Pasanganku Meninggalkanku Saat Keuanganku Sedang Terpuruk, Mengapa Ini Terjadi?
Sumber: Blocks of Life

Marriage / 3 July 2020

Kalangan Sendiri

Pasanganku Meninggalkanku Saat Keuanganku Sedang Terpuruk, Mengapa Ini Terjadi?

Puji Astuti Official Writer
5086

Dia baru saja di PHK karena perusahaan tempatnya bekerja terdampak pandemi. Belum lagi di rumah serasa seperti di neraka karena pertengkaran tiada henti dengan pasangan,dan akhirnya pasangannya memutuskan menggugat cerai.

Ini seperti pribahasa, sudah jatuh tertimpa tangga; terpuruk, ditinggalkan dan menderita. Kondisi tersebut adalah gambaran dari banyak keluarga di Indonesia saat ini.

Memasuki masa new normal dimana aktifitas di berbagai bidang mulai menggeliat, Indonesia menghadapi sebuah fenomena di mana tingkat perceraian meningkat.

Di bulan Mei-Juni 2020 ini ada banyak perceraian terjadi, mulai dari para artis hingga masyarakat biasa, salah satu faktor utamanya adalah kondisi ekonomi yang semakin sulit.

Media memberitakan pada Juni 2020 saja, terjadi 2000 kasus perceraian di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Hal serupa juga dialami di wilayah Padang, dimana gugatan cerai naik hingga 75 persen.

“Banyak istri yang menggugat cerai suaminya, karena faktor ekonomi. Tidak hanya ketidakmampuan suami menafkahi istri, tetapi juga karena istri memiliki pendapatan lebih dari pada suami,” demikian ungkap Wakil Ketua Pengadilan Agama Padang Kelas IA, Drs. Lazuarman MAg.

Jika dari istri gugatan karena faktor ekonomi, para suami yang menggugat cerai lebih karena tidak tahan dengan pertengkaran yang terus menerus terjadi dalam rumah tangga.

Kenyataan ini tentu sangat menyedihkan, sebab rata-rata usia mereka yang mengajukan perceraian adalah para pasangan muda yang berusia antara 25-35 tahun, dengan lama pernikahan antara 2-5 tahun.

Berdasarkan artikel di Focusonthefamily.com, pertengkaran yang terjadi di antara pasangan muda dengan usia antara 18 – 40 tahun adalah tentang masalah uang.  Bahkan karena sering bertengkar karena uang, 82 persen responden survei menyatakan bahwa mereka menyembunyikan barang belanjaannya dari pasangan mereka.

Apakah kamu juga sedang mengalami permasalahan yang sama dalam keluargamu?

Jika jawabannya adalah “ya”, ketahuilah bahwa masih ada harapan untuk memperbaiki hubunganmu dengan pasanganmu dan juga memperbaiki kondisi keuangan keluarga kalian. 

Sebagai orang Kristen, tentu kita menginginkan sebuah pernikahan yang langgeng, sebab sudah berjanji di hadapan Tuhan dan jemaat untuk “bersama dalam susah dan senang, saat kaya maupun miskin, saat sehat maupun sakit, hingga maut memisahkan.”

Berikut adalah 7 kesalahan berkaitan dengan uang yang sering terjadi dalam pernikahan dan bagaimana cara mengatasinya:

1.   Tidak melibatkan Tuhan dalam keuangan keluarga

Ada banyak orang yang berpikir bahwa masalah uang adalah hal duniawi dimana Tuhan tidak tertarik atau tidak perlu dilibatkan dalam urusan keuangannya, baik secara pribadi ataupun keluarga.

Namun itu adalah sebuah kesalahan fatal, masalah uang adalah hal penting di hadapan Tuhan, karena manusia sering terpikat kepada uang hingga bisa melupakan Tuhan.

Itu sebabnya Yesus berkata, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Matius 6:24)

Jadi langkah awal yang harus dilakukan adalah datang kepada Tuhan sebagai sebuah keluarga, bersama pasanganmu, untuk bertobat dan membawa seluruh masalah keuanganmu di hadapan Tuhan.

Berdoalah bersama untuk kehidupan keuangan keluarga kalian, mintalah bimbingan Tuhan, dan ijinkan Tuhan terlibat dalam setiap proses dan pengambilan keputusan keuangan yang kalian lakukan.

Ingatlah bahwa pernikahan adalah sebuah hubungan antara suami, istri dan Tuhan.

2.   Memiliki keuangan yang terpisah antara suami dan istri

Beberapa pasangan berpikir untuk menghindari pertengkaran karena uang mereka memisahkan rekening keuangan mereka. Gaji suami dan istri akan masuk ke rekening masing-masing, lalu tagihan akan dibagi, dan masing-masing memiliki kebebasan menggunakan uangnya.

Sepertinya tidak salah ya, kan tidak ada yang dirugikan?

Salah! Hal tersebut malah menjadi dasar masalah keuangan keluarga.

Matius 19:5 menyatakan, “Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.”

Pernikahan adalah peleburan semua bagian kehidupan. Suami ataupun istri hilang identitas pribadinya dan menjadi satu kesatuan. Kata “aku” berubah menjadi “kita”, termasuk dalam hal keuangan.

Satu rupiah yang dibawa pulang ke rumah adalah milik seisi rumah itu.

Mulai sekarang, suami dan isteri adalah satu dalam keuangan, memiliki tanggung jawab yang sama dan hak yang sama. Hapus semua kata “milik pribadi”, sebab kini semua adalah milik bersama. 

