanmu.
- Honor; berikan anak pujian ketika dia telah melakukan tugasnya sebagaimana yang telah kamu bicarakan sebelumnya. Hal ini sering kali disepelekan. Namun sikap menghormati dan menghargai keberadaan anak serta perasaannya, dapat meningkatkan kepercayaan diri anak.
Baca juga:
Sebagai Berkat Dari Tuhan, Orangtua Patut Perlakukan Anak Dengan 3 Tindakan Ini
Demi Selamatkan Adiknya, Anak 9 Tahun Ini Rela Diserang Anjing dan Dapatkan 90 Jahitan
Tonjolkan
satu nilai yang ingin diterapkan. Misalnya: "Wah, kakak hebat ya sudah
bisa bertanggungjawab membereskan mainannya sendiri."
Selain itu,
orang tua juga bersedia meminta maaf setelah memarahi anak. Lakukan sekali
dengan tegas agar lebih efektif dan meyakinkan dibanding minta maaf berulang
kali.