Alkitab
menceritakan bagaimana Allah menjadi marah, Dia sangat marah ketika umat-Nya
melupakan Dia dan mebuat berhala (Ulangan 21:19), ketika Salomo memalingkan
hatinya (1 Raja-raja 11:9), dan ketika orang Israel dan orang Yehuda menolak
untuk mendengarperintah-perintahnya (Yeremia 32: 21-32).
Yesus juga
menjadi marah ketika orang-orang menggunakan bait Allah untuk keuntungan
pribadinya (Matius 21: 12-13), juga ketika mereka lebih peduli pada diri mereka
sendiri daripada menyembuhkan orang yang menderita pada hari Sabat (Markus 3:5).
Kita dibuat
berdasarkan gambar Allah, dan kita juga dirancang untuk merasakan dan menjadi
marah juga. Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah, ada kemarahan yang berdosa
dan ada kemarahan yang benar. Ada perbedaan kuat diantara keduanya.
Kemarahan yang
benar biasanya muncul ketika kita melihat situasi yang bertentangan dengan
kehendak dan perintah Allah, dosa seperti pelecehan dan ketidakadilan yang
mendalam lainnya.
Kemarahan ini
berkembang karena kita selaras dengan Tuhan. Ini adalah kemarahan yang dapat
dibenarkan, dan reaksi kita mendorong kita untuk menghentikan kejahatan secara
langsung atau mengarahkan emosi kita untuk bekerja bersama orang-orang Kristen
lain yang juga berusaha untuk mengakhiri dosa ini.
Tetapi amarah
yang berdosa adalah hal yang jauh berbeda, yang bukan berasal dari tempat yang
sejajar dengan Allah tetapi lebih merupakan penghalang bagi Tuhan. Kita mungkin
menjadi karena kesombongan, atau kita mulai menikmati kemarahan dan
membiarkannya tetap dan berakar di hati kita.
Kita
membiarkannya tumbuh dan bernanah seperti luka, dan akhirnya menjadi penghalang
bagi hubungan kita yang bersatu dengan Tuhan, karena energi kita terfokus pada
kemarahan daripada pada Tuhan dan apa yang dapat kita lakukan untuk memuliakan
Dia.
Kemarahan yang
benar adalah emosi yag saleh, hadir ketika kita selaras dengan Tuhan kita. Itu
adalah reaksi alami yang kita alami ketika kita
mulai menghadapi situasi yang akan membuat Tuhan marah, misalnya:
pornografi, rasisme, penindasan, kekerasan fisik, seksual atau emosional.
Ketika kita
mengalami kemarahan yang benar, jalan terbaik bagi orang Kristen adalah
berhenti dan berdoa. Ketika kita mengarahkan perasaan kita kepada Bapa kita,
Dia akan mengarahkan kita dan menyalurkan kemarahan kita ke dalam
kemuliaan-Nya.
Kemudian kita
dapat beristirahat dalam damai bahwa Dia akan menangani situasi dengan
cara-Nya, bukan kita sendiri. Kita harus mengeluarkan diri kita dari persamaan
agar Tuhan menang.
Amarah adalah
emosi normal, amarah dapat dengan cepat lepas kendali. Beralih lagi kepada Tuhan
yang membebaskan kita dari belenggu amarah, kejahatan, dan kebencian.
Itu membekaskan
kita dari kebencian dan kepahitan, kemudian memungkinkan kita untuk mengendalikan
amarah rasa frustasi kita, dan memberi kita kedamaian untuk membiarkan Tuhan
menangani ketidakadilan yang dalam dan lazim.
Berikut adalah
lima ayat Alkitab untuk memberikan kita kekuatan dan penghiburan dalam upaya
kita untuk mengendalikan amarah dan membirkan Tuhan bekerja:
1. Mazmur 37: 8
"Berhentilah marah dan tinggalkanlah
panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan."
2. Amsal 14:17
"Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh,
tetapi orang yang bijaksana, bersabar."
3. Matius 5:22
"Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada
saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata:
Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala."
4. Roma 12:21
"Janganlah kamu kalah terhadap
kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!"
5. 2 Timotius 2: 23-25
"Hindarilah soal-soal yang dicari-cari,
yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan
pertengkaran, sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi
harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan
lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga
mereka mengenal kebenaran,"