Pengurus Gereja Cabuli Anak, Gereja Depok Ini Bantu Atasi Trauma Korban
Sumber: Patch.com

Nasional / 17 June 2020

Kalangan Sendiri

Pengurus Gereja Cabuli Anak, Gereja Depok Ini Bantu Atasi Trauma Korban

Claudia Jessica Official Writer
3716

Di kutip dari kompas.com, terjadi kasus dugaan percabulan di sebuah gereja yang berlokasi di Depok, Jawa Barat. Pelaku ditangkap karena diduga mencabuli sejumlah anak di bawah umur yang berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan di gereja itu.

Pihak gereja pun telah melaporkan dan terus mendorong penyelidikan kasus itu dan kini sedang tahap investigasi oleh pihak kepolisian, selain itu pihak gereja juga melakukan evaluasi agar bisa melakukan perbaikan ke depan.

Azas Tigor Nainggolan, pendamping hukum para korban menduga bahwa korbannya tidak hanya 1 atau 2 anak. Tetapi bisa lebih dari itu.

"Sekarang memang tim kami masih terus menerima laporan anak-anak yang mengaku menjadi korbannya pelaku," kata Tigor yang dikutip oleh kompas.com, Senin (15/6/2020).

"Yang mengaku langsung kepada saya, setidaknya yang sudah clear mengaku, ada 6 orang. Tapi, yang masih butuh klarifikasi ada sekitar 5 lagi," tambah dia.

Tigor juga menyebutkan bahwa pihaknya telah menerima pengakuan dari sejumlah anak yang pernah jadi korban pencabulan SPM (42).

Kemudian, Pastor Paroki Gereja Santo Herkulanus di Depok, Jawa Barat, Yosep Sirilus Natet menjamin bahwa pihak gereja akan mendampingi anak-anak maupun keluarga yang menjadi korban percabulan SPM.

Diduga bahwa SPM telah melancarkan aksinya sejak 2006, mencabuli anak-anak yang aktif berpartisipasi di bawah dirinya sebagai pembina ketika menjadi satu kegiatan gereja.

"Untuk perlindungan, kami tetap bekerja sama dengan KWI (Konferensi Waligereja Indonesia). Kami memang akan membantu memulihkan si anak dari apa yang mungkin menjadi, seperti trauma yang berimbas kepada sesuatu yang tidak kita inginkan," jelas Natet saat dihubungi kompas.com pada Selasa (17/6/2020)

Tak hanya mendampingi rehabilitasi anak-anak yang menjadi korban, mereka juga akan mendampingi para orang tua korban.

Sebelumnya, Tigor telah mengatakan bahwa sejumlah orangtua dilanda syok karena baru mengetahui anak-anak mereka menjadi korban percabulan oleh SPM.

"Kepada orangtua korban juga kami terus berkomunikasi dan kami upayakan pendampingan mereka," ujar Natet. "Ini agar mereka merasa tidak sendirian, tetapi hadir bersama dengan kita, bahwa ini sesuatu yang salah dan sudah mereka perjuangkan dengan benar. Mereka pejuang buat gereja untuk membongkar ini semua," tambah dia.

Selain mendampingi para korban, Natet berjanji akan terus mengerahkan tim investigasi internal gereja untuk mencari tahu apakah ada anak-anak lain yang pernah menjadi korban percabulan oleh SPM.

Karena ada sekitar 11 anak-anak yang muncul dan mengaku bahwa mereka juga pernah menjadi korban percabulan. Berawal dari pengakuan salah satu anak, kemudian disusul oleh pengakuan berikutnya.

"Kepada orang tua orang tua lainnya kami juga akan upayakan untuk bisa semacam rapid test. Kami akan mengundang mereka dan meminta mereka bertanya kepada anak-anak mereka yang terlibat dalam kegiatan ini, apakah mereka sudah pernah mengalami hal-hal yang tidak pantas," ungkap Natet.

Gereja sepakat bahwa kasus ini harus diproses ke ranah hukum. SPM kini ditahan polisi dan terancam Pasal 82 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Kita tidak tahu kapan dan siapa yang bisa melakukan kejahatan baik pada kita, anak kita, ataupun orang terdekat kita. Penting bagi orang tua untuk memberikan edukasi anak tentang seks edukasi maupun batasan fisik antara orang lain.

Sumber : kompas.com
Halaman :
1

Ikuti Kami