3. Tidak membuat target bersama

Target adalah bentuk nyata dari impian – dan pasti setiap orang dan setiap keluarga memiliki impian tentang masa depannya. Target ini bukan hanya tentang keuangan, seperti jumlah asset yang ingin dibeli, jumlah tabungan dan dana tak terduga, namun juga semua impian kehidupan keluargamu, harus dibicarakan bersama. 

Kehidupan seperti apa yang kalian inginkan dalam 5 atau 10 tahun ke depan? Di mana anak-anak kalian akan sekolah? Atau kapan kalian akan pensiun? 

Sebagai suami dan istri, kalian harus membuat langkah-langkah dan tahapan yang harus dilakukan secara bersama untuk mencapai target-target tersebut sehingga kehidupan yang kalian impikan bisa tercapai. 

Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan.” (Matius 12:25)

4. Tidak ada kesepakatan tentang gaya hidup 

Sebagai contohnya, kamu suka untuk memberi sumbangan sosial, atau pun menolong orang lain yang membutuhkan, sedangkan pasanganmu tidak sepaham denganmu, hal ini bisa menimbulkan pertengkaran. 

Demikian juga kalau bagi kamu belanja baju yang penting bahannya bagus dan nyaman, bahkan kalau bisa cari yang sedang diskon. Sedangkan pasangan kamu sudah biasa memakai barang bermerek keluaran terbaru, tentu saja seringkali jarang ada diskonnya. 

Gaya hidup yang berbeda saja sudah bisa menimbulkan pertengkaran, ditambah lagi kalau pengeluaran tidak sebanding dengan penghasilan, pasti tambah bikin pusing. 

Untuk itu penting suami dan istri saling mengenal kebiasaan dan gaya hidup satu sama lain, dan membicarakannya untuk membuat kesepakatan tentang seperti apa gaya hidup bersama yang sesuai dengan kemampuan dan juga perencanaan keuangan yang bijak. 

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5)

Baca juga :

Hutang Capai Ratusan Juta, Keluarga Kami Jadi Retak! Ini Yang Tuhan Lakukan, Denny Hilton

Tonton kisah Denny Hilton di akun JC Channel : KLIK DISINI

5. Melakukan perselingkuhan finansial

Selingkuh itu bukan hanya ketika ada hubungan dengan orang ketiga, kadang-kadang ketidaksetiaan itu bisa berbentuk kecurangan seperti diam-diam menyimpan uang, atau membeli sesuatu tanpa sepengetahuan pasangan. 

Hal ini sering kali menimbulkan pertengkaran dan membuat pasangan kehilangan kepercayaan. Untuk itu penting bagi pasangan suami-istri untuk saling jujur, dan membicarakan dengan pasangan sebelum memutuskan sesuatu berkenaan dengan penggunaan uang. Ingat bahwa kalian sudah menjadi satu daging, jadi pastikan kalian komitmen dengan apa yang sudah menjadi keputusan bersama. 

6. Memiliki ekpektasi yang tidak realistis

Tidak tercapainya harapan bisa menimbulkan rasa pahit dan kekecewaan. Hal ini seringkali terjadi dalam pernikahan karena ada salah satu pihak yang memiliki ekspektasi atau harapan yang berlebihan tentang kehidupan yang ingin dijalani, sedangkan kenyataannya jauh dari apa yang diimpikan. 

Contohnya ingin memiliki rumah di sebuah lingkungan eksklusif, sedangkan penghasilan tidak memungkinkan. Atau kondisi usaha yang sedang terpuruk membuat keluarga harus mengalami kesulitan ekonomi, jika tidak bisa menerima kondisi ini dan saling mendukung dan menolong, maka keluarga bisa hancur. 

Untuk itu penting untuk mengutarakan ekspektasi satu sama lain, sehingga bisa membuat kesepakatan tentang seperti apa harapan yang realistis dan bisa dicapai. 

7. Memanjakan anak dan tidak mengajarkan mereka tentang keuangan

Banyak orangtua yang pernah mengalami masa kecil yang sulit seringkali ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, bahkan memanjakan mereka dengan mengikuti semua keinginan anaknya. 

Selain hal itu bisa berdampak pada kondisi keuangan, hal tersebut juga bisa menimbulkan pertengkaran jika pasangan memiliki pandangan berbeda. Yang terburuk adalah anak menjadi manja dan memiliki kebiasaan keuangan yang buruk. 

Sebagai pasangan, tentu harus membuat kesepakatan bersama tentang bagaimana mendidik anak, termasuk tentang keuangan dan cara mengelolanya. Penting anak diajarkan tentang uang dan cara mengelolanya sejak dini, hal tersebut akan membentuk karakternya hingga ia dewasa.

Itulah 7 kesalahan dalam keuangan yang bisa memicu perceraian. Penting bagi pasangan muda untuk menghindarinya sejak awal pernikahan, untuk itu pembicaraan tentang keuangan wajib dilakukan sebelum memasuki pernikahan atau saat bimbingan pranikah. 

Buat kamu yang sedang mengalami masalah serupa, yuk hubungi konseling center SAHABAT24 dibawah ini, konselor kami siap mendengarkan curhatmu dan berdoa bagimu. 

Kamu sedang dalam pergumulan dan butuh dukungan doa? Klik link dibawah ini untuk terhubung dengan tim doa kami https://bit.ly/InginDidoakan

Kamu butuh teman curhat dan membutuhkan pertolongan Tuhan? Klik link dibawah ini untuk konseling dengan konselor kami http://bit.ly/inginKonseling

Sumber : Berbagai Sumber | Jawaban.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami