Kapan kamu
bisa dikatakan menjadi seorang pria? Ketika mendapatkan mobil? Lulus dari
perguruan tinggi?Mendapatkan pekerjaan? Kehilanga keperawanan? Menikah? Atau
mungkin memiliki anak.
Apa yang
harus dilakukan soeorang pria agar bisa mengklaim kejantanannya?’
Masalahnya
adalah beberapa orang mendefinisikan kejantanan diperoleh dengan beberapa jenis
pencapaian fisik, perkawinan, dan pencapaian profesional.
Sedangkan
Yesus adalah contoh utama dalam hal ini. Yesus tidak memiliki rumah, mengenakan
topi kelulusan, mendapatkan pekerjaan, kehilangan keperawanannya, menikah, atau
memiliki anak. Namun kita tahu bahwa dia sepenuhnya manusia dan sepenuhnya
laki-laki pada saat itu.
Model peran
kita dalam kemanusiaan adalah Yesus sendiri. Yesus adalah seorang pria. Kesaksian
dari Alkitab mengatakan bahwa Yesus sepenuhnya manusia, dengan semua yang
disyaratkan.
Sebagai
bayi Yahudi, Ia disunat pada hari kedelapan. Dia harus belajar berjalan,
berbicara, dan buang air kecil seperti semua balita lainnya, dan dia mengalami
semua hormon dan pertumbuhan yang muncul saat pubertas.
Bertolak
belakang dengan anjuran film-film zaman datang yang populer, Yesus tidak
melewatkan ritual penting menuju kedewasaan karena ia mati sebagai perawan.
Yesus sepenuhnya
manusia, sepenuhnya laki-laki, sepenuhnya hormonal adalah bahwa ia memberi tahu
kita sesuatu yang penting tentang kedewasaan dan seksualitas. Yesus menunjukkan
kepada kita bahwa kerohanian dan seksualitas dapat dan harus hidup berdampingan.
Tuhan
menciptakan kita dalam gambar-Nya: kita adalah imago dei (rupa Allah) baik pria
maupun wanita. Spiritualitas yang dewasa tidak menyerukan kita untuk menekan
seksualitas kita, melainkan menyerukan kita untuk menjaga seksualitas kita
dengan cara yang suci dan sepenuhnya sesuai.
Pria
dipanggil untuk mengekspresikan kejantanan yang diberikan Tuhan, mereka tidak
perlu mendapatkannya.
Yesus
mungkin tidak memiliki istri, rumah, atau perut six-pack, tetapi ia adalah
seorang manusia yang sepenuhnya manusia dan sepenuhnya Allah. Dua sifatnya yang
berbeda tidak tercampur; Yesus memilih untuk menjalani kehidupan manusia tanpa
bergantung pada keilahiannya untuk membantu saat pencobaan datang.
Dia menjalani
kehidupan manusia yang sempurna untuk menjadi korban yang sempurna bagi saya
dan kamu. Ibrani 1: 3 dan Ibrani 2:14 memperkuat identitas Yesus:
Ibrani 1:3 “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang
segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai
mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat
yang tinggi.”
Ibrani 2:14 “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia
juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka,
supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas
maut.”
Manusia
diciptakan menurut gambar Allah dan itu membuat mereka cukup manusia, tdak ada
yang harus dibuktikan.