Turki Bikin Bekas Gereja Hagia Sophia Jadi Masjid, Kenapa Negara Kristen Harus Marah?
Sumber: Blogspot.com

News / 16 July 2020

Kalangan Sendiri

Turki Bikin Bekas Gereja Hagia Sophia Jadi Masjid, Kenapa Negara Kristen Harus Marah?

Lori Official Writer
3806

Hagia Sophia, sebuah museum yang dikenal sebagai tempat bekas sejarah kekristenan di Istanbul, Turki rencananya akan diubah menjadi Masjid. 

Sayangnya, rencana yang disampaikan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ini malah berbuntut pada kemarahan negara-negara Kristen seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, PBB dan gereja-gereja Ortodoks Rusia dan Yunani. 

Mereka mengaku keberatan museum bersejarah Kristen yang terpilih sebagai warisan dunia oleh UNESCO itu akan dijadikan sebagai pusat doa umat Muslim Turki mulai Jumat, 24 Juli 2020 mendatang. Pasalnya, Hagia Sophia adalah satu-satunya bukti sejarah Gereja Ortodoks Timur muncul di negara tersebut.

“Bagi gereja Ortodoks, Hagia Sophia sama pentingnya dengan Basilika Santo Petrus di Roma bagi umat Katolik. Gereja ini dibangun pada abad ke-6 dan dikhususkan untuk Kristus Sang Juru Slamat. Bagi kami, itu telah dan akan selalu tetap menjadi gereja yang dipersembahkan untuk Kristus,” kata Metropolitan Hilarion, juru bicara Patriarkat Moskow.

Bagi umat Kristen Ortodoks, Hagia Sophie menyimpan terlalu banyak sejarah penting. Setelah berdiri pada tahun 537 Masehi, bekas gereja telah menjadi pusat Kekristenan Timur selama 900 tahun. Kemudian diubah menjadi masjid lebih dari 500 tahun oleh Kekaisaran Ottoman Islam. Kemudian berubah menjadi museum oleh pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk pada tahun 1934 dan semua ibadah keagamaan sama sekali dilarang.

Babak peralihan baru kembali terjadi setelah Presiden Erdogan mengambil putusan pengambilalihan status museum tersebut dan menyatakan bahwa Turki akan memakai hak kedaulatannya. Dia menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menghilangkan simbol-simbol kekristenan yang ada di dalamnya.

“Seperti semua Masjid kami, pintu Hagia Sophia akan terbuka lebar bagi penduduk lokal dan asing, Muslim dan non-Muslim,” kata Erdogan.


Baca Juga: Hagia Sophia, Persinggahan Rumah Ibadah Dua Agama Turki


Menurut sebuah postingan di Facebook Arab, Erdogan sedang menyampaikan kepada dunia bahwa kebangkitan Hagia Sophia adalah tanda kembalinya kebebasan seperti yang terjadi di Masjid al-Aqsa di Yerusalem. 

Bagi banyak pihak, tindakan ini justru menunjukkan bahwa Presiden Erdogan sedang memenuhi keinginannya untuk menegakkan supremasi Islam dan mendominasi kaum minoritas.

“Sekarang dengan langkah ini, Erdogan sekali lagi menegaskan supremasi Islam dan dominasi pada etnis minoritas dan agama Turki…Dan ini akan berdampak kepada Negara Timur Tengah, bahwa banyak negara supremasi sektarian yang lain dan yang non-negara yang ingin memaksakan kehendak mereka pada etnis dan agama minoritas,” kata Aykan Erdemir dari Yayasan Pertahanan Demokrasi.

Erdemir meyakini bahwa langkah ini jadi sinyal buruk bagi komunitas Kristen di Turki.

“Saya pikir ini akan jadi bencana bagi populasi Kristen Turki yang semakin berkurang. Secara keseluruhan tampaknya ada kampanye untuk menakut-nakuti orang Kristen Turki di satu sisi dan juga untuk menerapkan kembali ideologi sektarian, Muslim Sunni yang dominan di Turki,” ungkapnya.

Pemimpin Gereja Katolik Ikut Sedih

Saat mendengar perubahan fungsi Hagia Sophia, pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus mengaku sedih. Dia mengungkapkan hal tersebut saat memimpin Misa minggu kemarin.

“Saya memikirkan Hagia Sophia dan saya sangat sedih,” ungkapnya.

Paus dengan jelas menyampaikan keberatannya terkait langkah yang diambil oleh pemimpin Turki itu.

Namun bagi negara-negara Islam lain, termasuk Indonesia, justru begitu mendukung peralihan fungsi Hagia Sophia. Lembaga-lembaga Islam sendiri setuju jika langkah Presiden Erdogan sudah tepat.

Sekretaris Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional (LHKI) Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Wahid Ridwan menyampaikan pembukaan kembali Hagia Sophia sebagai masjid adalah hak penuh pemerintah dan rakyat Turki. Kritik atas keputusan itu tidak akan mengubah keputusan karena Hagia Sophia akan mulai dibuka untuk pengunjung dari semua agama.

“Perubahan status dilakukan dalam proses hukum dan birokrasi sebagai negara yang demokratis, sehingga tidak perlu diperebutkan secara internasional karena telah melalui proses yang sangat akuntabel,” katanya.

Walaupun ada banyak kontroversi terkait perubahan fungsi museum ini, mari berharap supaya pemanfaatnya tidak hanya menguntungkan salah satu agama. Tapi umat Kristen juga tetap diperhatikan dengan baik.

Sumber : Berbagai Sumber | Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami