Saat Demo Besar-besaran, Aksi Berlutut Petugas Kepolisian AS Jadi Bahan Perbincangan
Sumber: Religionnews.com

Internasional / 5 June 2020

Kalangan Sendiri

Saat Demo Besar-besaran, Aksi Berlutut Petugas Kepolisian AS Jadi Bahan Perbincangan

Lori Official Writer
2468

Saat ribuan orang berdemonstrasi menentang kematian George Floyd di Minneapolis, Minnesota, petugas kepolisian dan para penegak hukum lainnya justru melakukan tindakan yang tak terduga di depan para demonstran. Mereka mulai berlutut bersama di depan para demonstran. Namun aksi itu masih belum dipastikan apakah sebagai simbol solidaritas atau hanya sekadar startegi untuk memenangkan massa.

Aksi ini terjadi di Boston sampai ke Spokane, Washington. Aksi ini pun unuk sejenak membuat kemarahan demonstran mereda dan sempat menjadi berita utama selama masa-masa kerusuhan di Amerika.

Menurut pandangan keagamaan, sikap berlutut dianggap sebagai tanda pemujaan yang artinya untuk mengekspresikan pengabdian, kerendahan hati dan permohonan kepada Tuhan.

"Itu adalah simbol penghormatan. Kami mendapatkan tata bahasanya dari kerangka referensi keagamaan," kata Luke Bretherton, profesor teologi moral dan politik di Duke Divinity School.

Sementara umat Katolik kerap berlutut saat ibadah. Umat Muslim biasanya membungkuk dan menaruh dahi mereka ke tanah. Orang Yahudi menekuk lutut dan membungkuk saat beribadah.

Secara umum, berlutut adalah satu sikap penghormatan. Seseorang bisa berlutut untuk melamar kekasihnya. Seorang prajurit berlutut untuk menghormati rekannya yang gugur di medan perang.

Bukan hanya kepolisian, tetapi Walikota, senator AS dan bahkan seorang uskup Katolik melakukan aksi membungkuk sebagai cara mereka untuk menunjukkan penyesalan dan solidaritas terhadap kemarahan para demonstran.


Baca Juga: Foto Presiden Donald Trump Pegang Alkitab Di Depan Gereja Yang Dibakar Masa Tuai Pro Kontra


Sayangnya, tindakan itu tidak sepenuhnya diterima oleh semua orang. Seperti yang ditunjukkan oleh penulis olahraga Sally Jenkins, dimana dia menggambarkan hal tersebut seperti tindakan yang dilakukan Derek Chauvin saat menekan leher George Floyd dengan lututnya.

“Banyak dari kita, ada sesuatu yang sepenuh hati dialami dalam melihat pengunjuk rasa dan petugas kepolisian berdoa bersama, berpelukan, berlutut bersama. Itu adalah aksi peting yang menyoroti kemanusiaan kita saat ini. Namun para pemrotes meminta lebih dari itu. Mereka meminta petugas untuk mempertanggungjawabkan tindakan rekan-rekan mereka. Jika langkah-langkah itu tidak terjadi di departemen kepolisian yang sebenarnya, maka pelukan dan berlutut adalah isyarat kosong dan yang lebih buruk, hanya sebagai tameng,” kata Mark Anthony Neal, seorang profesor di Universitas Duke.

Sementara menurut pendiri Black Lives Matter, Patrisse Cullors, tindakan kepolisian ini bisa jadi sesuatu yang tidak jujur. Karena hal itu bisa dijadikan sebagai strategi untuk melemahkan dan meredakan protes yang bisa berubah menjadi kekerasan.

“Hal ini tidak terjadi melalui polisi yang berlutut di depan para demonstran dan kemudian setelah mereka berlutut, bangun dan melakukan kekerasan kepada kami dan peluru karet menembaki kami dan memukuli kami dengan tongkat,” kata Cullors.

Karena itu berlutut dianggap hanyalah aksi yang sia-sia jika pihak kepolisian justru melakukannya tidak dengan kejujuran. Semua orang berharap bahwa tindakan ini benar-benar murni sebagai bentuk solidaritas dan penyesalan mendalam yang dialami oleh pihak kepolisian terkait tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh rekan-rekan mereka.

Kasus kematian George Floyd memang telah menimbulkan gelombang kemarahan di berbagai kota dan negara. Namun, sebagai warga negara kita tidak seharusnya melanggar hukum dengan menimbulkan beragam tindakan-tindakan anarkis. Sudah seharusnya kita mencari keadilan dengan cara yang benar. Bahkan pihak kepolisian pun diharapkan tidak bertindak melebihi batas hukum.

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami