Tak Mau Dipolitisasi, Tapi 94 Persen Gereja Amerika Setuju Untuk Bersuara Lawan Rasisme
Sumber: Los Angeles Daily News

Internasional / 17 June 2020

Kalangan Sendiri

Tak Mau Dipolitisasi, Tapi 94 Persen Gereja Amerika Setuju Untuk Bersuara Lawan Rasisme

Puji Astuti Official Writer
2958

Sebuah riset yang dilakukan oleh Barna Group menyatakan bahwa 94 persen gereja di  Amerika setuju untuk bersuara melawan rasisme, sedangkan yang sudah membuat pernyataan resmi tentang kematian George Floyd sebanyak 65 persen.

Data tersebut dirilis oleh Barna Churhc Pulse Poll, Kamis (16/6/2020) lalu. Poling yang dilakukan selama seminggu lalu tersebut juga menemukan bahwa 76 persen pendeta mengatakan bahwa gereja seharusnya mendukung aksi protes damai  berkaitan dengan tewasnya Floyd.

Ada pergeseran pandangan tentang rasisme

Walau riset mendalam masih perlu dilakukan terhadap sikap orang Kristen Amerika tentang rasisme, Direktur Barna Group David Kinnaman menyatakan, "Tetapi ada beberapa indikasi bahwa pendeta lebih terbukan dari pada sebelumnya" dalam menanggapi masalah diskriminasi rasial.

Saat ini banyak gereja dan denominasi serta pelayanan Kristen telah merilis pernyataan berkaitan dengan kematian Floyd dan juga menyediakan materi-materi  tentang  rekonsiliasi rasial.

Baca juga

Ungkapan Pertobatan Ini Memicu Gerakan Doa Untuk Masalah Rasisme

Bukan Untuk Jelekkan Indonesia, Pendeta yang Doakan Pendemo di AS Klarifikasi Ucapannya

Sebagai contoh beberapa megachurch dan denominasi besar mulai memberikan pengajaran mengenai keadilan, imago Dei dan pertobatan. Para pendeta juga dengan berani mengkotbahkan tentang  menyikapi perbedaan ras.

Sejarah masa lalu tentang perbudakan berdampak pada pandangan tentang rasial

Menurut data survei Barna Group tahun 2019 lalu, 42% orang Kristen berkulit putih percaya bahwa sejarah Amerika  tentang perbudakan dan rasisme akan terus berdampak terhadap kelompok Afrika Amerika. Tetapi  1 dari 5 pendeta (19%) dari berbagai kelompok etnis menyatakan bahwa tidak ada yang harus dilakukan gereja untuk meresponi sejarah Amerika tentang rasisme.

Namun fakta yang terjadi pada beberapa waktu ini membuktikan ada pergeseran sudut pandang, sebab banyak orang Kristen dan pendeta di berbagai kota di Amerika yang ikut melakukan aksi damai menentang rasisme.

Gerakan doa muncul  untuk rekonsiliasi rasial


Pastor Calvin Sparks, dari Life Pavilion  di Carson, memeluk polisi LAPD dalam sebuah aksi damai. (Foto : Sarah Reingewirtz, Los Angeles Daily News/SCNG)

Bahkan kini mulai muncul gerakan doa  interrasial untuk berdoa bagi kondisi bangsa dan penyelesaian masalah rasisme di Amerika.

Walau demikian banyak pendeta percaya, gereja tidak terlibat dalam gerakan yang berbau politik.  Saat ini, sekitar 61% responden dari poling Barna melihat bahwa kontroversi tentang rasial yang terjadi terlalu “politis.”

Untuk itu Kinnaman percaya bahwa, “Saat ini para pemimpin gereja harus memimpin dengan kerendahan hati dan dengan terhubung kepada pemikiran dan persepsi”  banyak orang.

Gereja adalah terang dan garam bagi dunia ini, ditengah gelapnya masalah dunia ini. Gereja harus menjadi  jawaban terhadap apa yang terjadi di masyarakat, sehingga kasih Kristus dapat mengalir dan membawa pemulihan. Termasuk dalam masalah ketidakadilan, diskriminasi, dan juga rasisme yang saat ini digaungkan secara global.

Seperti yang disampaikan oleh Kinnaman, para pendeta dan hamba Tuhan harus melakukannya dengan kepemimpinan yang rendah hati dan rangkulan penuh kasih kepada semua orang. 

Sumber : https://www.christianitytoday.com/
Halaman :
1

Ikuti Kami