Berbeda dengan tulisan-tulisan yang selama ini penulis
sajikan, kali ini penulis ingin mengajak seluruh pembaca yang selalu dengan
setia mengikuti tulisan-tulisan penulis untuk merenungkan apa yang terjadi
hari-hari ini dan bagaimana dampaknya bagi kehidupan kita baik secara pribadi
maupun secara kolektif dalam sebuah lingkungan, dalam masyarakat, dalam sebuah
kota maupun dalam sebuah Negara.
Hari-hari ini berita tentang Covid-19 menguasai berita di seluruh media yang ada di seluruh dunia. Setiap hari kita membaca
atau mendengar berita yang sangat meresahkan karena bukan hanya jumlah
penderita yang bertambah tapi juga banyak yang meninggal akibat serangan Virus
Corona ini, namun demikian banyak juga yang sembuh.
Mari kita berhenti sejenak untuk tidak mengusut asal usul
munculnya virus ini, karena hal inipun tidak akan memberikan solusi yang nyata.
Faktanya adalah virus ini sudah menjalar ke
mana-mana dan tugas kita semua adalah berperang menghentikan penjalaran
virus ini lebih lanjut.
Di dalam sebuah
peperangan yang aktif, semua tentara berada di garis terdepan untuk
mempertahankan wilayahnya dari serangan musuh, menjaga agar musuh tidak masuk
dan menduduki negeri tercinta. Setiap serdadu yang terluka ditarik ke belakang garis pertempuran untuk dirawat oleh tenaga medis. Tenaga
medis berjuang untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari setiap tentara yang
tertembak musuh.
Sudah barang tentu tidak ada satu orang tentarapun yang
dengan nekadnya mengeluarkan kepala dan tubuhnya ditengah-tengah hujan peluru.
Setiap tentara bersembunyi di tempat
mereka masing-masing pada saat peluru dari pihak musuh ditembakkan kepada
mereka dan semua serdadu tunduk pada perintah atasan mereka masing-masing.
Kepada setiap serdadu diberikan senjata yang diperlengkapi dengan peluru-pelurunya, akan tetapi kepada para dokter dan perawat di rumah sakit tidak diberikan senjata dan peluru untuk menembak musuh mereka, karena rumah sakit tidak boleh diserang berdasarkan hukum internasional dan dokter serta perawat bertugas hanya untuk merawat pasien untuk meringankan penderitaan mereka sampai mereka sembuh. Tidak semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit menjadi sembuh, sebagian meninggal dunia akibat luka tembak yang dialami mereka di medan perang.
#LOVEINACTION : Yuk bantu sesama yang terdampak COVID-19 dengan pemberian sembako, donasi KLIK DISINI
Berbeda dengan serdadu yang berlaga di medan perang – para
tenaga medis tidak ikut berperang, mereka tidak ikut aktif menembak musuh.
Dalam hal Covid-19
semua rakyat dibekali senjata dan amunisi untuk mencegah merebaknya musuh yang
bernama Virus Corona ini untuk masuk ke dalam
kota atau ke dalam Negara. Senjata
dan amunisi yang dimaksud adalah pengetahuan bagaimana membunuh Virus Corona
serta menghindari serangan Virus Corona.
Senjata dan amunisi yang di siapkan pemerintah untuk
rakyatnya adalah:
1. Cuci tangan minimal 20 detik
2. Pakai Masker
3. Lakukan Social-Distancing
4. Diam Dirumah
5. Untuk tenaga medis di persiapkan Alat Pelindung Petugas
Medis yang sudah barang tentu berbeda dari yang disarankan untuk masyarakat
yang bukan Petugas Medis.
Seluruh masyarakat dengan demikian memiliki tanggung jawab
terbesar dalam menentukan penularan atau menghentikan penularan Virus Corona
berdasarkan perilaku mereka. Seluruh masyarakat dengan demikian berada di front
terdepan yang harus dapat berfungsi untuk menahan kekuatan musuh bersama yang
bernama Virus Corona. Caranya adalah dengan mematuhi peraturan yang diberikan
pemerintah untuk mempergunakan senjata dan amunisi untuk menghancurkan Virus Corona seperti disebut diatas.
Jika masyarakat gagal melakukan tugas mereka, maka mereka
dapat menjadi alat ditangan Virus Corona (alat ditangan musuh) untuk
memusnahkan bangsa sendiri. Orang-orang seperti ini menjadi perpanjangan tangan Virus Corona untuk
menghancurkan kehidupan orang lain. Melawan peraturan pemerintah dengan sengaja
mengadakan pertemuan dalam jumlah besar seperti dipantai, berarti melakukan
tindakan bunuh diri – dengan sengaja memberikan diri ditembak oleh musuh yang
bernama Virus Corona dengan memberikan diri mereka tanpa perlindungan. Bukan
hanya mereka mencelakakan diri mereka sendiri, tapi juga mencelakakan kehidupan
orang lain.
Jika masyarakat gagal melakukan tanggung jawab mereka, maka
Virus Corona yang menjangkiti mereka akan menyerang tenaga medis sebagai
lapisan kedua, karena Virus Corona sudah berhasil menembus lapisan pertama
yaitu segenap masyarakat. Apa yang dilakukan masyarakat yang mengabaikan
peraturan yang diberikan pemerintah saat mereka terjangkit Virus Corona?
Mereka akan memainkan jari mereka untuk menghakimi para
tenaga medis yang telah bekerja siang dan malam, mereka menuduh para tenaga
medis sebagai tenaga ahli yang kurang cekatan sehingga menimbulkan banyak
korban. Dimanakah akal sehat orang-orang ini?
Berbeda dengan perang antara Negara, hukum internasional
melarang untuk menyerang rumah sakit seperti yang telah penulis sampaikan di atas tadi. Dalam hal peperangan dengan
Virus Corona, Virus Corona tidak mengenal hukum internasional, Virus Corona
akan menyerang siapa saja dan dimana saja. Virus Corona tidak membedakan kaya
dan miskin, dokter dan rakyat jelata, warna kulit, dan sebagainya. Peperangan
melawan Virus Corona ini sangat mungkin dimenangkan – karena itu mari kita
menggunakan senjata dan amunisi yang telah dipersiapkan pemerintah.
Firman Tuhan dalam Matius 22:39 mengatakan, “Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Bagaimana caranya kita mengasihi sesama kita manusia? Aku memilih untuk
melindungimu dengan mematuhi peraturan pemerintah seperti engkau juga memilih
untuk melindungi diriku dengan mematuhi peraturan pemerintah. Pemerintah
ditunjuk oleh Tuhan dan merupakan perpanjangan tangan Tuhan (Roma 13:1), mari
kita patuhi peraturan pemerintah. Semoga bermanfaat dan boleh menjadi berkat!
Rev. Dr. Harry Lee, MD.,PsyD
Gembala Restoration Christian Church di Los Angeles -
California
Catatan: Untuk menjawab pertanyaan tentang kualifikasi
penulis untuk menuliskan topik ini: Penulis adalah seorang Dokter Medis
(Jerman), penulis juga adalah seorang Dokter Psikolog (Amerika), dan penulis
juga seorang Bachelor Theology.